Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Epidemiolog Ingatkan Pentingnya Memantau Pasien Covid-19 yang Isolasi Mandiri

Kompas.com - 13/07/2021, 10:27 WIB
Tatang Guritno,
Dani Prabowo

Tim Redaksi

 

JAKARTA, KOMPAS.com - Ahli epidemiologi dari Griffith University Australia Dicky Budiman menjelaskan pentingnya memantau pasien Covid-19 yang sedang menjalani isolasi mandiri.

Pemantantuan intensif, lanjut Dicky, mesti dilakukan terutama pada hari ke-5 hingga ke-10 seseorang menjalani isolasi mandiri.

"Jadi program pemantauan yang sifatnya kunjungan rumah ini penting dilakukan. Setidaknya dalam periode isolasi mandiri terutama di fase hari ke 5 sampai 10 paling rawan, pada fase ini pemantauan lebih baik dilakukan setiap hari," jelas Dicky dihubungi Kompas.com, Selasa (13/7/2021).

Dicky menyebut pemantauan intensif harus dilakukan guna menurunkan jumlah rujukan pasien Covid-19 ke rumah sakit dan menurunkan angka kematian saat seseorang menjalankan isolasi mandiri.

"Ini yang bisa menurunkan angka rujukan ke rumah sakit dan juga menurunkan jumlah kematian," sambungnya.

Baca juga: Epidemiolog Minta Pasien Covid-19 yang Isolasi Mandiri Waspadai Kondisi Ini...

Namun dalam kondisi saat ini, Dicky menyarankan, agar pemerintah bekerjasama dengan berbagai pihak untuk melakukan pemantauan pada pasien Covid-19 yang menjalankan isolasi mandiri.

Sebab pemantauan itu sudah tidak bisa dengan memanfaatkan tenaga kesehatan yang sudah disibukkan dengan penanganan Covid-19 di berbagai fasilitas kesehatan.

"Tentu hal ini bisa dilakukan dengan melibatkan masyarakat setempat atau civil society. Kalau bicara nakes sudah enggak bisa," imbuh dia.

Dicky kemudian juga menyarankan masyarakat yang sedang menjalani isolasi mandiri segera mencari fasilitas kesehatan jika mengalami beberapa gejala.

Pertama, demam yang tidak turun selama 3-4 hari.

Kedua, batuk disertai dahak berwarna yang tidak mereda setelah 7-10 hari isolasi mandiri.

"Ketiga, saturasi oksigen dibawah 92 persen selama 1-2 hari dan disertai keluhan sesak nafas, itu harus segera mendapat penanganan tenaga kesehatan, kalau tidak bisa fatal," tutur dia.

Selain tiga kondisi itu, menurut Dicky, masyarakat yang memiliki keterbatasan komunikasi dan mobilitas karena kesehatan mental atau pun kondisi disabilitas juga tidak bisa menjalani isolasi mandiri.

Baca juga: Apakah Perlu Tes Swab Setelah 14 Hari Isolasi Mandiri?

"Masyarakat pada kondisi tersebut benar-benar tidak bisa isolasi mandiri. Perlu ditangani dan diawasi di fasilitas kesehatan," imbuhnya.

Diberitakan sebelumnya LaporCovid-19 menyebut sampai 12 Juli 2021 sebanyak 450 orang meninggal dunia saat menjalani isolasi mandiri.

Berdasarkan data tersebut, angka kematian terbanyak saat isolasi mandiri berada di provinsi Jawa Barat dengan 160 warga tutup usia.

Co-Inisiator LaporCovid-19, Ahmad Arif mengatakan kasus kematian saat isolasi mandiri juga ditemukan di sejumlah provinsi lain seperti Yogyakarta, DKI Jakarta, Banten, dan Jawa Timur.

Sedangkan di luar Jawa, kematian saat isolasi mandiri ditemukan pula di Kalimantan Timur, Kalimantan Barat, Riau serta Nusa Tenggara Timur (NTT).

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Meneropong Kabinet Prabowo-Gibran, Menteri 'Triumvirat' hingga Keuangan Diprediksi Tak Diisi Politisi

Meneropong Kabinet Prabowo-Gibran, Menteri "Triumvirat" hingga Keuangan Diprediksi Tak Diisi Politisi

Nasional
Dewas KPK Gelar Sidang Perdana Dugaan Pelanggaran Etik Nurul Ghufron Hari Ini

Dewas KPK Gelar Sidang Perdana Dugaan Pelanggaran Etik Nurul Ghufron Hari Ini

Nasional
Jokowi Resmikan 40 Kilometer Jalan Inpres Senilai Rp 211 Miliar di NTB

Jokowi Resmikan 40 Kilometer Jalan Inpres Senilai Rp 211 Miliar di NTB

Nasional
Jokowi Akan Resmikan Bendungan dan Panen Jagung di NTB Hari ini

Jokowi Akan Resmikan Bendungan dan Panen Jagung di NTB Hari ini

Nasional
Meski Isyaratkan Merapat ke KIM, Cak Imin Tetap Ingin Mendebat Prabowo soal 'Food Estate'

Meski Isyaratkan Merapat ke KIM, Cak Imin Tetap Ingin Mendebat Prabowo soal "Food Estate"

Nasional
Setelah Jokowi Tak Lagi Dianggap sebagai Kader PDI-P...

Setelah Jokowi Tak Lagi Dianggap sebagai Kader PDI-P...

Nasional
Pengertian Lembaga Sosial Desa dan Jenisnya

Pengertian Lembaga Sosial Desa dan Jenisnya

Nasional
Prediksi soal Kabinet Prabowo-Gibran: Menteri Triumvirat Tak Diberi ke Parpol

Prediksi soal Kabinet Prabowo-Gibran: Menteri Triumvirat Tak Diberi ke Parpol

Nasional
Jokowi Dianggap Jadi Tembok Tebal yang Halangi PDI-P ke Prabowo, Gerindra Bantah

Jokowi Dianggap Jadi Tembok Tebal yang Halangi PDI-P ke Prabowo, Gerindra Bantah

Nasional
Soal Kemungkinan Ajak Megawati Susun Kabinet, TKN: Pak Prabowo dan Mas Gibran Tahu yang Terbaik

Soal Kemungkinan Ajak Megawati Susun Kabinet, TKN: Pak Prabowo dan Mas Gibran Tahu yang Terbaik

Nasional
PKS Siap Gabung, Gerindra Tegaskan Prabowo Selalu Buka Pintu

PKS Siap Gabung, Gerindra Tegaskan Prabowo Selalu Buka Pintu

Nasional
PKB Jaring Bakal Calon Kepala Daerah untuk Pilkada 2024, Salah Satunya Edy Rahmayadi

PKB Jaring Bakal Calon Kepala Daerah untuk Pilkada 2024, Salah Satunya Edy Rahmayadi

Nasional
Saat Cak Imin Berkelakar soal Hanif Dhakiri Jadi Menteri di Kabinet Prabowo...

Saat Cak Imin Berkelakar soal Hanif Dhakiri Jadi Menteri di Kabinet Prabowo...

Nasional
Prabowo Ngaku Disiapkan Jadi Penerus, TKN Bantah Jokowi Cawe-cawe

Prabowo Ngaku Disiapkan Jadi Penerus, TKN Bantah Jokowi Cawe-cawe

Nasional
Orang Dekat Prabowo-Jokowi Diprediksi Isi Kabinet: Sjafrie Sjamsoeddin, Dasco, dan Maruarar Sirait

Orang Dekat Prabowo-Jokowi Diprediksi Isi Kabinet: Sjafrie Sjamsoeddin, Dasco, dan Maruarar Sirait

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com