Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Vaksinasi Covid-19 Dosis Ketiga Dimungkinkan, Bio Farma: Sifatnya Booster, Boleh Beda Merek

Kompas.com - 07/07/2021, 17:15 WIB
Nicholas Ryan Aditya,
Diamanty Meiliana

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Direktur Utama (Dirut) PT Bio Farma Honesti Basyir menegaskan, suntikan vaksin dosis ketiga boleh menggunakan merek vaksin yang berbeda dari dosis pertama dan kedua.

Ia mengatakan, berdasarkan hasil uji klinis dan hasil pemantauan WHO, jika vaksin tersebut harus diberikan dalam dua dosis, misalnya Sinovac atau AstraZeneca, maka harus dilengkapi dulu.

Setelahnya, bisa berganti merek.

"Beda lagi nanti dengan vaksin ketiga yang sifatnya booster, sebagai penguat. Itu boleh berbeda. Tapi vaksin pertama dan vaksin kedua sebagai kewajiban itu harus sama," kata Honesti dalam rapat dengar pendapat (RDP) Komisi VI DPR dengan Dirut PT Bio Farma, PT Kimia Farma, Indo Farma, dan Phapros, Rabu (7/7/2021).

Baca juga: Muncul Usulan Vaksin Dosis Ketiga untuk Nakes, Epidemiolog: Stok Terbatas, Prioritaskan Target yang Belum

Honesti mengatakan, hingga kini belum ada satu pun penelitian di dunia yang memastikan berapa lama masa proteksi vaksin kepada manusia.

Menurutnya, saat ini mengenai masa proteksi vaksin masih dilanjutkan uji klinisnya.

Ia pun mencontohkan bahwa pihaknya akan melanjutkan uji klinis terhadap Vaksin Sinovac diperpanjang menjadi satu tahun.

"Seperti yang terjadi di kita di Bio Farma, kami melanjutkan uji klinis terhadap vaksin Sinovac untuk menjadi satu tahun. Ini untuk melihat apakah kemampuan proteksi dari vaksin ini bisa melebihi 6 bulan atau pun selama satu tahun," tutur dia.

Kendati demikian, ia memprediksi bahwa vaksinasi Covid-19 bakal dilakukan rutin tiap tahunnya seperti vaksin Influenza.

Baca juga: Penerima Vaksin Pfizer Mungkin Butuh Dosis Ketiga Setelah 6-12 Bulan

Ia pun berkaca pada negara tetangga yaitu Singapura yang juga tengah menyiapkan vaksinasi Covid-19 menjadi agenda tahunan.

"Meski kita juga tahu, beberapa negara seperti Singapura, mereka sudah mulai menyatakan bahwa, even WHO pun menyatakan bahwa kemungkinan virus Covid-19 ini akan seperti virus flu di mana setiap tahun orang harus melakukan vaksinasi," jelasnya.

Selain itu, Honesti mengingatkan kembali terkait Vaksinasi Covid-19 untuk anak usia 12 hingga 17 tahun sudah diperbolehkan dengan menggunakan Vaksin Sinovac.

Menurutnya, hal itu telah berdasarkan hasil keputusan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) terkait izin penggunaan darurat atau emergency use authorization (EUA).

Sementara itu, untuk usia 3-12 tahun, pihaknya mengaku masih menunggu hasil uji klinis di beberapa negara dengan jenis vaksin yang sama yaitu Sinovac.

"Kalau data klinisnya sudah cukup, kita akan segera masukkan ke BPOM untuk mendapatkan izin," ungkapnya.

Baca juga: Vaksin Pfizer Mungkin Perlu Dosis Ketiga, Vaksinasi Tiap Tahun

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Tanggapi Isu 'Presidential Club', PDI-P: Terlembaga atau Ajang Kongko?

Tanggapi Isu "Presidential Club", PDI-P: Terlembaga atau Ajang Kongko?

Nasional
Cak Imin Sebut PKB Jaring Calon Kepala Daerah dengan 3 Kriteria

Cak Imin Sebut PKB Jaring Calon Kepala Daerah dengan 3 Kriteria

Nasional
Golkar: 'Presidential Club' Bisa Permudah Prabowo Jalankan Pemerintahan

Golkar: "Presidential Club" Bisa Permudah Prabowo Jalankan Pemerintahan

Nasional
Jokowi Diprediksi Gandeng Prabowo Buat Tebar Pengaruh di Pilkada 2024

Jokowi Diprediksi Gandeng Prabowo Buat Tebar Pengaruh di Pilkada 2024

Nasional
Kans Parpol Pro Prabowo-Gibran Dengarkan Jokowi Tergantung Relasi

Kans Parpol Pro Prabowo-Gibran Dengarkan Jokowi Tergantung Relasi

Nasional
Demokrat Yakin Jokowi-Megawati Bisa Bersatu di 'Presidential Club'

Demokrat Yakin Jokowi-Megawati Bisa Bersatu di "Presidential Club"

Nasional
Sebut SBY Setuju Prabowo Bentuk 'Presidential Club', Demokrat: Seperti yang AS Lakukan

Sebut SBY Setuju Prabowo Bentuk "Presidential Club", Demokrat: Seperti yang AS Lakukan

Nasional
Jokowi Diperkirakan Bakal Gunakan Pengaruhnya di Pilkada Serentak 2024

Jokowi Diperkirakan Bakal Gunakan Pengaruhnya di Pilkada Serentak 2024

Nasional
Soal Kemungkinan Gabung Koalisi Prabowo, Cak Imin: Kita Lihat pada 20 Oktober

Soal Kemungkinan Gabung Koalisi Prabowo, Cak Imin: Kita Lihat pada 20 Oktober

Nasional
Kementerian PPPA Akan Dampingi Anak Korban Mutilasi di Ciamis

Kementerian PPPA Akan Dampingi Anak Korban Mutilasi di Ciamis

Nasional
'Orang Toxic Jangan Masuk Pemerintahan, Bahaya'

"Orang Toxic Jangan Masuk Pemerintahan, Bahaya"

Nasional
Prabowo Perlu Waktu untuk Bertemu, PKS Ingatkan Silaturahmi Politik Penting bagi Demokrasi

Prabowo Perlu Waktu untuk Bertemu, PKS Ingatkan Silaturahmi Politik Penting bagi Demokrasi

Nasional
Soal Tak Bawa Orang “Toxic” ke Pemerintahan, Cak Imin: Bukan Cuma Harapan Pak Luhut

Soal Tak Bawa Orang “Toxic” ke Pemerintahan, Cak Imin: Bukan Cuma Harapan Pak Luhut

Nasional
Halal Bihalal Akabri 1971-1975, Prabowo Kenang Digembleng Senior

Halal Bihalal Akabri 1971-1975, Prabowo Kenang Digembleng Senior

Nasional
Anggap “Presidential Club” Positif, Cak Imin:  Waktunya Lupakan Perbedaan dan Konflik

Anggap “Presidential Club” Positif, Cak Imin: Waktunya Lupakan Perbedaan dan Konflik

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com