Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Untar untuk Indonesia
Akademisi

Platform akademisi Universitas Tarumanagara guna menyebarluaskan atau diseminasi hasil riset terkini kepada khalayak luas untuk membangun Indonesia yang lebih baik.

Seberapa Rela Kita Tidak Mudik demi Memutus Pandemi?

Kompas.com - 12/05/2021, 14:47 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Kredibilitas dan kepercayaan adalah prasyarat dalam mengkomunikasikan risiko agar berfungsi untuk meningkatkan pemahaman terhadap risiko, perubahan sikap, mendapatkan legitimasi, pengurangan risiko, perubahan perilaku, kesiapsiagaan darurat, juga partisipasi dan keterlibatan publik (Renn & Levine, 1991). Bukan karena menganggap publik tidak memiliki pengetahuan terkait pandemi namun karena banyaknya kesimpangsiuran informasi yang beredar.

Berita palsu dan informasi yang salah (fake news and misinformation) tentang Covid-19 masih tetap beredar melalui berbagai media terutama media sosial hendaknya terus dibantah terutama bagi orang awam, dan perlu didukung oleh influencer kredibel lokal untuk membangun kepercayaan.

Perang terhadap teori konspirasi terutama pada masa pandemi merupakan tantangan besar dan membutuhkan upaya serius terutama bagi kepemimpinan yang efektif yang dapat dipadukan dengan upaya mempersuasi individu dan kelompok untuk menghindari perilaku yang dianggap tidak bertanggung jawab secara sosial.

Reaktansi psikologis sebagai alasan memutuskan untuk mudik sebagaimana dijelaskan sebelumnya, tergantung pada bagaimana larangan dikomunikasikan kepada publik.

Pilihan bahasa yang lebih persuasif sangat mungkin tidak memicu reaktansi. Karenanya, perpaduan antara ketegasan dan persuasi sebaiknya menjadi pilihan dalam mendorong kepatuhan publik terhadap larangan.

Demikian pula, dalam situasi polarisasi politik yang menyebabkan mispersepsi terhadap larangan mudik, diperlukan komunikasi dan informasi lintas partisan.

Penekanan bahwa pandemi ini menyebabkan risiko dan nasib yang sama maka diperlukan tekad yang sama dalam tindakan mengurangi penyebaran Covid-19.

Pemahaman tentang Covid-19 dan cara efektif untuk mengurangi penularan sudah berkembang.

Tinggal perubahan dalam perilaku publik, yang sesuai dengan kepentingan terbaik kita masing-masing, yang diharapkan terlepas dari berbagai perbedaan yang ada termasuk perbedaan ideologi dan pilihan politik.

3. Mudik virtual yang menyenangkan

Dengan tidak mudik, berkumpul dengan pertemuan langsung memang menjadi hilang namun peluang interaksi bukan berarti tidak ada. Mudik virtual menjadi pilihan yang dapat dibuat menarik.

Misalnya, dengan merancang kumpul keluarga (family gathering) berisikan permainan-permainan interaktif yang dimediasi oleh teknologi semisal ponsel, komputer jinjing dan sebagainya untuk membuat suasana menjadi menyenangkan.

Namun, rancangan ini akan lebih berhasil jika setiap orang sudah terlebih dahulu menurunkan ekspektasi dan menyesuaikannya dengan keterbatasan dan situasi yang ada.

Mengacu pada pernyataan Roddy dan Muehlbauer (2020) pada kutipan di atas, bagi kita, utamanya di Indonesia, yang dibutuhkan saat ini bukan meniadakan kepentingan diri (self-interest), bukan juga dengan menghambat nya tapi justru meyakinkan setiap orang terutama diri sendiri bahwa melindungi keluarga, kerabat dan masyarakat pada gilirannya akan menguntungkan diri sendiri.

Mudik memang bagian dari kepentingan diri karena memenuhi keinginan antara lain bertemu dengan orangtua, berkumpul dengan keluarga dan kerabat/sanak saudara sekali pun harus mengabaikan himbauan dan larangan, melawan aturan dan peraturan, bahkan mungkin saja dengan menyebabkan kerugian besar atau ongkos sosial yang tinggi, termasuk dengan melakukan sabotase.

Namun, mengacu pada teori reaktansi psikologis, dengan ingin kembali meraih kebebasan karena sudah lama merasa tak berdaya, lelah secara mental, dan kebosanan luar biasa lalu hendak menegaskan kebebasan di atas kepentingan diri untuk berkumpul dengan keluarga, kerabat dan sanak saudara namun dengan risiko yang menyebabkan keterpaparan (exposed) diri sendiri, keluarga, dan masyarakat pada risiko merupakan suatu ironi dan tragedi.

Karenanya, jika meyakinkan seseorang untuk tidak mudik dengan alasan perlu menjaga orangtua, keluarga, kerabat dari terpapar Covid-19 juga penting sebagai tanggung jawab sosial masih sangat sulit maka, sekurang-kurangnya, perlu didorong kesadaran bahwa kepedulian kepada diri sendiri agar tidak tertular sebagai sesuatu yang sangat penting dan terpenting saat ini juga merupakan kepentingan diri.

Dalam hal ini, kepentingan diri (individual) selaras dengan kepentingan kolektif. Lebih jauh, perlu penegasan bahwa tidak mudik, sebagaimana juga kepatuhan kepada protokol kesehatan masa pandemi, sebagai tindakan yang bernilai moral, sesuatu yang benar yang tidak bergantung pada hukum dan sanksi formal bahkan dipandang sebagai perilaku pro-sosial dan altruistik yang patut mendapatkan perhormatan.

Keselarasan kepentingan diri dengan kepentingan bersama toh sudah kita jalankan melalui kepatuhan pada protokol kesehatan.

Penggunaan masker, tidak bersalaman, dan menjaga jarak fisik termasuk dalam rumah tangga yang awalnya terkesan sebagai bentuk egoisme, wujud kepentingan diri, justru dimaksudkan untuk melindungi orang banyak dari potensi tertular.

Secara khusus bagi masyarakat kita yang menganut nilai kolektivistik tinggi, memotivasi orang untuk mematuhi batasan perlu keselarasan antara persepsi ancaman pribadi yang berhubungan dengan niat untuk perlindungan diri pribadi dengan sifat kolektif situasi yakni menekankan risiko yang mungkin dialami orang lain yang rentan (Liekefett & Becker, 2021).

Dengan begitu, semoga semakin banyak orang yang mematuhi larangan bahkan partisipatif untuk mengampanyekan dan membujuk banyak orang agar juga patuh terhadap larangan terlepas dari kesulitan menjalankannya karena godaan untuk memenuhi keinginan.

Dibutuhkan kerelaan setiap orang untuk berpartisipasi dalam memutus rantai penyebaran, sekurang-kurangnya mengurangi risiko penyebaran Covid-19.

Tidak hanya dengan mematuhi semua protokol kesehatan, dan menjalani vaksin, tapi juga dengan menjadikan tidak mudik sebagai bagian dari kepentingan diri agar bisa keluar dari pandemi yang sudah dirasakan melelahkan ini.

Bonar Hutapea
Fakultas Psikologi Universitas Tarumanagara

 

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Tanggal 13 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 13 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Kesiapan Infrastruktur Haji di Arafah, Muzdalifah, dan Mina Sudah 75 Persen

Kesiapan Infrastruktur Haji di Arafah, Muzdalifah, dan Mina Sudah 75 Persen

Nasional
Cek Pelabuhan Ketapang, Kabaharkam Pastikan Kesiapan Pengamanan World Water Forum 2024

Cek Pelabuhan Ketapang, Kabaharkam Pastikan Kesiapan Pengamanan World Water Forum 2024

Nasional
Prabowo Sebut Soekarno Milik Bangsa Indonesia, Ini Respons PDI-P

Prabowo Sebut Soekarno Milik Bangsa Indonesia, Ini Respons PDI-P

Nasional
Ganjar Serahkan ke PDI-P soal Nama yang Bakal Maju Pilkada Jateng

Ganjar Serahkan ke PDI-P soal Nama yang Bakal Maju Pilkada Jateng

Nasional
Prabowo Minta Pemerintahannya Tak Diganggu, Ini Kata Ganjar

Prabowo Minta Pemerintahannya Tak Diganggu, Ini Kata Ganjar

Nasional
Bertemu Calon-calon Kepala Daerah, Zulhas Minta Mereka Tiru Semangat Jokowi dan Prabowo

Bertemu Calon-calon Kepala Daerah, Zulhas Minta Mereka Tiru Semangat Jokowi dan Prabowo

Nasional
7 Jenis Obat-obatan yang Disarankan Dibawa Jamaah Haji Asal Indonesia

7 Jenis Obat-obatan yang Disarankan Dibawa Jamaah Haji Asal Indonesia

Nasional
Visa Terbit, 213.079 Jemaah Haji Indonesia Siap Berangkat 12 Mei

Visa Terbit, 213.079 Jemaah Haji Indonesia Siap Berangkat 12 Mei

Nasional
Soal Usulan Yandri Susanto Jadi Menteri, Ketum PAN: Itu Hak Prerogatif Presiden

Soal Usulan Yandri Susanto Jadi Menteri, Ketum PAN: Itu Hak Prerogatif Presiden

Nasional
Di Australia, TNI AU Bahas Latihan Bersama Angkatan Udara Jepang

Di Australia, TNI AU Bahas Latihan Bersama Angkatan Udara Jepang

Nasional
BPK Buka Suara usai Auditornya Disebut Peras Kementan Rp 12 Miliar

BPK Buka Suara usai Auditornya Disebut Peras Kementan Rp 12 Miliar

Nasional
Chappy Hakim: Semua Garis Batas NKRI Punya Potensi Ancaman, Paling Kritis di Selat Malaka

Chappy Hakim: Semua Garis Batas NKRI Punya Potensi Ancaman, Paling Kritis di Selat Malaka

Nasional
Prabowo Diminta Cari Solusi Problem Rakyat, Bukan Tambah Kementerian

Prabowo Diminta Cari Solusi Problem Rakyat, Bukan Tambah Kementerian

Nasional
Zulhas: Anggota DPR dan Gubernur Mana yang PAN Mintai Proyek? Enggak Ada!

Zulhas: Anggota DPR dan Gubernur Mana yang PAN Mintai Proyek? Enggak Ada!

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com