Kegiatan Indonesia Bersholawat Bersama Habis Syech, yang dilakukan Airlangga melalui Majelis AH pada Sabtu (14/8/2021)—dengan momentum Kemerdekaan Indonesia ke-76 serta Tahun Baru Islam 1443 Hijriah—, punya penanda serupa.
Kegiatan yang dihadiri langsung oleh Airlangga dan diikuti 15.000 peserta secara virtual tersebut mendapatkan sentimen positif pemberitaan media. Ada pesan komunikasi yang mengandung spirit hijrah dan merdeka dari penderitaan pandemi Covid-19.
Political marketing yang dilakukan Airlangga tersebut bisa dinilai sebagai upaya untuk membentuk positioning, menancapkan citra tertentu ke dalam benak khalayak selaku pemilih tentang posisi khas yang melekat pada sosok Airlangga.
Pemilih Partai Golkar selama ini identik dengan segmentasi pemilih tradisional dari sisi tipologi. Misal, kuat di Jawa Barat, Banten, dan luar Pulau Jawa dari sisi geografi; serta pemilih dengan usia tua dari sisi demografi.
Upaya memperluas segmentasi pemilih masih sangat terbuka bagi Partai Golkar, termasuk untuk menjangkau komunitas pemilih milenial dan pemilih pemula, dan komunitas berbasis agama.
Ketua Umum Partai Golkar yang menduduki jabatan publik sebagai Menko Perekonomian punya keuntungan politik karena bisa melakukan kampanye permanen.
Ia bisa menemui khalayak sebagai pemilih kapan saja dengan berbagai program yang merupakan produk dari jabatan publik yang diembannya.
Baca juga: Gibran dan Airlangga Hartarto Gelar Pertemuan Tertutup di Solo, Ini yang Dibacarakan
Saat ini, dengan posisinya sebagai Menko Perekonomian sekaligus Ketua KPC-PEN, Airlangga punya sekian banyak program pupulis yang berpotensi dikonversikan menjadi citra diri dan citra politik.
Maka, dengan kemewahan politik yang melekat itu, Airlangga melalui kegiatan program atas nama pemerintah dan aktivitas politik atas nama Partai Golkar bisa memperluas segmentasi pemilih untuk memudahkan targeting politik ke depan.
Pemasaran politik yang dilakukan Airlangga tersebut sejalan dengan konsep Philip Kotler dan Neil Kotler (1999).
Mereka menerapkan konsep bisnis dalam pemasaran politik, yakni berkaitan dengan mengetahui keinginan pasar (pemilih), menciptakan produk (calon/kandidat) yang sesuai, menginformasikan produk (kandidat/partai) melalui promosi, serta mendistribusikan produk (kandidat/partai) agar sampai ke tangan konsumen (pemilih).
Dengan demikian, Airlangga kini tak hanya luwes untuk masuk di kalangan birokrasi dan pemilih tradisional selama ini menjadi basis pemilih Golkar.
Ia juga berpeluang untuk bisa fleksibel masuk di kalangan berbasis keagamaan, seperti NU dan Muhammadiyah bahkan komunitas lintas agama.
Dengan label syekhermania yang disematkan langsung oleh Habib Syekh, Airlangga juga akan lebih bisa diterima komunitas pecinta habaib dan para kiai.
Apakah ini akan menjadi pemasaran politik yang efektif?
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.