Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Ari Junaedi
Akademisi dan konsultan komunikasi

Doktor komunikasi politik & Direktur Lembaga Kajian Politik Nusakom Pratama.

Sedekah Wi-Fi untuk Para Pewaris Negeri

Kompas.com - 20/09/2021, 18:37 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

 

SEJAK Minggu (19/9/2021) sore, suasana “horor” tiba-tiba menyeruak di semua wilayah tanah air. Pelajar dan mahasiswa kesulitan mencari data dan mengerjakan tugas-tugas. Calon pendaftar kerja juga kesulitan mempersiapkan materi ujian.

Guru dan dosen “kelimpungan” menyiapkan materi untuk kelas awal minggu. Trader pasar saham juga terganggu karena tidak bisa menyiapkan analisis pasar untuk permbukaan perdagangan Senin pagi.

Pangkal persoalan adalah terganggunya jaringan internet IndiHome milik Telkom yang merata di seluruh tanah air. Demikian juga dengan jaringan Telkomsel di beberapa wilayah tertentu.

Gangguan sistem komunikasi kabel laut di Jawa, Sumatera, dan Kalimantan (Jasuka) khususnya di ruas Batam - Pontianak ditengarai Telkom sebagai penyebab down-nya akses internet sejak hari Minggu.

Bahkan hingga Senin (20/9/2021) siang, gangguan masih dirasakan sebagain warga yang kesulitan mengakses zoom, tidak bisa mengakses ujian asesmen nasional berbasis komputer serta penurunan kualitas jaringan (Kompas.com, 20 September 2021).

Baca juga: 5 Fakta Indihome dan Telkomsel Gangguan: Penyebab hingga Dampaknya

Kita yang tinggal di kota-kota besar seperti Jakarta, Bandung, Surabaya, Semarang, Jogyakarta, Medan, Pekanbaru, Palembang, Bandar Lampung, atau Pontianak misalnya, gangguan internet selama sehari saja sudah jadi perkara besar.

Tidak bisa dipungkiri, hampir semua urusan pekerjaan, perekonomian dan pendidikan kini sangat mengandalkan dan bertumpu pada ketersediaan akses internet.

Apalagi sejak pandemi Covid-19 melanda tanah air, praktis semua aktivitas kehidupan sangat mengandalkan kehandalan jaringan internet.

Internet dan sinyal di pedalaman

Tetapi jika kita sering berkunjung ke daerah-daerah di tanah air, di Tarakan saja yang menjadi kota terbesar di Provinsi Kalimantan Utara, daya jangkau internet masih jadi masalah.

Sahabat saya yang bertugas di Pelabuhan Tengkayu, Tarakan, kesulitan berkomunikasi dengan istrinya yang berdinas sebagai guru Geografi SMAN Negeri 1 Desa Long Beluah, Tanjung Palas Barat di Kabupaten Bulungan.

Padahal antara Tarakan dengan Bulungan hanya dipisahkan oleh perairan dan sama-sama berada di Provinsi Kalimantan Utara. Jangankan internet, sinyal seluler pun menjadi “benda” beharga.

Pertemuan fisik antara sahabat saya dan istrinya hanya dilakukan di akhir pekan. Kecintaannya terhadap dunia pendidikan membuat istri sahabat saya rela berpisah dengan suaminya.

Keterpisahan ini sudah dijalaninya dengan sabar hampir 12 tahun.  Hingga kini sahabat saya belum dikarunia momongan.

"Mahalnya" sinyal juga terjadi di pedalaman Kampung Kelian Luar, Kampung Ujoh Halang dan Kampung Kelian Dalam di Kabupaten Kutai Barat, Kalimantan Timur. 

Hanya untuk mendapatkan sinyal telepon, warga harus mendaki bukit yang disebut sebagai "bukit telepon". Di musim hujan seperti sekarang ini butuh perjuangan untuk menelpon karena jalan mencapai puncak bukit licin dan rawan longsor.

Selain licin, kontur bukit yang curam menjadi penghalang untuk kaki-kaki kecil melangkah. Ya, bocah-bocah ini harus berjibaku dengan alam demi mendapat sinyal agar bisa mengikuti belajar daring.

Warga dewasa juga harus mendaki ke "bukit telepon" mencari sinyal agar bisa mengirimkan laporan atau tugas-tugas kuliah (Kompas.com, 17 September 2021).

Baca juga: Sulitnya Belajar Daring di Pedalaman Kaltim, Anak-anak Naik Bukit untuk Cari Sinyal

Selain akses jalan ke ibukota kabupaten yang jauh, daerah "bukit telepon" juga belum teraliri listrik. Warga hanya mengandalkan pembangkit genset milik desa dan pembangkit listrik tenaga surya.

Untuk komunikasi keluar, masyarakat di sekitaran "bukit telepon" entah siang atau malam harus keluar dari kampung dan mendaki perbukitan agar mendapat “anugerah” terhubung dengan jaringan seluler.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Tanggal 10 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 10 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Usul Prabowo Tambah Kementerian Diharap Bukan Politik Akomodatif

Usul Prabowo Tambah Kementerian Diharap Bukan Politik Akomodatif

Nasional
Pakar Ungkap 'Gerilya' Wacana Tambah Kementerian Cukup Gencar

Pakar Ungkap "Gerilya" Wacana Tambah Kementerian Cukup Gencar

Nasional
Daftar Kepala BIN dari Masa ke Masa, Zulkifli Lubis hingga Budi Gunawan

Daftar Kepala BIN dari Masa ke Masa, Zulkifli Lubis hingga Budi Gunawan

Nasional
Gelar Halalbihalal, MUI Gaungkan Pesan Kemanusiaan untuk Korban Genosida di Gaza

Gelar Halalbihalal, MUI Gaungkan Pesan Kemanusiaan untuk Korban Genosida di Gaza

Nasional
Perjalanan BIN 6 Kali Berganti Nama, dari Brani hingga Bakin

Perjalanan BIN 6 Kali Berganti Nama, dari Brani hingga Bakin

Nasional
'Prabowo Banyak Dikritik jika Tambah Kementerian, Baiknya Jaga Kebatinan Rakyat yang Sedang Sulit'

"Prabowo Banyak Dikritik jika Tambah Kementerian, Baiknya Jaga Kebatinan Rakyat yang Sedang Sulit"

Nasional
Pengamat Nilai Putusan MK Terkait Sengketa Pilpres Jadi Motivasi Kandidat Pilkada Berbuat Curang

Pengamat Nilai Putusan MK Terkait Sengketa Pilpres Jadi Motivasi Kandidat Pilkada Berbuat Curang

Nasional
PPP Papua Tengah Klaim Pegang Bukti Kehilangan 190.000 Suara pada Pileg 2024

PPP Papua Tengah Klaim Pegang Bukti Kehilangan 190.000 Suara pada Pileg 2024

Nasional
Koarmada II Kerahkan 9 Kapal Perang untuk Latihan Operasi Laut Gabungan 2024, Termasuk KRI Alugoro

Koarmada II Kerahkan 9 Kapal Perang untuk Latihan Operasi Laut Gabungan 2024, Termasuk KRI Alugoro

Nasional
Kandidat Versus Kotak Kosong pada Pilkada 2024 Diperkirakan Bertambah

Kandidat Versus Kotak Kosong pada Pilkada 2024 Diperkirakan Bertambah

Nasional
Rencana Prabowo Bentuk 41 Kementerian Dinilai Pemborosan Uang Negara

Rencana Prabowo Bentuk 41 Kementerian Dinilai Pemborosan Uang Negara

Nasional
Di MIKTA Speakers’ Consultation Ke-10, Puan Suarakan Urgensi Gencatan Senjata di Gaza

Di MIKTA Speakers’ Consultation Ke-10, Puan Suarakan Urgensi Gencatan Senjata di Gaza

Nasional
KPK Sebut Kasus Gus Muhdlor Lambat Karena OTT Tidak Sempurna

KPK Sebut Kasus Gus Muhdlor Lambat Karena OTT Tidak Sempurna

Nasional
TNI AL Ketambahan 2 Kapal Patroli Cepat, KRI Butana-878 dan KRI Selar-879

TNI AL Ketambahan 2 Kapal Patroli Cepat, KRI Butana-878 dan KRI Selar-879

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com