Jika di Kutai Barat harus mendaki bukit untuk mendapat akses internet maka di Banyumas, Jawa Tengah, para siswa harus memanjat pohon di puncak bukit demi memperoleh sinyal untuk belajar daring.
Walau Dusun Karanggondang, Desa Sambirata, Kecamatan Cilongok ini hanya berjarak 12 kilometer dengan pusat Kota Purwokerto, kondisi geografisnya membuat segala frekuensi yang masuk ke wilayah ini seolah-olah “terperangkap” (Kompas.com, 29 Desember 2020).
Untuk menjaring sinyal provider, para siswa harus berjalan beberpa kilometer mendaki bukit di sekitar Telaga Kumpai. Di atas bukit, para siswa harus memanjat puncak pohon tinggi agar bisa “menjaring” sinyal.
Potensi jatuh terpeleset bisa saja terjadi karena ranting yang licin dan rapuh. Untuk para siswi, tentu lebih sulit lagi jika harus mendapat akses internet.
Sama-sama memiliki semangat juang tinggi sebagai “pemburu” akses internet dengan para siswa di Kutai Barat dan Banyumas, pelajar di pedalaman Flores, Nusa Tenggara Timur tepatnya di Desa Wailamun, Kecamatan Talibura, Kabupaten Sikka juga harus berjalan jauh.
Untuk bisa tersambung dengan akses internet, para pelajar harus mendaki bukit Lorowanan karena di atas bukit inilah jaringan seluler bisa tertangkap.
Bersama masyarakat umum yang juga memiliki keperluan berkomunikasi, para pelajar terpaksa harus ditemani orangtuanya di malam hari jika ada tugas yang harus dikumpulkan (Kompas.com, 29 September 2020).
Baca juga: Malam Hari Anak-anak Pedalaman Flores Jalan Kaki 3 Km Cari Sinyal demi Kerjakan Tugas
Saya teringat cita-cita saya dulu saat masih bocah. Setiap ditanya apa cita-citanya, dengan lantang saya atau teman-teman akan ucapkan ingin menjadi tentara, guru, dokter atau insinyur. Cita-cita kita dulu begitu sederhana.
Andai pertanyaan serupa diajukan di masa kekinian, maka impian akan cita-cita anak-anak sekarang menjadi semakin "spesifik". Ada yang ingin menjadi vlogger, youtuber, make up artis bahkan spesialis robotik selain ada juga yang masih bercita-cita seperti kita dahulu.
Biarkan anak-anak berceloteh dengan mimpinya. Kita tidak bisa melarang karena mimpi adalah hak setiap anak-anak untuk membayangkan kehidupannya di masa yang akan datang.
Justru menjadi tugas kita semua dan pemerintah untuk lebih peduli dengan ketersediaan segala fasilitas yang menunjang kemajuan dan pendidikan mereka.
Anak-anak di perkotaan yang berasal dari keluarga mapan kerap bercita-cita tinggi. Tetapi, sadarkah kita dengan mimpi anak-anak di daerah batas negara seperti di Skow, Papua, atau di Jagoi Babang di Kalimantan Barat atau di Wini, Nusa Tenggara Timur?
Mimpi mendapatkan akses internet gratis bagi mereka sebuah anugerah. Mimpi bisa makan sehari tiga kali adalah berkah yang luar biasa.
Perjuangan Arif pelajar kelas IV SDN 7 Kota Parepare, Sulawesi Selatan yang terpaksa menjadi pekerja bongkar pasang tenda hajatan dan pesta demi bisa membeli kuota internet pantas menjadi sinyal keprihatinan kita.
Memanjat dari satu tiang ke tiang yang lain dan memasang atap tenda hajatan adalah keseharian kerja Arif. Tekadnya hanyalah bisa meringankan beban orang tua dan bisa terus bersekolah serta mampu beli kuota internet untuk belajar daring (Kompas.com, 10 September 2021).
Baca juga: Demi Beli Kuota Belajar Online, Siswa Kelas 4 SD Jadi Buruh Bongkar Pasang Tenda Hajatan
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbud Ristek) memiliki program bantuan internet di 2021. Di periode 11–15 September, 11–15 Oktober serta 11–15 November 2021 ada program penyaluran bantuan kuota internet.
Untuk level peserta didik Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) mendapatkan kuota sebesar 7 GB setiap bulan, Untuk siswa SD hingga menengah memperoleh 10 GB setiap bulan.
Sedangkan untuk pendidik dari jenjang PAUD hingga pendidikan menengah mendapat jatah kuota 12 GB saban bulan. Dosen dan mahasiswa akan memperoleh kuota sebanyak 15 GB setiap bulan.
Bantuan kuota data internet tersebut dapat digunakan untuk mengakses seluruh aplikasi dan situs. Situs-situs yang diblokir oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) tidak bisa dibuka oleh penerima bantuan kuota (Kompas.com, 19 September 2021).
Baca juga: Tanya Jawab Seputar Bantuan Kuota Gratis Kemendikbud Ristek 2021
Bantuan kuota data internet dari Kemendikbub Ristek ini tidak bisa dipakai untuk membuka aplikasi media sosial seperi Badoo, Bigolive, Facebook, Instagram, Periscope, Pinterest, Snackvideo, Snapchat, Tinder, Tumblr, Twitter, Vive, Vkontake, atau YY.