Pada hari yang sama, selebaran lain beredar di Cileduk, Tangerang, Banten. Tulisannya "Wabah Sebenarnya adalah Kelaparan".
Selebaran yang sama dengan Cileduk juga beredari di Banjarmasin, Kalimantan Selatan, beberapa hari kemudian.
Mural dan selebaran itu kemudian dihapus oleh Satpol PP.
Soal pro-kontra penghapusan kita bisa berbicara panjang. Pertanyaannya, apakah ada "dalang" yang sama di balik aksi mural dan selebaran ini?
Politisi PDI Perjuangan yang juga Praktisi Hukum Henry Yosodiningrat mengungkapkan kecurigaannya.
"Saya memperkirakan kalau melihat dari bentuk-bentuk, bahasanya, saya melihat ada intellectual man behind the screen."
Menurut Henry, aksi mural dan selebaran ini membutuhkan biaya yang tidak sedikit. "Katanya lapar tapi bisa membiayai membuat tulisan seperti itu," ungkap Henry.
Menanggapi Henry, aktivis hak asasi manusia Haris Azhar mengatakan, aksi mural itu biasa saja. Tidak ada yang istimewa.
"Dalam dunia seni ada tren. Tren soal penggunaan catnya, warnanya, hingga bahasanya. Jadi, jangan diartikan berlebihan," kata Haris.
Henry dan Haris mengungkapkan pandangannya di program AIMAN yang tayang setiap Senin pukul 20.00 di Kompas TV.
Haris justru khawatir dengan respons penghapusan mural oleh aparat pemerintah. Menurutnya, itu membayakan kebebasan berekspresi.
Terlepas dari alasan dikhawatirkan atau tidak, mural adalah bagian dari ekspresi masyarakat. Disampaikan dengan seni dan sebagian juga disampaikan dengan bahasa yang tinggi (high context communications).
Memang sulit untuk membuktikan apakah mural ini bagian dari skenario untuk menggerakkan massa atau tidak. Juga sulit membuktikan apakah ini terkait upaya klandestin dari pihak tertentu.
Tapi yang jelas, saat ini banyak masyarakat yang memang sedang mengalami himpitan ekonomi karena pandemi. Pemerintah perlu konsisten menjalankan program-program sosial membantu masyarakat.
Program-program sosial yang sedang dijalankan pemerintah adalah bantuan sosial tunai, program keluarga harapan, subsidi gaji, berbagai kemudahan bagi usaha kecil dan menengah, serta insentif bagi sejumlah sektor usaha.
Ada mural atau tidak ada mural, program-program itu harus terus konsisten dilakukan. Anjing menggonggong kafilah berlalu.
Jadi, tak perlu risau berlebihan. Anggap saja cubitan sayang ketimbang mencari kambing hitam.
Saya Aiman Witjaksono.
Salam!