Kendati demikian, restu dari ayahnya itu bukan suatu hal yang mudah didapat oleh Kartini. Budaya dan kebiasaan yang berlaku saat itu membuat ia merasa berat hati untuk meminta izin dari sang ayah.
Dalam suratnya, Kartini mengungkapkan, selama berbulan -bulan ia merasa pedih hati dan bimbang dalam menentukan sikap.
Bahkan, ia menyebut dirinya sebagai pribadi yang lemah dan pengecut karena tidak mempunyai keberanian untuk melukai hati sang ayah.
Baca juga: Pesan Menteri PPPA di Hari Kartini: Mari Pantang Menyerah!
Akan tetapi, Kartini meyakini, tercapai atau tidak keinginannya itu hanya bergantung pada dirinya sendiri dan memang dibutuhkan keberanian dan kecakapan untuk mewujudkan harapannya.
"Karena saya tidak dapat, tidak mau merendahkan diri, membiarkan hati perempuan saya diinjak-injak yang merupakan nilai saya sebagai perempuan, sebagai manusia; saya harus menolak rencana mereka."
"Saya berkewajiban moril terhadap ketetapan hati saya, yang tidak dapat saya tahan diam. Perjuangan batin memang cukup berat."
Kartini memang telah lama tiada tetapi sosok Kartini terus dijadikan inspirasi bagi perempuan-perempuan Indonesia untuk meraih cita-citanya.
Baca juga: Ucapkan Selamat Hari Kartini, Ini Pesan Jokowi untuk Perempuan Indonesia
Saat ini, memang sudah jamak ditemukan perempuan yang dapat memenuhi impiannya, tetapi tidak dapat dipungkiri pula bahwa masih ada perempuan masih sulit mendapat persamaan hak dengan laki-laki.
Selama itu masih terjadi, perjuangan Kartini dalam meraih cita-cita masih terus relevan di negeri ini.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.