Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Indonesian Insight Kompas
Kelindan arsip, data, analisis, dan peristiwa

Arsip Kompas berkelindan dengan olah data, analisis, dan atau peristiwa kenyataan hari ini membangun sebuah cerita. Masa lalu dan masa kini tak pernah benar-benar terputus. Ikhtiar Kompas.com menyongsong masa depan berbekal catatan hingga hari ini, termasuk dari kekayaan Arsip Kompas.

In Memoriam Mochtar Kusumaatmadja: Dari Wawasan Nusantara, Konflik Indocina, hingga Pengusaha Mental "Sekali Pukul"

Kompas.com - 07/06/2021, 10:31 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Pemulihan hubungan diplomatik Indonesia dengan Kamboja dan Kuba terjadi pula di era Mochtar menjadi Menteri Luar Negeri.

Konflik Indocina, yang melibatkan RRC, Vietnam, dan Kamboja, terjadi pada kurun 1978-1979, pun merupakan salah satu agenda Mochtar dan para menteri luar negeri ASEAN semasa.

Istilah "manusia perahu" pun muncul dari sini, untuk menyebut para pengungsi dari wilayah konflik yang kebanyakan datang menumpang perahu.

Salah satu kontribusi Indonesia adalah menyediakan lokasi transit pengungsi Indocina. Semula, pengungsi ditempatkan sementara di Riau, lalu ke Pulau Galang, sebelum ada negara lain siap menerima mereka. 

Konflik Indocina ini berlarut-larut hingga beberapa tahun ke depan. Ketika sorotan atas konflik Lebanon, Iran-Irak, dan Palestina meningkat pada 1984 pun, konflik Indocina masih berlanjut, termasuk diwarnai ketegangan antara Amerika Serikat dan Vietnam di dalamnya.

Pada akhirnya Indonesia dan ASEAN berurusan panjang dengan konflik Indocina ini, termasuk mengkritik Gerakan Non-Blok yang dinilai tak punya sikap tegas soal invasi Vietnam.

Indonesia dan ASEAN pun menginisiasi International Conference on Kampuchea (ICK) untuk mencari solusi atas konflik Indocina terutama tentang nasib Kamboja.

Juwono Sudarsono yang di kemudian hari menjadi Menteri Pertahanan, mengupas konflik Indocina di rubrik opini Kompas edisi 27 Februari 1985.

Langkah yang dimungkinkan dipilih negara-negara dalam perseteruan itu dikupas, termasuk terbawa-bawanya Thailand yang berbatasan wilayah darat dengan Vietnam dan Kamboja.

Belakangan, Mochtar melontarkan usul solusi konflik Indocina dengan mengembalikan keputusan langkah pada rakyat Kamboja. Bagaimana pun, kata dia, ini semua bermula dari konflik internal Kamboja yang lalu masing-masing kubu meminta sokongan dari negara lain.

Usul Mochtar ini dilabeli sebagai "cocktail party", tapi hanya mengundang semua unsur yang berseteru di Kamboja, sekalipun dilakukan di negara lain.

Sebelumnya, sudah ada semacam usulan itu datang dari Pangeran Norodom Sihanouk, tetapi melibatkan semua negara dan organisasi yang selama ini terbawa-bawa konflik ini.

ASEAN atas inisiasi Malaysia pun sempat menyodorkan "proximity talks" sebagai upaya mengakhiri konflik tersebut.

Usul Mochtar Kusumaatmadja untuk solusi konflik Indocina yang tayang di harian Kompas edisi 7 Desember 1985.ARSIP KOMPAS Usul Mochtar Kusumaatmadja untuk solusi konflik Indocina yang tayang di harian Kompas edisi 7 Desember 1985.

Solusi konflik Indocina merujuk pada usul Sihanouk yang diajukan lewat delapan pasal sempat jadi harapan baik. Indonesia menjadi lokasi pertemuan dan tidak berkeberatan dengan usul yang tertolak, sebagaimana diberitakan harian Kompas edisi 29 April 1986. 

Itu pun tak lalu benar-benar jadi solusi. Hingga menjelang akhir 1987, konflik ini belum memperlihatkan akhir.

Berlarut-larutnya konflik Indocina sampai membuat Indonesia sempat mengeluarkan ancaman mundur dari posisi interlokutor ASEAN, seperti diberitakan Kompas edisi 29 Agustus 1987.

ARSIP KOMPAS Tanggapan Mochtar Kusumaatmadja soal rencana Vietnam menarik bertahap pasukan dari Kamboja. Artikel tayang di harian Kompas edisi 8 Oktober 1987 - (ARSIP KOMPAS)

Hingga Mochtar digantikan Ali Alatas di posisi Menteri Luar Negeri pada Maret 1988, konflik Indocina tak reda. Solusi yang disodorkan Mochtar soal penentuan nasib sendiri oleh rakyat Kamboja menjadi pilihan di saat-saat terakhir jabatan Mochtar, tapi tarik ulur ada saja sehingga semua tetap tertunda.

Naik turun Gerakan Non-Blok terkait situasi politik Kuba juga terjadi semasa Mochtar menjadi Menteri Luar Negeri. Ada isu Kuba yang mendapat dukungan Uni Soviet untuk tengil di kawasan Amerika Selatan, jadi salah satu pemicu naik turun gerakan ini.

Ini setidaknya pernah mengemuka dalam pemberitaan harian Kompas edisi 21 Juli 1978. Untung, kekhawatiran retaknya gerakan itu tak terjadi, merujuk artikel harian Kompas edisi 4 Agustus 1978. Namun, Kuba mencoba main kayu lagi pada 1979.

Saat digantikan Ali Alatas, Mochtar masih mengemukakan keinginan Indonesia untuk menjadi tuan rumah KTT ke-9 Gerakan Non Blok. Namun, pertemuan pemimpin negara-negara anggota gerakan itu akhirnya digelar di Yugoslavia pada 4-7 September 1989.

Pembahasan soal markas besar ASEAN, yang kini ada di bilangan Jakarta Selatan, terjadi semasa pula di masa Mochtar menjadi Menteri Luar Negeri, sebagaimana diberitakan harian Kompas edisi 8 April 1978.

Rumusan kedudukan Sekjen ASEAN disepakati pada Kamis (14/9/1978) dan diberitakan Kompas pada 15 September 1978.

Pada edisi 8 Agustus 1984, harian Kompas mengangkat wawancara khusus dengan Mochtar yang membahas soal posisi ASEAN yang jadi diperhitungkan di peta politik dunia, menyusul sikap ASEAN atas konflik Indocina.

Isu Timor Timur juga "pekerjaan rutin" Mochtar dari tahun ke tahun selama menjadi Menteri Luar Negeri. Namun, pada 1984 persoalan yang ditudingkan ke Indonesia tentang wilayah ini bergeser.

"Jadi rupanya masalah integrasi sudah mereka anggap sebagai suatu fakta," kata Mochtar, Jumat (10/8/1984), sebagaimana tayang di harian Kompas edisi 11 Agustus 1984 dalam artikel berjudul Masalah Timor Timur: Bergeser, dari Persoalkan Integrasi ke Soal Hak Asasi.

Isu Timor Timur pun rupanya sempat menjadi alasan ketegangan tipis-tipis dengan Papua Nugini, negara yang berbatasan darat dengan Indonesia. Selama beberapa tahun, persoalan yang ada adalah soal pelintas batas.

Namun, di paruh kedua 1984, situasi Timor Timur seperti diembus-embuskan pula bak cek ombak untuk Papua Nugini. Mochtar sampai meminta Papua Nugini untuk tak terpengaruh hasutan, sebagaimana dimuat di harian Kompas edisi 20 Oktober 1984.

Persoalan Timor Timur pun menggoyang lagi Gerakan Non-Blok pada 1985. Mochtar pun meminta negara-negara anggota untuk menjaga gerakan ini, jangan sampai terhenti oleh perselisihan, sebagaimana diberitakan Kompas edisi 7 September 1985.

Sebuah cerita lain tentang Mochtar "nyempil" di harian Kompas edisi 25 Agustus 1985, ketika dia menjadi Menteri Luar Negeri.

Dalam rubrik Nama & Peristiwa pada edisi tersebut, Kompas mengungkap dua rahasia Mochtar. Itu adalah soal cat rambut andalannya dan cincin yang dibilang bagus oleh banyak orang tapi dia sendiri butuh waktu untuk ngeh ketika diminta memperlihatkan "cincin bagus" itu.

Cerita ini pun lalu relevan pula dengan selera humor Mochtar. Saat dicecar wartawan Australia tentang ancaman militer Indonesia pada kurun 1980-an, dia menjawab lugas, "Do I look dangerous?"

Kisah di atas yang mencairkan hubungan diplomatik Indonesia-Australia diungkap oleh mantan Menteri Pertahanan Juwono Sudarsono, yang juga adalah sepupu Mochtar, dalam buku Rekam Jejak Kebangsaan Mochtar Kusumaatmadja.

Mochtar pun sosok yang mengakui diri sebagai eksentrik dan suka berkelakar, dengan bersandar bahwa dia lahir di bawah naungan bintang aquarius dalam astrologi.

Dia bahkan menyebut, kalaupun kementeriannya dianggap rusak dan tolol, itu tak perlu ditanggapi dengan kecil hati. Dia merujukkan pernyataannya ini pada sosok Kabayan dalam khasanah literasi Sunda.

Si Kabayan, kata dia, selalu dianggap tolol, suka berkelakar, dan malang. Namun, ternyata si Kabayan justru selalu benar dan bijaksana.

"Karena itu kalau ada orang Sunda dikatakan tolol, tak perlu kecil hati," ujar dia Kamis (9/9/1982), seperti dikutip harian Kompas edisi 12 September 1982. 

♦ Jejak langkah lain

Selain lekat dengan dunia hukum dan diplomasi, terutama terkait dengan hukum laut, Mochtar juga dikenal punya perhatian mendalam soal kebudayaan.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Dewas KPK Minta Keterangan SYL dalam Dugaan Pelanggaran Etik Nurul Ghufron

Dewas KPK Minta Keterangan SYL dalam Dugaan Pelanggaran Etik Nurul Ghufron

Nasional
Soal Jatah Menteri PSI, Sekjen: Kami Tahu Ukuran Baju, Tahu Kapasitas

Soal Jatah Menteri PSI, Sekjen: Kami Tahu Ukuran Baju, Tahu Kapasitas

Nasional
Cinta Bumi, PIS Sukses Tekan Emisi 25.445 Ton Setara CO2

Cinta Bumi, PIS Sukses Tekan Emisi 25.445 Ton Setara CO2

Nasional
Menpan-RB Anas Bertemu Wapres Ma’ruf Amin Bahas Penguatan Kelembagaan KNEKS

Menpan-RB Anas Bertemu Wapres Ma’ruf Amin Bahas Penguatan Kelembagaan KNEKS

Nasional
Banyak Caleg Muda Terpilih di DPR Terindikasi Dinasti Politik, Pengamat: Kaderisasi Partai Cuma Kamuflase

Banyak Caleg Muda Terpilih di DPR Terindikasi Dinasti Politik, Pengamat: Kaderisasi Partai Cuma Kamuflase

Nasional
PKB Sebut Pertemuan Cak Imin dan Prabowo Tak Bahas Bagi-bagi Kursi Menteri

PKB Sebut Pertemuan Cak Imin dan Prabowo Tak Bahas Bagi-bagi Kursi Menteri

Nasional
Fokus Pilkada, PKB Belum Pikirkan 'Nasib' Cak Imin ke Depan

Fokus Pilkada, PKB Belum Pikirkan "Nasib" Cak Imin ke Depan

Nasional
Kritik Dukungan Nasdem ke Prabowo, Pengamat: Kalau Setia pada Jargon “Perubahan” Harusnya Oposisi

Kritik Dukungan Nasdem ke Prabowo, Pengamat: Kalau Setia pada Jargon “Perubahan” Harusnya Oposisi

Nasional
Megawati Tekankan Syarat Kader PDI-P Maju Pilkada, Harus Disiplin, Jujur, dan Turun ke Rakyat

Megawati Tekankan Syarat Kader PDI-P Maju Pilkada, Harus Disiplin, Jujur, dan Turun ke Rakyat

Nasional
Langkah PDI-P Tak Lakukan Pertemuan Politik Usai Pemilu Dinilai Tepat

Langkah PDI-P Tak Lakukan Pertemuan Politik Usai Pemilu Dinilai Tepat

Nasional
PSI Buka Pendaftaran Bakal Calon Kepala Daerah Pilkada 2024

PSI Buka Pendaftaran Bakal Calon Kepala Daerah Pilkada 2024

Nasional
PKB: Semua Partai Terima Penetapan Prabowo-Gibran, kecuali yang Gugat ke PTUN

PKB: Semua Partai Terima Penetapan Prabowo-Gibran, kecuali yang Gugat ke PTUN

Nasional
Ukir Sejarah, Walkot Surabaya Terima Penghargaan Satyalancana Karya Bhakti Praja Nugraha

Ukir Sejarah, Walkot Surabaya Terima Penghargaan Satyalancana Karya Bhakti Praja Nugraha

BrandzView
Jokowi dan Gibran Disebut Bukan Bagian PDI-P, Kaesang: Saya Enggak Ikut Urusi Dapurnya

Jokowi dan Gibran Disebut Bukan Bagian PDI-P, Kaesang: Saya Enggak Ikut Urusi Dapurnya

Nasional
Helikopter Panther dan KRI Diponegoro Latihan Pengiriman Barang di Laut Mediterania

Helikopter Panther dan KRI Diponegoro Latihan Pengiriman Barang di Laut Mediterania

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com