Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Ari Junaedi
Akademisi dan konsultan komunikasi

Doktor komunikasi politik & Direktur Lembaga Kajian Politik Nusakom Pratama.

Komunikasi + Vaksinasi = Harapan Sehat

Kompas.com - 26/07/2021, 16:35 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Bayangkan, pejalanan udara dari Jakarta menuju Langgur – ibukota Kabupaten Maluku Tenggara di Provinsi Maluku, butuh dua kali mengubah jarum jam di arloji.

Dengan transit di Ambon, perjalanan dilanjutkan ke dengan pesawat baling-baling ke Langgur.

Jika distribusi vaksin harus sampai ke desa atau pulau terpencil, maka masih puluhan jam perjalanan lagi dibutuhkan untuk memastikan vaksin itu tersalurkan dari ibukota kabupaten.

Belum lagi jika bicara lokasi terpencil di Papua, pulau-pulau kecil di Kabupaten Kepulauan Anambas, Provinsi Kepulauan Riau yang memiliki 256 pulau atau Krayan di perbatasan Kalimantan Utara dengan Malaysia.

Tingkat kesulitan pelaksanan vaksinasi di Indonesia tergolong tersulit dibandingkan negara-negara kontinen atau negara dengan berpenduduk tidak sebanyak Indonesia.

Upaya bantuan personel TNI – AL yang mengadakan vaksinasi untuk warga yang tinggal di kepulauan di atas kapal perang, menjadi optimisme upaya target vaksinasi nasional bisa tercapai (Kompas.com, 30/06/2021).

Mengapa program vaksin ditolak?

Sebuah kegagalan program – termasuk rencana vaksinasi berbayar – lebih dikarenakan ketidaksiapan strategi komunikasi packaging program.

Andai sebuah program sudah memiliki cetak biru strategi komunikasi yang tepat, tentu akan disambut dengan antusias dengan publik.

Di era Internet of Thing (IoT) sekarang ini, saat lesakan informasi begitu deras dan kadang tanpa disaring oleh publik, semua informasi kerap dianggap sebagai kebenaran. Media sosial menjadi penyebab “noise” sehingga tujuan program vaksinasi menjadi kabur.

Kasus kematian Nuryaman (60) penderita Covid di Tegal, Jawa Tengah, yang termakan hasutan Dokter Lois tentang efek pemakaian kombinasi obat dalam penanganan covid serta begitu mudahnya pihak rumah sakit menstigma pasien sebagai pengidap Covid, adalah bukti yang tidak terbantahkan. Nuryaman menolak divaksin karena isu adanya kandungan haram di dalam vaksin. (Kompas.com, 24/07/2021).

Baca juga: Kisah Helmi, Hoaks Covid-19 yang Merenggut Nyawa Papaku...

 

Begitu derasnya arus informasi yang tersebar di dunia maya, membuat publik menjadi rancu. Ketika ada mantan menteri menyebut Ivermectin sangat manjur untuk pengobatan bagi penderita Covid, maka pernyataan tersebut dianggap sebagai kebenaran mutlak.

Publik atau komunikan tidak lagi melihat kompetensi, kapabilitas, dan latar belakang komunikator, Si Pengirim Pesan.

Padahal, Ivermectin adalah obat cacing dan oleh organisasi kesehatan dunia (WHO) sangat tidak dianjurkan untuk pengobatan Covid.

Penyampaian pesan kepada publik juga harus melibatkan tokoh-tokoh masyarakat, tokoh keagamaan, tokoh publik atau influencer agar pesan yang diterima publik terserap dengan baik dan benar.

Harus diakui, kelemahan komunikasi birokrasi yang paling mencolok hingga saat ini adalah sangat bersifat one way communication (komunikasi satu arah).

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

[POPULER NASIONAL] PKS Sebut Surya Paloh Main Cantik di Politik | Ganjar-Mahfud Dapat Tugas Baru dari Megawati

[POPULER NASIONAL] PKS Sebut Surya Paloh Main Cantik di Politik | Ganjar-Mahfud Dapat Tugas Baru dari Megawati

Nasional
Tanggal 29 April 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 29 April 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Kejagung: Kadis ESDM Babel Terbitkan RKAB yang Legalkan Penambangan Timah Ilegal

Kejagung: Kadis ESDM Babel Terbitkan RKAB yang Legalkan Penambangan Timah Ilegal

Nasional
Kejagung Tetapkan Kadis ESDM Babel dan 4 Orang Lainnya Tersangka Korupsi Timah

Kejagung Tetapkan Kadis ESDM Babel dan 4 Orang Lainnya Tersangka Korupsi Timah

Nasional
Masuk Bursa Gubernur DKI, Risma Mengaku Takut dan Tak Punya Uang

Masuk Bursa Gubernur DKI, Risma Mengaku Takut dan Tak Punya Uang

Nasional
Sambut PKB dalam Barisan Pendukung Prabowo-Gibran, PAN: Itu CLBK

Sambut PKB dalam Barisan Pendukung Prabowo-Gibran, PAN: Itu CLBK

Nasional
Dewas KPK Minta Keterangan SYL dalam Dugaan Pelanggaran Etik Nurul Ghufron

Dewas KPK Minta Keterangan SYL dalam Dugaan Pelanggaran Etik Nurul Ghufron

Nasional
Soal Jatah Menteri PSI, Sekjen: Kami Tahu Ukuran Baju, Tahu Kapasitas

Soal Jatah Menteri PSI, Sekjen: Kami Tahu Ukuran Baju, Tahu Kapasitas

Nasional
Cinta Bumi, PIS Sukses Tekan Emisi 25.445 Ton Setara CO2

Cinta Bumi, PIS Sukses Tekan Emisi 25.445 Ton Setara CO2

Nasional
Menpan-RB Anas Bertemu Wapres Ma’ruf Amin Bahas Penguatan Kelembagaan KNEKS

Menpan-RB Anas Bertemu Wapres Ma’ruf Amin Bahas Penguatan Kelembagaan KNEKS

Nasional
Banyak Caleg Muda Terpilih di DPR Terindikasi Dinasti Politik, Pengamat: Kaderisasi Partai Cuma Kamuflase

Banyak Caleg Muda Terpilih di DPR Terindikasi Dinasti Politik, Pengamat: Kaderisasi Partai Cuma Kamuflase

Nasional
PKB Sebut Pertemuan Cak Imin dan Prabowo Tak Bahas Bagi-bagi Kursi Menteri

PKB Sebut Pertemuan Cak Imin dan Prabowo Tak Bahas Bagi-bagi Kursi Menteri

Nasional
Fokus Pilkada, PKB Belum Pikirkan 'Nasib' Cak Imin ke Depan

Fokus Pilkada, PKB Belum Pikirkan "Nasib" Cak Imin ke Depan

Nasional
Kritik Dukungan Nasdem ke Prabowo, Pengamat: Kalau Setia pada Jargon “Perubahan” Harusnya Oposisi

Kritik Dukungan Nasdem ke Prabowo, Pengamat: Kalau Setia pada Jargon “Perubahan” Harusnya Oposisi

Nasional
Megawati Tekankan Syarat Kader PDI-P Maju Pilkada, Harus Disiplin, Jujur, dan Turun ke Rakyat

Megawati Tekankan Syarat Kader PDI-P Maju Pilkada, Harus Disiplin, Jujur, dan Turun ke Rakyat

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com