Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Nasihin Masha
Pegiat Literasi

Pemerhati dan pegiat literasi. Pernah menjadi Pemimpin Redaksi Republika.  

Vent-I, Upaya Membangun Industri Alkes untuk Negeri, dan Pesan Trisakti Bung Karno

Kompas.com - 21/08/2021, 12:53 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

PADA Desember 2019, dunia digemparkan oleh berita hadirnya virus baru, virus corona—nama generik virus ini adalah Severe Acute Respiratory Syndrome Coronavirus 2 (SARSCoV-2) dan nama generik penyakit akibat virus ini adalah Coronavirus Disease 2019 (Covid-19).

Gambaran kengerian virus itu begitu nyata. Foto dan video beredar begitu cepat menyebat dari pusat kejadiannya di Wuhan, Tiongkok, ke seluruh dunia.

Orang-orang bergelimpangan di jalan. Pemerintah Tiongkok menutup kota sehingga warga Wuhan terkunci tidak bisa pergi ke kota lain.

Hingga, akhirnya Pemerintah Tiongkok melakukan lockdown terhadap Wuhan. Warga tak boleh berkeliaran. Petugas yang datang mengenakan baju mirip astronot.

Sebuah gambaran yang hanya bisa disaksikan di film-film, kini nyata di depan mata.

Di tahap awal, sejumlah menteri Indonesia masih meremehkan wabah ini. Hingga kemudian, pada 2 Maret 2020, dua korban pertama di Indonesia terdeteksi. Mereka warga Depok, ibu dan anaknya. Namun, rupanya tidak parah dan kemudian sembuh.

Lalu, pada 14 Maret 2020, Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi juga terpapar Covid-19. Ia menderita gejala parah. Foto-fotonya mengenakan alat bantu pernapasan (ventilator) beredar.

Baca juga: Bicara Corona Pakai Komik, Termasuk soal Bahaya Mudik

Ya, sesuai namanya, virus ini menyerang paru-paru. Publik pun lalu heboh tentang pentingnya ketersediaan ventilator.

Terlebih lagi, sejumlah negara yang lebih dulu terjangkit wabah—WHO telah menetapkan wabah Covid-19 sebagai pandemi pada 11 Maret 2020, artinya sudah menjadi wabah global karena persebarannya yang cepat—mengalami kekurangan ventilator. Harga alat ini juga lumayan mahal.

Vent-I dan akhir valley of death

Berdasarkan kenyataan itu, para insinyur dan dokter yang kreatif dan peduli melakukan antisipasi dan persiapan.

Ya, soal persiapan ini sangat penting, karena Indonesia berpengalaman menghadapi wabah seperti flus burung (akibat virus H5N1) pada 2005 dan SARS pada 2002.

Di antara yang peduli dan kreatif itu adalah dosen ITB, Prof Syarif Hidayat. Ia merancang ventilator buatannya. Ia lalu menggandeng para dokter.

Pencipta Vent-I, Syarif Hidayat (kemeja putih)  tengah melihat proses pengerjaan ventilator portable. KOMPAS.com/RENI SUSANTI Pencipta Vent-I, Syarif Hidayat (kemeja putih) tengah melihat proses pengerjaan ventilator portable.

Pada Juni 2020, ventilator buatannya sudah jadi. Ia menamakannya sebagai Ventilator Indonesia atau disingkat Vent-I.

Nama yang nasionalistik sekali. Harus diakui, alat-alat kesehatan dan obat-obatan mayoritas merupakan barang impor.

Panasonic Health Care Indonesia (PHCI), perusahaan dalam negeri yang mengkhususkan diri sebagai produsen alat-alat kesehatan pun tertarik untuk memproduksi Vent-I. Perusahaan ini milik Rachmat Gobel, pengusaha yang dikenal sangat nasionalistik.

Sebagai perusahaan patungan dengan Jepang, prototipe buatan Syarif pun dikirim ke Jepang untuk diuji. Setelah melalui penyesuaian, Vent-I dinyatakan bisa diproduksi dan telah disesuaikan dengan standar kualitas Panasonic.

Baca juga: Vent-I, Ventilator Portabel Karya Anak Bangsa, Segera Diproduksi Massal oleh Perusahaan Jepang

Pada Januari 2021, Vent-I sudah bisa diproduksi massal. Menristek Bambang S Brodjonegoro yang meluncurkan Vent-I.

“Kita menyaksikan suatu upaya yang tidak mudah tapi membuahkan hasil, yakni hilirisasi produk riset,” kata Bambang, Selasa, 26 Januari 2021.

Hari Tjahjono, dari ITB, menyebut momen ini sangat bersejarah. Menurut dia, hal yang paling ditakutkan oleh kalangan perguruan tinggi adalah bagaimana hasil risetnya bisa menjadi produk industri.

Dengan telah diluncurkannya Vent-I, mereka telah melampaui apa yang dinamakan valley of death. Banyak hasil riset di kampus-kampus hanya menumpuk di kertas atau di gudang, tak memiliki kelayakan untuk masuk industri.

Kini, Vent-I tidak hanya melambangkan nasionalisme yang menyala tapi juga membuktikan kelayakan untuk dimanfaatkan oleh publik.

Nama lengkap ventilator ini adalah Ventilator CPAP Vent-I Essential 3.5. Namun, nama publiknya adalah Vent-I.

Ventilator ini telah memenuhi standar internasional dari International Electronical Commission (IEC 60601), standar persyaratan ventilator (IEC 80601), standar kompatibilitas elektro magnetik (Electro Magnetic Compatibility/EMC) EN 55011 – CISPR 11).

Vent-I Juga telah lolos dari uji klinis di Universitas Padjadjaran dan BPFK Kemenkes, serta telah memiliki izin edar dari Kemenkes.

Sebagai bagian dari upaya berdaulat di bidang alat-alat kesehatan, Vent-I telah ditinjau oleh Menko Maritim dan Investasi Luhut Binsar Panjaitan, Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin, dan Ketua MPR Bambang Soesatyo.

“Dari segi kualitas saya percaya karena telah diuji oleh yang lebih berpengalaman, yaitu oleh Jepang,” kata Menkes saat berkunjung ke pabrik PHCI di Cikarang, Bekasi.

Mewujudkan pesan Trisaksi Soekarno

Dalam pidato kenegaraan di DPR RI, pada 16 Agustus 2021, Presiden Joko Widodo menyatakan, “Kemandirian industri obat, vaksin, dan alat-alat kesehatan masih menjadi kelemahan serius yang harus kita pecahkan.”

Baca juga: Naskah Lengkap Pidato Kenegaraan 2021 Presiden Joko Widodo

Presiden juga mengatakan, struktur ekonomi Indonesia 55 persen adalah kontribusi konsumsi rumah tangga.

“Kita harus alihkan menjadi lebih produktif dengan mendorong hilirisasi, investasi, dan ekspor,” kata Presiden.

Presiden Joko Widodo mengepalkan tangan saat menyampaikan Pidato Kenegaraan pada Sidang Tahunan MPR Tahun 2021 di Gedung Nusantara, Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Senin (16/8/2021). ANTARA FOTO/BAGUS INDAHONO Presiden Joko Widodo mengepalkan tangan saat menyampaikan Pidato Kenegaraan pada Sidang Tahunan MPR Tahun 2021 di Gedung Nusantara, Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Senin (16/8/2021).

Karena itu, Presiden mengatakan, “Perluasan akses pasar bagi produk-produk dalam negeri menjadi perhatian serius pemerintah. Program Bangga Buatan Indonesia terus kita gencarkan.”

Sesuai pidato Presiden tersebut, pembuatan ventilator karya anak bangsa merupakan jawaban konkret.

Terlebih lagi, Presiden telah mengeluarkan Peraturan Pemerintah No 29 Tahun 2018 tentang Pemberdayaan Industri, yang di dalamnya mengatur tentang Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN).

Untuk efektivitas pelaksanaan PP ini, Presiden membentuk tim yang dipimpin Luhut Binsar Panjaitan, yaitu sebagai ketua umum Timnas Penguatan Penggunaan Produk Dalam Negeri.

Pada Pasal 62 ayat (2) jelas disebutkan bahwa persyaratan minimal TKDN adalah 25 persen. Jika ada barang produksi dalam negeri dengan TKDN minimal 25 persen maka kita wajib menggunakan produk tersebut.

Sesuai sertifikat, Vent-I memiliki TKDN 42,42 persen.

Namun, seperti dikatakan Bambang Soesatyo, “Kondisi alat kesehatan di Indonesia hampir 94 persen tergantung produk impor. Saatnya prioritaskan alat kesehatan dalam negeri.”

Baca juga: Setelah Ciptakan Vent-I, Salman ITB Dirikan Lembaga Inovasi Terbuka

Hal itu juga yang menjadi perhatian Presiden bahwa kasus Covid-19 ini telah membuka mata bangsa Indonesia bahwa kemandirian obat, vaksi, dan alat kesehatan merupakan kelemahan serius yang dihadapi Indonesia.

Sebetulnya ketergantungan pada impor juga terjadi di sektor-sektor lain. Karena itu, sudah beberapa lama publik mengakui bahwa Indonesia sedang mengalami deindustrialisasi.

Ini karena tak kuatnya pemihakan dan lemahnya rasa kebangsaan. Padahal, khusus untuk menghadapi pandemi ini, pemerintah sudah mengeluarkan dana Rp 885 triliun.

Membangun industri itu bukan sekadar modal dan untung rugi seperti pedagang. Ada proses mencipta dan daya kreasi.

Ini yang tak mudah. Karena, hal itu mencakup pembudayaan dan terbangunnya nilai-nilai tentang proses kreatif dan daya cipta.

Ini bukan soal lo jual, gua beli. Ini tentang karakter unggul proses mencipta. Tak semua orang bisa, tak semua bangsa bisa melampaui valley of death.

Menjadi negara industri bukan soal berkuasa, melainkan soal kejuangan dan kebangsaan.

Ingat-ingat pesan Bung Karno tentang Trisakti, "Berdaulat di bidang politik, berdikari di bidang ekonomi, dan berkepribadian dalam kebudayaan."

Baca juga: Ayat-ayat Setan Sekitar Proklamasi

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Masuk Bursa Gubernur DKI, Risma Mengaku Takut dan Tak Punya Uang

Masuk Bursa Gubernur DKI, Risma Mengaku Takut dan Tak Punya Uang

Nasional
Sambut PKB dalam Barisan Pendukung Prabowo-Gibran, PAN: Itu CLBK

Sambut PKB dalam Barisan Pendukung Prabowo-Gibran, PAN: Itu CLBK

Nasional
Dewas KPK Minta Keterangan SYL dalam Dugaan Pelanggaran Etik Nurul Ghufron

Dewas KPK Minta Keterangan SYL dalam Dugaan Pelanggaran Etik Nurul Ghufron

Nasional
Soal Jatah Menteri PSI, Sekjen: Kami Tahu Ukuran Baju, Tahu Kapasitas

Soal Jatah Menteri PSI, Sekjen: Kami Tahu Ukuran Baju, Tahu Kapasitas

Nasional
Cinta Bumi, PIS Sukses Tekan Emisi 25.445 Ton Setara CO2

Cinta Bumi, PIS Sukses Tekan Emisi 25.445 Ton Setara CO2

Nasional
Menpan-RB Anas Bertemu Wapres Ma’ruf Amin Bahas Penguatan Kelembagaan KNEKS

Menpan-RB Anas Bertemu Wapres Ma’ruf Amin Bahas Penguatan Kelembagaan KNEKS

Nasional
Banyak Caleg Muda Terpilih di DPR Terindikasi Dinasti Politik, Pengamat: Kaderisasi Partai Cuma Kamuflase

Banyak Caleg Muda Terpilih di DPR Terindikasi Dinasti Politik, Pengamat: Kaderisasi Partai Cuma Kamuflase

Nasional
PKB Sebut Pertemuan Cak Imin dan Prabowo Tak Bahas Bagi-bagi Kursi Menteri

PKB Sebut Pertemuan Cak Imin dan Prabowo Tak Bahas Bagi-bagi Kursi Menteri

Nasional
Fokus Pilkada, PKB Belum Pikirkan 'Nasib' Cak Imin ke Depan

Fokus Pilkada, PKB Belum Pikirkan "Nasib" Cak Imin ke Depan

Nasional
Kritik Dukungan Nasdem ke Prabowo, Pengamat: Kalau Setia pada Jargon “Perubahan” Harusnya Oposisi

Kritik Dukungan Nasdem ke Prabowo, Pengamat: Kalau Setia pada Jargon “Perubahan” Harusnya Oposisi

Nasional
Megawati Tekankan Syarat Kader PDI-P Maju Pilkada, Harus Disiplin, Jujur, dan Turun ke Rakyat

Megawati Tekankan Syarat Kader PDI-P Maju Pilkada, Harus Disiplin, Jujur, dan Turun ke Rakyat

Nasional
Langkah PDI-P Tak Lakukan Pertemuan Politik Usai Pemilu Dinilai Tepat

Langkah PDI-P Tak Lakukan Pertemuan Politik Usai Pemilu Dinilai Tepat

Nasional
PSI Buka Pendaftaran Bakal Calon Kepala Daerah Pilkada 2024

PSI Buka Pendaftaran Bakal Calon Kepala Daerah Pilkada 2024

Nasional
PKB: Semua Partai Terima Penetapan Prabowo-Gibran, kecuali yang Gugat ke PTUN

PKB: Semua Partai Terima Penetapan Prabowo-Gibran, kecuali yang Gugat ke PTUN

Nasional
Ukir Sejarah, Walkot Surabaya Terima Penghargaan Satyalancana Karya Bhakti Praja Nugraha

Ukir Sejarah, Walkot Surabaya Terima Penghargaan Satyalancana Karya Bhakti Praja Nugraha

BrandzView
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com