Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pukat UGM: Jaksa Pinangki Mestinya Divonis Lebih Berat

Kompas.com - 24/06/2021, 15:56 WIB
Tatang Guritno,
Dani Prabowo

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com – Peneliti Pusat Studi Anti Korupsi Universitas Gadjah Mada (Pukat UGM) Zaenur Rohman menilai mestinya jaksa Pinangki Sirna Malasari divonis lebih berat.

Ia menyesalkan putusan majelis hakim Pengadilan Tinggi (PT) Jakarta yang justru memotong hukuman pidana jaksa Pinangki dari 10 tahun menjadi 4 tahun penjara.

“Banyak faktor-faktor lain yang bisa memberatkan vonis pada Pinangki yang tidak dipertimbangkan majelis hakim,” kata Zaenur dihubungi Kompas.com, Kamis (24/6/2021).

Berbagai faktor itu, salah satunya adalah fakta bahwa Pinangki adalah seorang jaksa yang merupakan aparat penegak hukum.

“Pinangki aparat penegak hukum, ia mengetahui hukum dan tahu konsekuensinya jika melanggar hukum,” sambungnya.

Selain itu faktor berikutnya adalah Pinangki telah terbukti melakukan tiga perbuatan pidana sekaligus.

“Kedua perbuatannya diancam dengan dakwaan berlapis mulai dari penerimaan suap, pemufakatan jahat, dan pencucian uang,” tuturnya.

Baca juga: Kejaksaan Didesak Ajukan Kasasi atas Pemotongan Vonis Jaksa Pinangki

Faktor terakhir dalam pandangan Zaenur adalah perbuatan Pinangki merupakan bentuk mafia hukum, karena tindakannya memperjualbelikan hukum untuk mendapatkan keuntungan pribadi.

“Itu sangat serius, sehingga masyarakat bereaksi keras dan tidak dapat menerima alasan hakim dalam mengurangi masa pidana yang dijatuhkan pada Pinangki,” imbuh dia.

Oleh karena itu, Zaenur mendesak agar pihak Kejaksaan Agung (Kejagung) mengajukan kasasi agar hukuman yang diberikan pada jaksa Pinangki bisa sama dengan putusan Pengadilan Tipikor Jakarta, atau bahkan lebih berat.

“Yang harus dilakukan kejaksaan sekarang adalah mengajukan kasasi agar putusan pada Pinangki setidak-tidaknya sama dengan putusan Pengadilan Tipikor,” tegas dia.

Adapun jaksa Pinangki sebelumnya dijatuhi hukuman 10 tahun penjara oleh majelis hakim Pengadilan Tindak Pidana Korupsi (Tipikor) Jakarta.

Namun dalam pengajuan banding, majelis hakim Pengadilan Tinggi (PT) Jakarta memangkas hukuman tersebut menjadi 4 tahun penjara.

Majelis hakim PT Jakarta memberikan beberapa alasan yang mendasari pemangkasan putusan tersebut yaitu Pinangki mengakui telah mengakui perbuatannya, ia telah diberhentikan dari profesinya sebagai jaksa, dan merupakan seorang ibu yang masih harus menemani perkembangan seorang anak.

Baca juga: Pukat UGM: Keuntungan Negara Menyita Mobil Pinangki Tak Sebanding dengan Kerusakan yang Ditimbulkan

Diketahui jaksa Pinangki Sirna Malasari merupakan terpidana atas perkara pembuatan fatwa Mahkamah Agung (MA) pada terpidana kasus “cessie” Bank Bali Djoko Tjandra.

Ia juga terbukti melakukan Tindak Pidana Pencucian Uang (TPPU) sebesar Rp 5,25 miliar terkait perkara tersebut.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

 PAN Nilai 'Presidential Club' Sulit Dihadiri Semua Mantan Presiden: Perlu Usaha

PAN Nilai "Presidential Club" Sulit Dihadiri Semua Mantan Presiden: Perlu Usaha

Nasional
Gibran Ingin Konsultasi ke Megawati untuk Susun Kabinet, Politikus PDI-P: Itu Hak Prerogatif Pak Prabowo

Gibran Ingin Konsultasi ke Megawati untuk Susun Kabinet, Politikus PDI-P: Itu Hak Prerogatif Pak Prabowo

Nasional
LPAI Harap Pemerintah Langsung Blokir 'Game Online' Bermuatan Kekerasan

LPAI Harap Pemerintah Langsung Blokir "Game Online" Bermuatan Kekerasan

Nasional
MBKM Bantu Satuan Pendidikan Kementerian KP Hasilkan Teknologi Terapan Perikanan

MBKM Bantu Satuan Pendidikan Kementerian KP Hasilkan Teknologi Terapan Perikanan

Nasional
PAN Siapkan Eko Patrio Jadi Menteri di Kabinet Prabowo-Gibran

PAN Siapkan Eko Patrio Jadi Menteri di Kabinet Prabowo-Gibran

Nasional
Usai Dihujat Karena Foto Starbucks, Zita Anjani Kampanye Dukung Palestina di CFD

Usai Dihujat Karena Foto Starbucks, Zita Anjani Kampanye Dukung Palestina di CFD

Nasional
Kemenag: Jangan Tertipu Tawaran Berangkat dengan Visa Non Haji

Kemenag: Jangan Tertipu Tawaran Berangkat dengan Visa Non Haji

Nasional
'Presidential Club' Dinilai Bakal Tumpang Tindih dengan Wantimpres dan KSP

"Presidential Club" Dinilai Bakal Tumpang Tindih dengan Wantimpres dan KSP

Nasional
Soal Presidential Club, Pengamat: Jokowi Masuk Daftar Tokoh yang Mungkin Tidak Akan Disapa Megawati

Soal Presidential Club, Pengamat: Jokowi Masuk Daftar Tokoh yang Mungkin Tidak Akan Disapa Megawati

Nasional
Gaya Politik Baru: 'Presidential Club'

Gaya Politik Baru: "Presidential Club"

Nasional
Kemenag Rilis Jadwal Keberangkatan Jemaah Haji, 22 Kloter Terbang 12 Mei 2024

Kemenag Rilis Jadwal Keberangkatan Jemaah Haji, 22 Kloter Terbang 12 Mei 2024

Nasional
Luhut Minta Orang 'Toxic' Tak Masuk Pemerintahan, Zulhas: Prabowo Infonya Lengkap

Luhut Minta Orang "Toxic" Tak Masuk Pemerintahan, Zulhas: Prabowo Infonya Lengkap

Nasional
PDI-P Yakin Komunikasi Prabowo dan Mega Lancar Tanpa Lewat 'Presidential Club'

PDI-P Yakin Komunikasi Prabowo dan Mega Lancar Tanpa Lewat "Presidential Club"

Nasional
Zulhas: Semua Mantan Presiden Harus Bersatu, Apalah Artinya Sakit Hati?

Zulhas: Semua Mantan Presiden Harus Bersatu, Apalah Artinya Sakit Hati?

Nasional
Soal 'Presidential Club', Yusril: Yang Tidak Mau Datang, Enggak Apa-apa

Soal "Presidential Club", Yusril: Yang Tidak Mau Datang, Enggak Apa-apa

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com