KOMPAS.com – Kepala ilmuan World Health Organization (WHO) Soumya Swaminathan mengatakan, terdapat dua hal penting yang harus diperhatikan seorang penyintas Covid-19 sebelum melakukan vaksinasi Covid-19, yaitu waktu dan antibodi.
Soumya menjelaskan, setelah pulih dari Covid-19, para penyintas Covid-19 perlu menunggu beberapa minggu sebelum melakukan vaksinasi Covid-19. Hal ini seperti standar dari WHO, yaitu menunggu beberapa minggu setelah pulih.
“Ini karena Anda memiliki antibodi alami yang akan membuat Anda terlindungi setidaknya selama (jangka waktu) itu,” ungkap Soumya, dalam sesi wawancara, seperti dipublikasi akun YouTube resmi WHO, Jumat (20/8/2021).
Namun, lanjut dia, ada perbedaan aturan antar negara. Terdapat beberapa negara yang menyarankan penyintas Covid-19 melakukan vaksinasi setelah menunggu selama tiga atau empat bulan setelah dinyatakan pulih dari Covid-19.
Hal tersebut terjadi karena di beberapa negara terjadi kekurangan pasokan vaksin Covid-19, sehingga penyintas Covid-19 diminta menunggu selama tiga atau enam bulan sampai stok vaksin Covid-19 tersedia.
Adapun perihal antibodi, ia memaparkan, terdapat perbedaan kondisi antibodi antara seseorang yang belum melakukan vaksinasi Covid-19 dan yang sudah vaksinasi Covid-19 dosis lengkap.
Jenis kekebalan yang berkembang setelah infeksi alami pun bervariasi pada masing-masing orang. Menurut Soumya, hal ini sangat sulit untuk diprediksi.
Ia mengatakan, vaksin telah distandarisasi dalam hal dosis antigen yang diberikan. Hal tersebut didasarkan pada uji klinis yang telah dilakukan.
“Jadi, ketika seseorang menerima vaksin, kita bisa cukup percaya diri dan memprediksi jenis respons kekebalan yang akan mereka dapatkan,” jelasnya, dalam keterangan tertulis yang diterima Kompas.com, Senin (11/10/2021).
Soumya memaparkan, terdapat perbedaan utama antara kekebalan yang diinduksi infeksi alami virus severe acute respiratory syndrome coronavirus 2 (SARS-CoV-2) dan induksi vaksin.
“Ada penelitian yang sangat menarik yang sedang berlangsung sekarang untuk melihat respons imun ketika seseorang memiliki dosis vaksin setelah mengalami infeksi alami dan juga ketika dua jenis vaksin yang berbeda diberikan satu demi satu, sehingga disebut pendekatan mix and match,” katanya.
Ilmuan percaya bahwa jenis pendekatan hibrida tersebut dapat memberi respons kekebalan yang jauh lebih kuat daripada infeksi alami SARS-CoV-2.
Soumya menegaskan, semua jenis vaksin Covid-19 yang telah menerima daftar penggunaan darurat dari WHO, mampu mencegah penyakit parah yang mengharuskan penderita dirawat inap akibat terpapar salah satu dari semua varian virus SARS-CoV-2.
Pada kesempatan sama, Soumya mengimbau agar semua penyintas Covid-19 tetap melakukan vaksinasi untuk meningkatkan sistem kekebalan tubuh.
Sebab, berdasarkan banyak penelitian yang telah dilakukan sampai saat ini, jika seseorang pernah mengalami infeksi yang sangat ringan atau tanpa gejala, maka kemungkinan terdapat banyak orang yang memiliki tingkat antibodi sangat rendah.
“Jadi, inilah mengapa kami tetap menyarankan, meskipun Anda telah terinfeksi Covid-19, Anda harus melakukan vaksinasi saat tersedia vaksin untuk Anda, karena vaksin berfungsi meningkatkan sistem kekebalan tubuh,” ujar Soumya.
Ia pun berpesan, agar penerapan protokol kesehatan (prokes) ketat tetap dijalankan dengan disiplin.
Prokes ketat yang dimaksud meliputi memakai masker, mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir, menjaga jarak, menghindari kerumunan, dan mengurangi mobilitas (5M).
Soumya mengatakan, tindakan mencegah paparan virus Covid-19 harus dilakukan di mana pun berada. Tidak cukup dengan vaksinasi saja.
“Karena itulah yang akan menurunkan tingkat infeksi (virus SARS-CoV-2) di masyarakat,” tuturnya.
https://nasional.kompas.com/read/2021/10/11/19154691/who-minta-penyintas-covid-19-perhatikan-dua-hal-ini-sebelum-vaksinasi