DUA pekan lalu, (Senin, 11/10/2021), Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan, ada 18 negara yang nanti diperbolehkan masuk ke Indonesia.
Pernyataan tersebut mengisyaratkan dua hal. Pertama, pemerintah optimistis bahwa pandemi Covid-19 sudah mulai terkendali.
Kedua, pemerintah optimistis bahwa sektor pariwisata dan ekonomi kreatif (parekraf) dapat mulai diaktifkan kembali, sehingga perekonomian nasional dapat menggeliat lagi.
Memang, aktifnya kembali sektor parekraf adalah momentum yang ditunggu-tunggu. Ketika semua sumber pertumbuhan tak mampu lagi dioptimalkan untuk mendongkrak laju kinerja ekonomi yang melemah akibat pandemi Covid-19, sektor parekraf menjadi tumpuan harapan baru.
Sektor parekraf mampu membuka lapangan kerja yang cukup luas dan mendorong pertumbuhan ekonomi jika dikelola dengan lebih baik. Sektor tersebut punya potensi yang sangat besar untuk mendorong pertumbuhan ekonomi dan membuka lapangan pekerjaan baru.
Sektor ekonomi kreatif sendiri saja meliputi 17 subsektor, mulai dari kuliner, kriya, fashion, sampai sektor yang sekarang bertumbuh dengan cepat seperti gaming, aplikasi, animasi, film, streaming, dan sejumlah sektor lainnya.
Sementara itu, pariwisata memiliki 13 subsektor, di antaranya yang sedang pesat berkembang adalah homestay dan desa wisata.
Namun semenjak pandemi Covid-19 merebak awal Maret 2020 lalu, sektor parekraf mengalami kelesuan hingga mati suri.
Sepanjang 2020 jumlah wisatawan mancanegara yang masuk ke Indonesia hanya sekitar 4,052 juta orang. Pendapatan negara di sektor pariwisata pun turun sebesar Rp20,7 miliar.
Secara kumulatif (Januari–Agustus 2021), jumlah kunjungan wisman mencapai 1,06 juta kunjungan, turun sebesar 69,17 persen jika dibandingkan dengan jumlah kunjungan wisman pada periode yang sama tahun 2020 yang berjumlah 3,44 juta kunjungan.
Untuk menyelamatkan sektor Parekraf, pemerintah telah melakukan tiga fase penyelamatan.
Pertama, fase tanggap darurat, fokus pada kesehatan, seperti menginisiasi program perlindungan sosial, mendorong kreativitas dan produktivitas saat WFH, melakukan koordinasi krisis pariwisata dengan daerah pariwisata, serta melakukan persiapan pemulihan.
Selanjutnya adalah fase pemulihan. Pemerintah membuka secara bertahap tempat wisata di Indonesia.
Persiapannya sangat matang, mulai dari penerapan protokol CHSE (Cleanliness, Healthy, Safety, and Environmental Sustainability) di tempat wisata, serta mendukung optimalisasi kegiatan MICE (Meeting, Incentive, Convention, and Exhibition) di Indonesia.
Terakhir adalah fase normalisasi, yaitu persiapan destinasi dengan protokol CHSE, meningkatkan minat pasar, hingga diskon untuk paket wisata dan MICE. Salah satu program yang telah dilaksanakan adalah Virtual Travel Fair.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.