Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Ari Junaedi
Akademisi dan konsultan komunikasi

Doktor komunikasi politik & Direktur Lembaga Kajian Politik Nusakom Pratama.

Gelar Profesor dan Megawati yang Saya Kenal

Kompas.com - 11/06/2021, 09:24 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

PENGUKUHAN gelar Profesor Kehormatan (Guru Besar Tidak Tetap) Ilmu Pertahanan Bidang Kepemimpinan Strategik Fakultas Strategi Pertahanan Universitas Pertahanan RI terhadap Megawati Soekarnoputeri di Sentul, Bogor, Jawa Barat hari ini (Jumat, 11 Juni 2021) menarik perhatian.

Orasi ilmiah yang disampaikan Megawati di hadapan senat guru besar Universitas Pertahanan adalah prestasi kepemimpinannya selama rentang masa kepresidenannya (2001 – 2004).

Mengingat posisi putri mendiang Bung Karno itu adalah ketua umum partai politik yang kini menjadi ruling party atau penguasa, tentu penyematan penghargaan ini mengundang pro dan kontra.

Baca juga: Megawati Raih Gelar Profesor Kehormatan dari Unhan, Ini Alasannya

Alasan kontra

Pihak yang kontra mendalilkan, penghargaan ini melecehkan dunia akademis karena gelar ini tidak diperoleh melalui jalur akademis yang benar.

Megawati dianggap memanfaatkan “pengaruh” dan “nilai jualnya” untuk tidak perlu melakukan riset lengkap dengan peer review (tinjauan sejawat).

Apalagi orasi yang disampaikan oleh jebolan Fakultas Psikologi Universitas Indonesia dan Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran itu, bersifat subyektif karena menilai kepemimpinan diri sendiri.

Pemberian gelar profesor kehormatan tidak lepas dari kerjasama jangka panjang koalisi strategis PDI Perjuangan dengan Gerindra, mengingat institusi Universitas Pertahanan dibawah pengelolaan Kementerian Pertahanan.

Menteri Pertahanan Prabowo Subianto “digadang-gadang” akan dimajukan dengan Puan Maharani sebagai “sepasang pengantin” di pemilihan presiden 2024.

Bahkan skenario lain sudah ramai diwacanakan yakni memasangkan kembali duet Megawati – Prabowo jika terjadi konstelasi politik yang memaksa, misal elektabilitas Puan Maharani susah beranjak naik menyaingi kandidat lain.

Alasan pro

Sebaliknya, pihak yang mendukung keputusan Universitas Pertahanan terhadap penganugerahan profesor kehormatan bagi Megawati juga tidak kalah banyak.

Beberapa guru besar dari berbagai kampus di dalam dan luar negeri menganggap capaian Profesor Megawati adalah layak dan memang sudah tepat.

Apalagi sudah sembilan perguruan tinggi di dalam dan luar negeri yang telah menganugerahkan doktor honoris causa kepada Megawati.

Profesor Koh Young Hun dari Hankuk University of Foreign Studies, Seoul, Korea Selatan menyebut peran Megawati yang sangat menonjol dalam kepemimpinan global karena berhasil membawa negara dan pemerintahan Indonesia keluar dari kemelut krisis paska reformasi.

“Kharisma yang unik dan kompetensi yang tinggi di bidang politik sehingga Megawati mendapat kepercayaan dari dunia internasional,” jelas Profesor Koh.

Pengalaman dekat bersama Megawati

Sebagai orang yang pernah “dekat” dan bersama dengan Megawati dalam kurun waktu yang lama, yakni sejak zaman “dikuyoh-kuyoh” Orde Baru-nya Soeharto, saat ditampuk kekuasaan menjadi wakil presiden lalu presiden, hingga masa oposisi, pandangan penulis mencoba keluar dari bayang-bayang subyektifitas personal.

Menurut saya, penghargaan ini tidak melecehkan dunia akademis dan tidak mendegaradasi substansi kegurubesaran sebuah ilmu.

Justru harusnya, penghargaan ini hendaknya dipandang sebagai apresiasi sekaligus sumbangsih untuk dunia keilmuan yang terus berkembang.

Di setiap kesempatan, baik sebelum berpidato atau menghadiri pertemuan, Megawati selalu meminta “up dating” dan masukan dari saya tentang segala sesuatu.

Megawati bukan bodoh tetapi seorang tipe pembelajar yang cerdas. Masukan yang saya berikan diolah dengan pengalaman dan intuisinya yang tajam.

Baca juga: Perjalanan Politik Megawati, dari Pengusaha Pom Bensin hingga Penguasa Medan Merdeka Utara

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Usul Prabowo Tambah Kementerian Diharap Bukan Politik Akomodatif

Usul Prabowo Tambah Kementerian Diharap Bukan Politik Akomodatif

Nasional
Pakar Ungkap 'Gerilya' Wacana Tambah Kementerian Cukup Gencar

Pakar Ungkap "Gerilya" Wacana Tambah Kementerian Cukup Gencar

Nasional
Daftar Kepala BIN dari Masa ke Masa, Zulkifli Lubis hingga Budi Gunawan

Daftar Kepala BIN dari Masa ke Masa, Zulkifli Lubis hingga Budi Gunawan

Nasional
Gelar Halalbihalal, MUI Gaungkan Pesan Kemanusiaan untuk Korban Genosida di Gaza

Gelar Halalbihalal, MUI Gaungkan Pesan Kemanusiaan untuk Korban Genosida di Gaza

Nasional
Perjalanan BIN 6 Kali Berganti Nama, dari Brani hingga Bakin

Perjalanan BIN 6 Kali Berganti Nama, dari Brani hingga Bakin

Nasional
'Prabowo Banyak Dikritik jika Tambah Kementerian, Baiknya Jaga Kebatinan Rakyat yang Sedang Sulit'

"Prabowo Banyak Dikritik jika Tambah Kementerian, Baiknya Jaga Kebatinan Rakyat yang Sedang Sulit"

Nasional
Pengamat Nilai Putusan MK Terkait Sengketa Pilpres Jadi Motivasi Kandidat Pilkada Berbuat Curang

Pengamat Nilai Putusan MK Terkait Sengketa Pilpres Jadi Motivasi Kandidat Pilkada Berbuat Curang

Nasional
PPP Papua Tengah Klaim Pegang Bukti Kehilangan 190.000 Suara pada Pileg 2024

PPP Papua Tengah Klaim Pegang Bukti Kehilangan 190.000 Suara pada Pileg 2024

Nasional
Koarmada II Kerahkan 9 Kapal Perang untuk Latihan Operasi Laut Gabungan 2024, Termasuk KRI Alugoro

Koarmada II Kerahkan 9 Kapal Perang untuk Latihan Operasi Laut Gabungan 2024, Termasuk KRI Alugoro

Nasional
Kandidat Versus Kotak Kosong pada Pilkada 2024 Diperkirakan Bertambah

Kandidat Versus Kotak Kosong pada Pilkada 2024 Diperkirakan Bertambah

Nasional
Rencana Prabowo Bentuk 41 Kementerian Dinilai Pemborosan Uang Negara

Rencana Prabowo Bentuk 41 Kementerian Dinilai Pemborosan Uang Negara

Nasional
Di MIKTA Speakers’ Consultation Ke-10, Puan Suarakan Urgensi Gencatan Senjata di Gaza

Di MIKTA Speakers’ Consultation Ke-10, Puan Suarakan Urgensi Gencatan Senjata di Gaza

Nasional
KPK Sebut Kasus Gus Muhdlor Lambat Karena OTT Tidak Sempurna

KPK Sebut Kasus Gus Muhdlor Lambat Karena OTT Tidak Sempurna

Nasional
TNI AL Ketambahan 2 Kapal Patroli Cepat, KRI Butana-878 dan KRI Selar-879

TNI AL Ketambahan 2 Kapal Patroli Cepat, KRI Butana-878 dan KRI Selar-879

Nasional
Sejarah BIN yang Hari Ini Genap Berusia 78 Tahun

Sejarah BIN yang Hari Ini Genap Berusia 78 Tahun

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com