Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
KILAS

Jaga Keberlanjutan Ikan Banyar, Kementerian KP Lakukan Riset dengan Analisis Otolith

Kompas.com - 16/07/2021, 19:32 WIB
Alifia Nuralita Rezqiana,
Mikhael Gewati

Tim Redaksi

KOMPAS.com – Kementerian Kelautan dan Perikanan (Kementerian KP) tengah melakukan riset dan inovasi untuk mengidentifikasi struktur populasi Ikan Banyar di perairan selatan Pulau Jawa hingga Bali.

Riset tersebut dilakukan melalui Loka Riset Perikanan Tuna (LRPT) Badan Riset dan Sumber Daya Manusia (BRSDM) Kementerian KP.

Sebagai informasi, Ikan Banyar (Rastrelliger kanagurta) merupakan jenis ikan pelagis beruaya jauh yang berperan penting dalam industri perikanan.

Ikan Banyar telah mendukung mata pencaharian masyarakat di sekitar pesisir. Namun keberlangsungan hidupnya saat ini sedang terancam lantaran biomassa di alam mengalami penurunan.

Untuk itu, LRPT BRSDM Kementerian KP mengidentifikasi struktur populasi Ikan Banyar dengan menggunakan analisis bentuk otolith.

Baca juga: Sederet Manfaat Memelihara Ikan Dalam Akuarium

Peneliti LRPT Arief Wujdi menjelaskan, otolith merupakan tulang telinga ikan. Organ ini digunakan untuk mengetahui umur, pertumbuhan, dan proses migrasi reproduksi Ikan Banyar.

Selain itu, secara permanen otolith juga dapat menyajikan sejarah hidup dan lingkungan, sehingga mampu menginterpretasikan parameter lingkungan, seperti temperatur dan salinitas atau kadar garam.

“Secara keseluruhan, 159 sampel otolith dikumpulkan dari 4 lokasi, yaitu Pelabuhan Ratu, Pacitan, Muncar, dan Kedonganan pada periode 2016 dan 2018. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata bentuk otolith bervariasi antar populasi,” jelas Arief.

Ia mengatakan, secara visual variasi dapat ditemui pada berbagai bagian otolith, yaitu excisura major, postrostrum, dan pararostrum.

Adanya variasi bentuk otolith antar populasi, kata Arief, dipengaruhi oleh faktor genetik dan lingkungan.

Baca juga: Tingkatkan Konsumsi Ikan, Kementerian KP Gelar Pelatihan Pengolahan Camilan Berbahan Ikan

Menurutnya, faktor lingkungan yang turut mempengaruhi variasi bentuk otolith adalah pergerakan arus di selatan Jawa dan Bali, yang didominasi oleh pergerakan arus dari timur ke barat.

Dengan begitu, memungkinkan percampuran antar populasi di Selat Bali dan Pacitan, serta Pacitan dan Pelabuhan Ratu.

Arief memaparkan, pergerakan Ikan Banyar juga dipengaruhi terjadinya upwelling yang dimulai pada April.

Potret Ikan Banyar di perairan selatan Pulau Jawa dan Bali.DOK. Humas Kementerian Kelautan dan Perikanan Potret Ikan Banyar di perairan selatan Pulau Jawa dan Bali.

Upwelling terjadi di wilayah selatan Bali dan Lombok, kemudian bergerak ke arah barat, hingga melemah pada November di perairan selatan Jawa Barat.

Melemahnya intensitas upwelling di bagian selatan Jawa Barat tersebut menjadi faktor yang membatasi pergerakan Ikan Banyar, sehingga memisahkan populasi antara kelompok barat dan timur.

Halaman:


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com