Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Virus Corona Bisa Bertahan Puluhan Tahun, Ini 4 Strategi Tangani Pandemi Menurut Menkes

Kompas.com - 23/06/2021, 10:00 WIB
Dian Erika Nugraheny,
Bayu Galih

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin mengatakan, ada empat strategi dalam penanganan pandemi Covid-19 saat ini.

Empat strategi itu terdiri dari strategi penanganan di hulu atau pencegahan penularan dan di hilir, dalam hal ini termasuk rumah sakit dan tempat isolasi pasien Covid-19.

"Untuk mengurangi laju penularan Covid-19 itu ada empat hal. Tiga di hulu, satu di hilir," ujar Budi dalam sesi wawancara virtual dengan Kompas, Selasa (22/6/2021) malam.

Baca juga: Menkes: Kenaikan Pasien Covid-19 di RS Sudah Lebih dari 100 Persen

Tiga strategi di bagian hulu, yakni kepatuhan menjalankan protokol kesehatan, pelaksanaan 3T dan isolasi, dan vaksinasi Covid-19.

Kemudian satu strategi di hilir adalah terkait pengobatan dan perawatan.

"Keempat strategi ini harus dijalankan secara bersamaan," ujar Budi.

Dia menekankan, empat strategi ini menjadi penting karena sifat dari virus corona yang bisa bertahan hidup dalam waktu sangat lama.

Sama halnya dengan virus-virus lain, virus corona penyebab Covid-19 juga bisa bertahan hidup hingga puluhan bahkan ratusan tahun.

Baca juga: Menkes: Mulai Juli, Vaksinasi Covid-19 untuk Usia 18 Tahun ke Atas Diperbanyak

Sehingga, kata Budi, dalam penanganan sebuah pandemi tujuan utamanya bukan menghilangkan virusnya.

"Virus itu bisa ada selama 10 tahun, 100 tahun, tapi yang penting buat kita, kita bisa mengontrol pandemi ini. Kalau bisa flattening the curve," ujar dia.

Dengan kata lain, dia menekankan tentang bagaimana cara mengurangi laju penularan Covid-19.

Karena sifat virus yang akan bertahan dalam waktu lama, Budi berpendapat penularan masih berpotensi terus terjadi.

Namun, yang terpenting orang yang sakit tidak melebihi kapasitas pelayanan kesehatan.

"Biarkan virus ini menular, yang penting orang yang sakit ini tidak pernah lebih tinggi dari kapasitas RS," kata Budi Gunadi Sadikin.

Baca juga: Menkes: Yang Penting Kita Bisa Kontrol Pandemi, Flattening The Curve


Dia lantas mencontohkan dengan penghitungan matematis. 

Pada dasarnya, dari 100 persen yang terpapar Covid-19 sebanyak 80 persennya akan diisolasi dan dapat sembuh dengan sendirinya.

Kemudian, sebanyak 20 persen akan masuk RS.

Sementara itu dari 20 persen tadi sebanyak 5 persen akan masuk ICU.

"Lalu sebanyak 1,7 persen wafat. Itu statistik selama ini," ucapnya.

Selain itu, jika dilihat dari fatality rate virus corona penyebab Covid-19 tidak lebih mematikan dibandingkan HIV atau TBC.

Budi menyebutkan, kejadian kematian akibat HIV dan TBC lebih banyak jika dibandingkan Covid-19.

"Hanya saja yang menjadi musuh kita adalah penularannya. Kalau penularan banyak sekali, orang bukan mati gara-gara penyakit tapi gara-gara gabisa dirawat di RS. Oleh karenanya, menekan laju penularan ini menjadi penting," kata Budi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Tanggal 29 April 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 29 April 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Kejagung: Kadis ESDM Babel Terbitkan RKAB yang Legalkan Penambangan Timah Ilegal

Kejagung: Kadis ESDM Babel Terbitkan RKAB yang Legalkan Penambangan Timah Ilegal

Nasional
Kejagung Tetapkan Kadis ESDM Babel dan 4 Orang Lainnya Tersangka Korupsi Timah

Kejagung Tetapkan Kadis ESDM Babel dan 4 Orang Lainnya Tersangka Korupsi Timah

Nasional
Masuk Bursa Gubernur DKI, Risma Mengaku Takut dan Tak Punya Uang

Masuk Bursa Gubernur DKI, Risma Mengaku Takut dan Tak Punya Uang

Nasional
Sambut PKB dalam Barisan Pendukung Prabowo-Gibran, PAN: Itu CLBK

Sambut PKB dalam Barisan Pendukung Prabowo-Gibran, PAN: Itu CLBK

Nasional
Dewas KPK Minta Keterangan SYL dalam Dugaan Pelanggaran Etik Nurul Ghufron

Dewas KPK Minta Keterangan SYL dalam Dugaan Pelanggaran Etik Nurul Ghufron

Nasional
Soal Jatah Menteri PSI, Sekjen: Kami Tahu Ukuran Baju, Tahu Kapasitas

Soal Jatah Menteri PSI, Sekjen: Kami Tahu Ukuran Baju, Tahu Kapasitas

Nasional
Cinta Bumi, PIS Sukses Tekan Emisi 25.445 Ton Setara CO2

Cinta Bumi, PIS Sukses Tekan Emisi 25.445 Ton Setara CO2

Nasional
Menpan-RB Anas Bertemu Wapres Ma’ruf Amin Bahas Penguatan Kelembagaan KNEKS

Menpan-RB Anas Bertemu Wapres Ma’ruf Amin Bahas Penguatan Kelembagaan KNEKS

Nasional
Banyak Caleg Muda Terpilih di DPR Terindikasi Dinasti Politik, Pengamat: Kaderisasi Partai Cuma Kamuflase

Banyak Caleg Muda Terpilih di DPR Terindikasi Dinasti Politik, Pengamat: Kaderisasi Partai Cuma Kamuflase

Nasional
PKB Sebut Pertemuan Cak Imin dan Prabowo Tak Bahas Bagi-bagi Kursi Menteri

PKB Sebut Pertemuan Cak Imin dan Prabowo Tak Bahas Bagi-bagi Kursi Menteri

Nasional
Fokus Pilkada, PKB Belum Pikirkan 'Nasib' Cak Imin ke Depan

Fokus Pilkada, PKB Belum Pikirkan "Nasib" Cak Imin ke Depan

Nasional
Kritik Dukungan Nasdem ke Prabowo, Pengamat: Kalau Setia pada Jargon “Perubahan” Harusnya Oposisi

Kritik Dukungan Nasdem ke Prabowo, Pengamat: Kalau Setia pada Jargon “Perubahan” Harusnya Oposisi

Nasional
Megawati Tekankan Syarat Kader PDI-P Maju Pilkada, Harus Disiplin, Jujur, dan Turun ke Rakyat

Megawati Tekankan Syarat Kader PDI-P Maju Pilkada, Harus Disiplin, Jujur, dan Turun ke Rakyat

Nasional
Langkah PDI-P Tak Lakukan Pertemuan Politik Usai Pemilu Dinilai Tepat

Langkah PDI-P Tak Lakukan Pertemuan Politik Usai Pemilu Dinilai Tepat

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com