Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Satgas Sebut Penurunan Testing Disebabkan Meluasnya Varian Delta

Kompas.com - 22/07/2021, 20:10 WIB
Fitria Chusna Farisa,
Kristian Erdianto

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Juru Bicara Satuan Tugas (Satgas) Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito mengatakan, berkurangnya jumlah testing disebabkan karena meluasnya virus corona varian Delta dalam sebulan terakhir.

Menurut Wiku, karakteristik varian Delta yang mudah menular memberikan tekanan yang cukup besar pada fasilitas penyedia layanan kesehatan serta laboratorium.

"Sehingga menimbulkan potensi keterlambatan pencatatan," kata Wiku, dalam konferensi pers yang ditayangkan YouTube Sekretariat Presiden, Kamis (22/7/2021).

Baca juga: Dalam Sepekan, Kasus Covid-19 Turun 40 Persen karena Testing Berkurang

Wiku mengungkapkan, saat ini terdapat 661 kasus virus corona varian Delta yang tersebar di Jawa dan Bali.

Selain varian Delta, menurunnya angka testing juga berkaitan dengan tingginya penambahan jumlah kasus Covid-19 sebulan terakhir.

Wiku mengatakan, testing saat ini memprioritaskan kelompok suspek dan kontak erat dari kasus konfirmasi Covid-19.

"Hal ini bertujuan untuk menurunkan angka positivity rate nasional yang sampai minggu ketiga Juli mencapai 28,27 persen, baik metode PCR dan rapid test antigen dioptimalkan dalam kondisi ini," ujar Wiku.

Baca juga: LaporCovid-19: Percuma Angka Kasus Covid-19 Turun kalau Jumlah Testing Merosot

Sebagaimana rekomendasi Badan Kesehatan Dunia atau World Health Organization (WHO), kata Wiku, kondisi testing secara menyeluruh dapat dilihat dari data testing mingguan, bukan harian.

Sebab, jika dilihat secara harian, data testing akan sangat dinamis dan fluktuatif.

Wiku mengatakan, pada pekan ketiga Juli 2021, Indonesia telah mencapai 4 kali standar testing yang ditargetkan oleh WHO.

Pemerintah, kata Wiku, akan terus mempercepat realisasi target pengetesan. Hal itu bakal diupayakan melalui kerja sama antara pemerintah pusat dengan pemerintah daerah.

"Untuk mencapai rasio target testing yang sepesifik di tiap daerah berdasarkan positivity rate, sekaligus pemberdayaan posko di tingkat komunitas, untuk mencapai target tracing sebanyak minimmal 15 kontak per satu kasus konfirmasi," kata Wiku.

Baca juga: Covid-19 Varian Delta Paling Banyak Ditemukan di Jakarta

Untuk diketahui, penambahan kasus harian Covid-19 beberapa hari belakangan tercatat lebih rendah dibandingkan periode awal pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) darurat.

Namun demikian, pemeriksaan spesimen juga menurun. Angka pemeriksaan spesimen tercatat di bawah 200.000 sampel dalam beberapa hari terakhir.

Berdasarkan data Satuan Tugas Penanganan Covid-19 pada Rabu (21/7/2021), spesimen yang diperiksa tercatat 153.330 sampel.

Sehari sebelumnya atau Selasa (20/7/2021) spesimen yang diperiksa mencapai 179.275.

Kemudian, pada Senin (19/7/2021) ada 160.686 spesimen yang diperiksa. Sedangkan pada Minggu (18/7/2021), jumlah spesimen yang diperiksa mencapai 192.918.

Pada Sabtu (17/7/2021), jumlah spesimen tercatat ada 251.392 sampel. Berikutnya, pada Jumat (16/7/2021), jumlah spesimen sebanyak 258.532 sampel.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Tanggapi Isu 'Presidential Club', PDI-P: Terlembaga atau Ajang Kongko?

Tanggapi Isu "Presidential Club", PDI-P: Terlembaga atau Ajang Kongko?

Nasional
Cak Imin Sebut PKB Jaring Calon Kepala Daerah dengan 3 Kriteria

Cak Imin Sebut PKB Jaring Calon Kepala Daerah dengan 3 Kriteria

Nasional
Golkar: 'Presidential Club' Bisa Permudah Prabowo Jalankan Pemerintahan

Golkar: "Presidential Club" Bisa Permudah Prabowo Jalankan Pemerintahan

Nasional
Jokowi Diprediksi Gandeng Prabowo Buat Tebar Pengaruh di Pilkada 2024

Jokowi Diprediksi Gandeng Prabowo Buat Tebar Pengaruh di Pilkada 2024

Nasional
Kans Parpol Pro Prabowo-Gibran Dengarkan Jokowi Tergantung Relasi

Kans Parpol Pro Prabowo-Gibran Dengarkan Jokowi Tergantung Relasi

Nasional
Demokrat Yakin Jokowi-Megawati Bisa Bersatu di 'Presidential Club'

Demokrat Yakin Jokowi-Megawati Bisa Bersatu di "Presidential Club"

Nasional
Sebut SBY Setuju Prabowo Bentuk 'Presidential Club', Demokrat: Seperti yang AS Lakukan

Sebut SBY Setuju Prabowo Bentuk "Presidential Club", Demokrat: Seperti yang AS Lakukan

Nasional
Jokowi Diperkirakan Bakal Gunakan Pengaruhnya di Pilkada Serentak 2024

Jokowi Diperkirakan Bakal Gunakan Pengaruhnya di Pilkada Serentak 2024

Nasional
Soal Kemungkinan Gabung Koalisi Prabowo, Cak Imin: Kita Lihat pada 20 Oktober

Soal Kemungkinan Gabung Koalisi Prabowo, Cak Imin: Kita Lihat pada 20 Oktober

Nasional
Kementerian PPPA Akan Dampingi Anak Korban Mutilasi di Ciamis

Kementerian PPPA Akan Dampingi Anak Korban Mutilasi di Ciamis

Nasional
'Orang Toxic Jangan Masuk Pemerintahan, Bahaya'

"Orang Toxic Jangan Masuk Pemerintahan, Bahaya"

Nasional
Prabowo Perlu Waktu untuk Bertemu, PKS Ingatkan Silaturahmi Politik Penting bagi Demokrasi

Prabowo Perlu Waktu untuk Bertemu, PKS Ingatkan Silaturahmi Politik Penting bagi Demokrasi

Nasional
Soal Tak Bawa Orang “Toxic” ke Pemerintahan, Cak Imin: Bukan Cuma Harapan Pak Luhut

Soal Tak Bawa Orang “Toxic” ke Pemerintahan, Cak Imin: Bukan Cuma Harapan Pak Luhut

Nasional
Halal Bihalal Akabri 1971-1975, Prabowo Kenang Digembleng Senior

Halal Bihalal Akabri 1971-1975, Prabowo Kenang Digembleng Senior

Nasional
Anggap “Presidential Club” Positif, Cak Imin:  Waktunya Lupakan Perbedaan dan Konflik

Anggap “Presidential Club” Positif, Cak Imin: Waktunya Lupakan Perbedaan dan Konflik

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com