JAKARTA, KOMPAS.com - Guru Besar Politik Internasioanl UPH Aleksius Jemadu menilai, pujian yang disampaikan profesor di National University of Singapore (NUS) Kishore Mahbubani tentang kepemimpinan Presiden Joko Widodo (Jokowi) tidak mengada-mengada.
"Pujian itu tidak mengada-ngada dan bisa kita percaya meskipun bagi orang Indonesia tidak cukup ukuran-ukuran yang dikatakan Mahbubani," kata dia dalam diskusi virtual bertajuk '2 Tahun Jokowi Ma'ruf di Luar Dipuji, di Dalam Dicaci' secara virtual, Minggu (24/10/2021).
"Masih ada masalah-masalah lain yang jadi concern kita bersama, tapi sebatas data yang dia berikan bisa kredibel," lanjut Alek.
Menurut dia, ada dua faktor yang menyebabkan pujian dalam artikel berjudul The Genius of Jokowi tersebut tidak mengada-ada.
Pertama, ia melihat, pujian tersebut memiliki dasar yang kuat karena menggunakan indikator-indikator objektif yang bisa dilihat semua.
Baca juga: Dua Tahun Pemerintahan, SMRC Nilai Kepuasan Publik terhadap Kinerja Jokowi Relatif Stabil
Antara lain relatif bisa mengendalikan pandemi Covid-19, ease of doing bussines dari 2014-2020 yang cukup signifikan, masih banyaknya masalah pembangunan infrastruktur, penanganan kemiskinan, dan masih banyak lagi.
Termasuk juga dimensi perbandingan dengan pemimpin negara lain, yaitu Presiden Amerika Serikat Joe Biden dalam mengatasi polarisasi politik.
"Jokowi bisa merangkul lawan poltiiknya sehingga tercipta kestabilan," kata dia.
Sebelumnya diberitakan, Profesor di NUS Kishore Mahbubani mengatakan, Presiden Jokowi merupakan sosok pemimpin negara yang genius.
Artikel yang diterbitkan pada 6 Oktober lalu itu menceritakan capaian Jokowi selama menjadi Presiden Indonesia.
Poin penting yang disampaikan Kishore adalah Jokowi mampu menjaga stabilitas politik bahkan menyatu dengan lawan politiknya.
Baca juga: Jokowi: Di Masa Pandemi, Parpol Dituntut Hadir Meringankan Beban Masyarakat
"Ketika beberapa negara demokrasi besar memilih penipu sebagai pemimpin politik mereka, keberhasilan Presiden Joko Widodo layak mendapat pengakuan dan penghargaan yang lebih luas," demikian salah satu kutipan tulisan Mahbubani dalam artikel tersebut.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.