Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Ari Junaedi
Akademisi dan konsultan komunikasi

Doktor komunikasi politik & Direktur Lembaga Kajian Politik Nusakom Pratama.

Gelar Profesor dan Megawati yang Saya Kenal

Kompas.com - 11/06/2021, 09:24 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Kekalahan dua kali dari Susilo Bambang Yudhoyono dalam pilpres 2004 dan 2009, tidak menyurutkan perhatian internasional kepada Megawati.

Dalam dua kali muhibah ke Korea Utara yang penulis ikuti di 2005 dan 2006, Presiden Kim Jong Ill – ayah Presiden Kim Jong Un sekarang – begitu menaruh kepercayaan kepada Megawati agar menjadi mediator untuk reunifikasi dengan Korea Selatan.

Di saat Korea Utara diembargo habis-habisan ketika itu, Megawati begitu disambut meriah di Pyongyang walau bukan lagi menjadi presiden.

Korea Selatan yang mendengar kabar Megawati bersahabat dekat dengan Kim Jong Ill, juga diundang ke Seoul.

Penulis yang mendampingi Megawati bertemu dengan tokoh kharismatik sekaligus mantan Presiden Korsel Kim Dae Jung menjadi saksi tentang harapan besar rakyat Korea kepada Megawati.

Korea Utara begitu percaya dengan Megawati karena faktor kesejarahan lama yakni persahabatan Bung Karno dengan Kim Ill Sung – kakek Kim Jong Un.

Megawati begitu luwes menghadapi Kim Jong Ill dan menautkan harapan itu ke Korea Selatan. Memang butuh waktu untuk menyatukan rakyat di Semenanjung Korea tetapi harapan yang ditabur Megawati suatu saat akan menjadi kenyataan.

Tidak salah kerabat Kerajaan Gowa, Sulawesi Sulatan di tahun 2006 silam memberikan gelar I Fatimah Daeng Takontu Karaeng Campagaya kepada Megawati.

Arti nama kehormatan itu adalah “Garuda Betina dari Timur” untuk menggambarkan keberanian dari Megawati.

Megawati, saya begitu yakin tidak mengemis-ngemis gelar profesor. Dalam fase kehidupannya, sudah begitu komplet episode kehidupan yang telah dilaluinya.

Terlahir sebagai anak presiden, dikucilkan dan dirusak nama baik ayahandanya, berjuang dengan komitmen tanpa kekerasan, menggapai posisi tertinggi serta mengantarkan Joko Widodo sebagai presiden.

Dia telah menabalkan menjadi perempuan pertama di negeri ini yang menjadi presiden setelah sebelumnya wakil presiden.

Ada peribahasa Jawa yang menyebut, “mikul dhuwur mendhem jero”. Artinya, kita harus menghormati orang tua dan menjunjung tinggi nama baik orang tua.

Selalu hormat kepada orang tua atau pemimpin namun tidak serta merta untuk sekadar menonjolkan kebaikan atau prestasi pemimpin serta memendam atau menutupi kekurangan atau kesalahannya.

Setiap pemimpin kita, selain kekhilafannya yang tidak disengaja tetapi pasti ada keinginannya yang luhur. Menjadikan tanah pertiwi sebagai rumah kita bersama, kebanggaan anak Pancasila selamanya.

 

*Penulis adalah doktor komunikasi politik dan pengajar di berbagai universitas serta Staf Khusus Presiden Megawati Soekarnoputeri (2004 – 2010)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Cek Lokasi Lahan Relokasi Pengungsi Gunung Ruang, AHY: Mau Pastikan Statusnya 'Clean and Clear'

Cek Lokasi Lahan Relokasi Pengungsi Gunung Ruang, AHY: Mau Pastikan Statusnya "Clean and Clear"

Nasional
Di Forum Literasi Demokrasi, Kemenkominfo Ajak Generasi Muda untuk Kolaborasi demi Majukan Tanah Papua

Di Forum Literasi Demokrasi, Kemenkominfo Ajak Generasi Muda untuk Kolaborasi demi Majukan Tanah Papua

Nasional
Pengamat Anggap Sulit Persatukan Megawati dengan SBY dan Jokowi meski Ada 'Presidential Club'

Pengamat Anggap Sulit Persatukan Megawati dengan SBY dan Jokowi meski Ada "Presidential Club"

Nasional
Budi Pekerti, Pintu Masuk Pembenahan Etika Berbangsa

Budi Pekerti, Pintu Masuk Pembenahan Etika Berbangsa

Nasional
“Presidential Club”, Upaya Prabowo Damaikan Megawati dengan SBY dan Jokowi

“Presidential Club”, Upaya Prabowo Damaikan Megawati dengan SBY dan Jokowi

Nasional
Soal Orang 'Toxic' Jangan Masuk Pemerintahan Prabowo, Jubir Luhut: Untuk Pihak yang Hambat Program Kabinet

Soal Orang "Toxic" Jangan Masuk Pemerintahan Prabowo, Jubir Luhut: Untuk Pihak yang Hambat Program Kabinet

Nasional
Cak Imin Harap Pilkada 2024 Objektif, Tak Ada “Abuse of Power”

Cak Imin Harap Pilkada 2024 Objektif, Tak Ada “Abuse of Power”

Nasional
Tanggal 7 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 7 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Gunung Raung Erupsi, Ma'ruf Amin Imbau Warga Setempat Patuhi Petunjuk Tim Penyelamat

Gunung Raung Erupsi, Ma'ruf Amin Imbau Warga Setempat Patuhi Petunjuk Tim Penyelamat

Nasional
Cak Imin: Bansos Cepat Dirasakan Masyarakat, tapi Tak Memberdayakan

Cak Imin: Bansos Cepat Dirasakan Masyarakat, tapi Tak Memberdayakan

Nasional
Cak Imin: Percayalah, PKB kalau Berkuasa Tak Akan Lakukan Kriminalisasi...

Cak Imin: Percayalah, PKB kalau Berkuasa Tak Akan Lakukan Kriminalisasi...

Nasional
Gerindra Lirik Dedi Mulyadi untuk Maju Pilkada Jabar 2024

Gerindra Lirik Dedi Mulyadi untuk Maju Pilkada Jabar 2024

Nasional
Gibran Ingin Konsultasi ke Megawati soal Susunan Kabinet, Masinton: Cuma Gimik

Gibran Ingin Konsultasi ke Megawati soal Susunan Kabinet, Masinton: Cuma Gimik

Nasional
Kementerian KP Perkuat Standar Kompetensi Pengelolaan Sidat dan Arwana

Kementerian KP Perkuat Standar Kompetensi Pengelolaan Sidat dan Arwana

Nasional
Bupati Sidoarjo Berulang Kali Terjerat Korupsi, Cak Imin Peringatkan Calon Kepala Daerah Tak Main-main

Bupati Sidoarjo Berulang Kali Terjerat Korupsi, Cak Imin Peringatkan Calon Kepala Daerah Tak Main-main

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com