Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
KILAS

WHO Minta Penyintas Covid-19 Perhatikan Dua Hal Ini Sebelum Vaksinasi

Kompas.com - 11/10/2021, 19:15 WIB
Alifia Nuralita Rezqiana,
Mikhael Gewati

Tim Redaksi

KOMPAS.com – Kepala ilmuan World Health Organization (WHO) Soumya Swaminathan mengatakan, terdapat dua hal penting yang harus diperhatikan seorang penyintas Covid-19 sebelum melakukan vaksinasi Covid-19, yaitu waktu dan antibodi.

Soumya menjelaskan, setelah pulih dari Covid-19, para penyintas Covid-19 perlu menunggu beberapa minggu sebelum melakukan vaksinasi Covid-19. Hal ini seperti standar dari WHO, yaitu menunggu beberapa minggu setelah pulih.

“Ini karena Anda memiliki antibodi alami yang akan membuat Anda terlindungi setidaknya selama (jangka waktu) itu,” ungkap Soumya, dalam sesi wawancara, seperti dipublikasi akun YouTube resmi WHO, Jumat (20/8/2021).

Namun, lanjut dia, ada perbedaan aturan antar negara. Terdapat beberapa negara yang menyarankan penyintas Covid-19 melakukan vaksinasi setelah menunggu selama tiga atau empat bulan setelah dinyatakan pulih dari Covid-19.

Hal tersebut terjadi karena di beberapa negara terjadi kekurangan pasokan vaksin Covid-19, sehingga penyintas Covid-19 diminta menunggu selama tiga atau enam bulan sampai stok vaksin Covid-19 tersedia.

Baca juga: UPDATE Covid-19 di Sulteng, Sultra, Maluku, Malut, Papua, dan Papua Barat 11 Oktober 2021

Adapun perihal antibodi, ia memaparkan, terdapat perbedaan kondisi antibodi antara seseorang yang belum melakukan vaksinasi Covid-19 dan yang sudah vaksinasi Covid-19 dosis lengkap.

Jenis kekebalan yang berkembang setelah infeksi alami pun bervariasi pada masing-masing orang. Menurut Soumya, hal ini sangat sulit untuk diprediksi.

Ia mengatakan, vaksin telah distandarisasi dalam hal dosis antigen yang diberikan. Hal tersebut didasarkan pada uji klinis yang telah dilakukan.

“Jadi, ketika seseorang menerima vaksin, kita bisa cukup percaya diri dan memprediksi jenis respons kekebalan yang akan mereka dapatkan,” jelasnya, dalam keterangan tertulis yang diterima Kompas.com, Senin (11/10/2021).

Baca juga: Update Corona Dunia 11 Oktober: 238 Juta Kasus | Risiko Ganda jika Terkena Flu dan Covid-19

Soumya memaparkan, terdapat perbedaan utama antara kekebalan yang diinduksi infeksi alami virus severe acute respiratory syndrome coronavirus 2 (SARS-CoV-2) dan induksi vaksin.

“Ada penelitian yang sangat menarik yang sedang berlangsung sekarang untuk melihat respons imun ketika seseorang memiliki dosis vaksin setelah mengalami infeksi alami dan juga ketika dua jenis vaksin yang berbeda diberikan satu demi satu, sehingga disebut pendekatan mix and match,” katanya.

Ilmuan percaya bahwa jenis pendekatan hibrida tersebut dapat memberi respons kekebalan yang jauh lebih kuat daripada infeksi alami SARS-CoV-2.

Soumya menegaskan, semua jenis vaksin Covid-19 yang telah menerima daftar penggunaan darurat dari WHO, mampu mencegah penyakit parah yang mengharuskan penderita dirawat inap akibat terpapar salah satu dari semua varian virus SARS-CoV-2.

Pada kesempatan sama, Soumya mengimbau agar semua penyintas Covid-19 tetap melakukan vaksinasi untuk meningkatkan sistem kekebalan tubuh.

Baca juga: BNPB: Kita Tidak Berharap PON XX Papua Berakhir, Pakai Masker Juga Berakhir

Sebab, berdasarkan banyak penelitian yang telah dilakukan sampai saat ini, jika seseorang pernah mengalami infeksi yang sangat ringan atau tanpa gejala, maka kemungkinan terdapat banyak orang yang memiliki tingkat antibodi sangat rendah.

“Jadi, inilah mengapa kami tetap menyarankan, meskipun Anda telah terinfeksi Covid-19, Anda harus melakukan vaksinasi saat tersedia vaksin untuk Anda, karena vaksin berfungsi meningkatkan sistem kekebalan tubuh,” ujar Soumya.

Ia pun berpesan, agar penerapan protokol kesehatan (prokes) ketat tetap dijalankan dengan disiplin.

Prokes ketat yang dimaksud meliputi memakai masker, mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir, menjaga jarak, menghindari kerumunan, dan mengurangi mobilitas (5M).

Soumya mengatakan, tindakan mencegah paparan virus Covid-19 harus dilakukan di mana pun berada. Tidak cukup dengan vaksinasi saja.

“Karena itulah yang akan menurunkan tingkat infeksi (virus SARS-CoV-2) di masyarakat,” tuturnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

[POPULER NASIONAL] Prabowo Minta yang Tak Mau Kerja Sama Jangan Ganggu | Yusril Sebut Ide Tambah Kementerian Bukan Bagi-bagi Kekuasaan

[POPULER NASIONAL] Prabowo Minta yang Tak Mau Kerja Sama Jangan Ganggu | Yusril Sebut Ide Tambah Kementerian Bukan Bagi-bagi Kekuasaan

Nasional
Tanggal 13 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 13 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Kesiapan Infrastruktur Haji di Arafah, Muzdalifah, dan Mina Sudah 75 Persen

Kesiapan Infrastruktur Haji di Arafah, Muzdalifah, dan Mina Sudah 75 Persen

Nasional
Cek Pelabuhan Ketapang, Kabaharkam Pastikan Kesiapan Pengamanan World Water Forum 2024

Cek Pelabuhan Ketapang, Kabaharkam Pastikan Kesiapan Pengamanan World Water Forum 2024

Nasional
Prabowo Sebut Soekarno Milik Bangsa Indonesia, Ini Respons PDI-P

Prabowo Sebut Soekarno Milik Bangsa Indonesia, Ini Respons PDI-P

Nasional
Ganjar Serahkan ke PDI-P soal Nama yang Bakal Maju Pilkada Jateng

Ganjar Serahkan ke PDI-P soal Nama yang Bakal Maju Pilkada Jateng

Nasional
Prabowo Minta Pemerintahannya Tak Diganggu, Ini Kata Ganjar

Prabowo Minta Pemerintahannya Tak Diganggu, Ini Kata Ganjar

Nasional
Bertemu Calon-calon Kepala Daerah, Zulhas Minta Mereka Tiru Semangat Jokowi dan Prabowo

Bertemu Calon-calon Kepala Daerah, Zulhas Minta Mereka Tiru Semangat Jokowi dan Prabowo

Nasional
7 Jenis Obat-obatan yang Disarankan Dibawa Jamaah Haji Asal Indonesia

7 Jenis Obat-obatan yang Disarankan Dibawa Jamaah Haji Asal Indonesia

Nasional
Visa Terbit, 213.079 Jemaah Haji Indonesia Siap Berangkat 12 Mei

Visa Terbit, 213.079 Jemaah Haji Indonesia Siap Berangkat 12 Mei

Nasional
Soal Usulan Yandri Susanto Jadi Menteri, Ketum PAN: Itu Hak Prerogatif Presiden

Soal Usulan Yandri Susanto Jadi Menteri, Ketum PAN: Itu Hak Prerogatif Presiden

Nasional
Di Australia, TNI AU Bahas Latihan Bersama Angkatan Udara Jepang

Di Australia, TNI AU Bahas Latihan Bersama Angkatan Udara Jepang

Nasional
BPK Buka Suara usai Auditornya Disebut Peras Kementan Rp 12 Miliar

BPK Buka Suara usai Auditornya Disebut Peras Kementan Rp 12 Miliar

Nasional
Chappy Hakim: Semua Garis Batas NKRI Punya Potensi Ancaman, Paling Kritis di Selat Malaka

Chappy Hakim: Semua Garis Batas NKRI Punya Potensi Ancaman, Paling Kritis di Selat Malaka

Nasional
Prabowo Diminta Cari Solusi Problem Rakyat, Bukan Tambah Kementerian

Prabowo Diminta Cari Solusi Problem Rakyat, Bukan Tambah Kementerian

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com