Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Saat Warga Badui Menangis karena Hutan Sakralnya Dirusak Penambang Emas Liar

Kompas.com - 18/08/2021, 12:03 WIB
Wahyuni Sahara

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Presiden Joko Widodo terlihat mengenakan pakaian adat urang Kanekes, atau yang lebih dikenal sebagai suku Badui, saat menyampaikan pidato kenegaraan pada Senin (16/8/2021). 

Jokowi diketahui ingin mengenakan pakaian yang sederhana, apalagi negara dalam keadaan dilanda pandemi. Selama ini, urang Kanekes memang dikenal sebagai kelompok masyarakat yang sederhana dan sangat menghormati tradisi dan lingkungan.

Beberapa waktu lalu, masyarakat juga dikejutkan dengan video yang memperlihatkan urang Kanekes atau Badui menangis saat hutan adatnya dirusak.

Seluas 2 hektar hutan adat di Gunung Liman, pedalaman Kabupaten Lebak, Banten, dihabisi para penambang emas liar atau gurandil.

Baca juga: Hutan Sakral Warga Baduy Dalam Dirusak, AMAN: Sudah Kami Laporkan ke Kapolri

Perusakan hutan di Gunung Liman awalnya terungkap dari sebuah video yang berdedar di media sosial. Video itu diunggah di akun @inforangkasbiitung, kemudian menjadi viral.

Dalam video yang berdurasi sekitar satu menit itu, warga Badui meminta tolong ke pemerintah sambil menangis dengan menggunakan bahasa lokal setempat yang diartikan seperti di bawah ini.

"Kami mohon ke pemerintah, kami diamanatkan oleh leluhur supaya gunung jangan dihancurkan, lembah jangan dirusak, adat jangan diubah. Tapi sekarang terbukti Gunung Liman yang dirusak, minta tolong ke pemerintah," kata seorang warga Badui dalam video tersebut.

Kepala Desa Cibarani, Kecamatan Lebak, mengatakan bahwa warga yang berbicara dalam video tersebut adalah Ayah Pulung, warga Badui Dalam.

Pulung merupakan cucu dari leluhur Badui yang ditugaskan untuk menjaga Gunung Liman.

Merupakan hutan sakral

Gunung Liman merupakan hutan larangan yang disakralkan oleh masyarakat Badui. Mereka dititipkan oleh leluhur adat untuk menjaganya.

Sehingga, hukum adat mewajibkan masyarakat Badui secara turun-temurun untuk merawat Gunung Liman agar tetap terjaga kelestariannya. Itulah alasan mengapa mereka sangat sedih ketika mengetahui daerah sakralnya dirusak oleh para penambang emas liar.

"Mereka sangat sedih, menangis melihat hutan sakralnya gundul dirusak gurandil," kata Dulhani.

Di lahan Gunung Liman yang dirusak tersebut, kata Dulhani, ditemukan sejumlah lubang yang diduga tempat penambang liar mencari emas. Akibatnya, lahan seluas sekitar dua hektare di Gunung Liman tersebut menjadi gundul.

Baca juga: Baduy Dalam Ditutup untuk Umum Selama 3 Bulan

Lokasi lubang-lubang tersebut persisnya menurut Dulhani terletak di Gunung Liman yang masuk wilayah Wewengkon Adat Kasepuhan Cibarani di Kecamatan Cirinten.

Mengutip Kompas.id, oleh warga bersama Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, TNI, Polri dan Pemerintah Kabupaten Lebak telah menutup lubang-lubang tersebut. Di sana juga ditanam kembali ribuan anakan pohon.

Dulhani mengatakan, kerusakan yang timbul karena ulah manusia harus sesegera mungkin diperbaiki. Upaya itu dilakukan bukan hanya untuk memulihkan dan menjaga lingkungan semata, tapi juga untuk meredam murka alam. 

”Gunung Liman sakral. Tidak boleh dirusak. Pamali, bisa menimbulkan bencana. Banyak orang akan menderita,” katanya.

Warga meyakini kerusakan akan menimbulkan kualat. Bentuknya kasantap, kabadi, dan kasibat yang berarti kesambet atau kemasukan makhluk halus.

Lebih dari itu bisa terjadi angin puting beliung, terjangan banjir, dan kebakaran hebat yang akan meluluhlantakkan desa.

Di hutan tersebut terdapat sumber mata air yang sangat dijaga oleh masyarakat suku Badui. Juga terdapat sumber aliran sungai-sungai penting di Kabupaten Lebak dan Banten, yaitu Sungai Cibarani, Ciliman, Ciujung, dan Sungai Cibaso.

Mengutip Antara, saat ini, kawasan Hutan Hak Ulayat Badui seluas 5.101.85 hektare sesuai dengan Peraturan Daerah Nomor 32 Tahun 2001.

Dari 5.102.85 hektare itu, di antaranya seluas 3.000 hektare merupakan kawasan hutan adat, termasuk hutan larangan di Gunung Liman.

Memalukan

Wakil Ketua Komisi IV DPR Dedi Mulyadi menyebut perusakan itu sungguh memalukan.

"Malu kita sebagai orang beragama melakukan perusakan. Ditangisi orang Badui," ujar Dedi saat dikonfirmasi Kompas.com , Kamis (22/4/2021).

Dedi mendesak pemerintah pusat melalui pemerintah dan aparat penegak hukum untuk menindak tegas penambangan emas ilegal di hutan sakral suku Badui.

"Segera ditindak. Jangan biarkan perusakan alam terus berlanjut. Jangan biarkan suatu suku yang begitu mencintai alamnya mengalami derita karena perilaku buruk kita," kata Dedi.

Baca juga: Hutan Sakral Baduy Dirusak hingga Warganya Menangis, Dedi Mulyadi: Malu, Orang Beragama Melakukan Perusakan...

Salah satu tokoh Badui, Jaro Saija, juga meminta agar pihak-pihak berwajib melakukan tindakan tegas terhadap para perusak hutan Gunung Liman.

“Kami minta pemerintah daerah dan kepolisian dapat bertindak tega terhadap perusak hutan adat itu,” kata Jaro Saija yang juga menjabat sebagai Kepala Desa Kanekes, Kecamatan Leuwidimar, Kabupaten Lebak, Banten.

Lima orang ditetapkan tersangka

Penyidik Polda Banten telah menetapkan lima tersangka penambang emas tanpa izin atau gurandil di Gunung Liman, Kabupaten Lebak, Provinsi Banten.

Lima warga yang ditetapkan tersangka tersebut merupakan satu jaringan, mulai dari pelaku penambangan, pengolah hingga pemasok merkuri.

Diduga mereka telah melakukan aktivitas ilegal di kawasan sakral masyarakat Badui sejak Januari 2021.

Baca juga: Tetua Adat: Warga Baduy yang Ada di Perantauan Diperintahkan untuk Langsung Pulang

Direktur Reserse Kriminal Khusus Polda Banten, Kombes Pol Joko Sumarno, mengatakan, penetapan tersangka itu berdasarkan hasil penyelidikan dan investigasi terkait perusakan Gunung Liman, Kecamatan Leuwidamar, Kabupaten Lebak yang dilakukan para gurandil.

"Jadi sudah kami lakukan penindakan dengan lima warga menjadi tersangka. Kelima tersangka masih satu kaitan. Ada juga yang masih dalam proses penyidikan dan ada juga yang masih tahap penelitian kejaksaan," ujar Kombes Joko Sumarno seperti yang dikutip dari Kompas TV.

Selain penindakan, kepolisian juga melakukan langkah persuasif dengan menemui masyarakat sekitar Gunung Liman agar menghentikan aktivitas gurandil. Dengan harapan, kelestarian gunung dan hutan larangan dapat dilakukan secara bersama-sama.

"Kami dua minggu lalu menemui para tokoh dan masyarakat di sekitaran Gunung Liman, agar menjaga bersama-sama pelestarian gunung dan tidak merusaknya," kata Joko.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Kejagung: Kadis ESDM Babel Terbitkan RKAB yang Legalkan Penambangan Timah Ilegal

Kejagung: Kadis ESDM Babel Terbitkan RKAB yang Legalkan Penambangan Timah Ilegal

Nasional
Kejagung Tetapkan Kadis ESDM Babel dan 4 Orang Lainnya Tersangka Korupsi Timah

Kejagung Tetapkan Kadis ESDM Babel dan 4 Orang Lainnya Tersangka Korupsi Timah

Nasional
Masuk Bursa Gubernur DKI, Risma Mengaku Takut dan Tak Punya Uang

Masuk Bursa Gubernur DKI, Risma Mengaku Takut dan Tak Punya Uang

Nasional
Sambut PKB dalam Barisan Pendukung Prabowo-Gibran, PAN: Itu CLBK

Sambut PKB dalam Barisan Pendukung Prabowo-Gibran, PAN: Itu CLBK

Nasional
Dewas KPK Minta Keterangan SYL dalam Dugaan Pelanggaran Etik Nurul Ghufron

Dewas KPK Minta Keterangan SYL dalam Dugaan Pelanggaran Etik Nurul Ghufron

Nasional
Soal Jatah Menteri PSI, Sekjen: Kami Tahu Ukuran Baju, Tahu Kapasitas

Soal Jatah Menteri PSI, Sekjen: Kami Tahu Ukuran Baju, Tahu Kapasitas

Nasional
Cinta Bumi, PIS Sukses Tekan Emisi 25.445 Ton Setara CO2

Cinta Bumi, PIS Sukses Tekan Emisi 25.445 Ton Setara CO2

Nasional
Menpan-RB Anas Bertemu Wapres Ma’ruf Amin Bahas Penguatan Kelembagaan KNEKS

Menpan-RB Anas Bertemu Wapres Ma’ruf Amin Bahas Penguatan Kelembagaan KNEKS

Nasional
Banyak Caleg Muda Terpilih di DPR Terindikasi Dinasti Politik, Pengamat: Kaderisasi Partai Cuma Kamuflase

Banyak Caleg Muda Terpilih di DPR Terindikasi Dinasti Politik, Pengamat: Kaderisasi Partai Cuma Kamuflase

Nasional
PKB Sebut Pertemuan Cak Imin dan Prabowo Tak Bahas Bagi-bagi Kursi Menteri

PKB Sebut Pertemuan Cak Imin dan Prabowo Tak Bahas Bagi-bagi Kursi Menteri

Nasional
Fokus Pilkada, PKB Belum Pikirkan 'Nasib' Cak Imin ke Depan

Fokus Pilkada, PKB Belum Pikirkan "Nasib" Cak Imin ke Depan

Nasional
Kritik Dukungan Nasdem ke Prabowo, Pengamat: Kalau Setia pada Jargon “Perubahan” Harusnya Oposisi

Kritik Dukungan Nasdem ke Prabowo, Pengamat: Kalau Setia pada Jargon “Perubahan” Harusnya Oposisi

Nasional
Megawati Tekankan Syarat Kader PDI-P Maju Pilkada, Harus Disiplin, Jujur, dan Turun ke Rakyat

Megawati Tekankan Syarat Kader PDI-P Maju Pilkada, Harus Disiplin, Jujur, dan Turun ke Rakyat

Nasional
Langkah PDI-P Tak Lakukan Pertemuan Politik Usai Pemilu Dinilai Tepat

Langkah PDI-P Tak Lakukan Pertemuan Politik Usai Pemilu Dinilai Tepat

Nasional
PSI Buka Pendaftaran Bakal Calon Kepala Daerah Pilkada 2024

PSI Buka Pendaftaran Bakal Calon Kepala Daerah Pilkada 2024

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com