Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Joseph Osdar
Kolumnis

Mantan wartawan harian Kompas. Kolumnis 

Ketika Hasto Berkontemplasi tentang Megawati dan Dewi Cinta

Kompas.com - 20/04/2021, 06:00 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Maka dalam pidato hari ulang tahun PDI Perjuangan ke-48, Minggu 10 Januari 2021, Megawati kembali menyerukan penanaman pohon, memperhatikan dan memelihara sungai serta mata air serta kehidupan pedesaan termasuk data-data akurat tiap desa, kampung, dusun di seluruh Indonesia.

Mega juga memperlihatkan kontemplasinya tentang alam ini dengan munculnya Covid-19 di muka bumi. Dalam acara ini untuk melengkapi seruan Megawati, Presiden Joko Widodo antara lain banyak bicara soal logam nikel yang dimiliki bumi Indonesia

Ketika menjadi Wakil Presiden dan Presiden (1999-2004), Mega beberapa kali mengecam hancurnya persawahan di pantai utara Jawa, terutama antara Jakarta-Krawang sampai Cirebon sana. Mega juga tidak segan-segan mengingatkan bahaya kelaparan bila tanaman pangan di Indonesia tidak mendapat perhatian.

Bagi saya menarik bila artikel Hasto ini disandingkan dengan beberapa artikel yang ada di buku Megawati - Anak Putra Sang Fajar.

“Putri Bung Karno ini mampu memisahkan masalah pribadi, masalah partai, dan masalah negara agar tidak terjadi percampuran kepentingan. Megawati adalah orang yang sangat cermat memilih orang-orang yang akan membantunya menjalankan pemerintahannya,” ini kata Hamzah, Wakil Presiden RI 2001-2004. Hamza Haz sebelumnya sering menentang Megawai sebelum memimpin pemerintahan RI.

Baca juga: Hari Ini 18 Tahun Lalu, Megawati Soekarnoputri Torehkan Sejarah Politik Indonesia

Perempuan Guru dari Aceh, De Kemalawati, dalam artikelnya berjudul Megawati di Mata Saya, antara lain mengatakan, Megawati bukan sosok yang lihai berbahasa di debat politik, tapi pemimpin yang punya pendirian.

Pencipta dongeng di pentas yang piawai dan sutradara film senior, Garin Nugroho, dalam artikel Dalam Tubuh Mega Banyak Sejarah, antara lain menyebut Megawati itu Ibu Ideologi di tengah orang-orang yang sangat pragmatis dalam bangsa ini.

“Bangsa ini sudah berada dalam pragmatisme yang membunuh diri,” ujar Garin yang juga sering mencap banyak politisi negeri ini yang melodramatis. Itu juga bisa ditafsirkan, saat ini banyak politisi yang suka bermain sinetron, termasuk ketika blusukan.

Mega, sejarah diam, lucu

Menurut Garin, Megawati ketika menjadi presiden, tidak banyak perempuan yang mengunggulkannya. “Itu persoalan, itu paradoks. Mungkin karena dia tidak terlalu pandai bicara.”

Mega itu sejarah diam. Kalau Mega banyak diam, ada kelemahan, ada keunggulan dengan cara-cara itu. Ini kata-kata Garin yang sampai kini pentas dongengnya tidak bisa dicontek orang lain, atau gagal yang ditemui oleh penconteknya.

Tapi, walau “diam”, kata Garin, Mega itu lucu. Garin bilang, jarang sekali Mega bercerita tentang dunia film dengan dirinya. Tentang cerita lucu Mega, Garin mendongeng begini.

Suatu hari Megawati di sebuah lobi hotel di Bali mencari sopir pengantar. Seorang pemuda tiba-tiba menyediakan dirinya jadi sopir. Setelah berputar-putar di Bali, dan kembali ke hotel, Mega baru pemuda itu ditunggu istrinya. Ternyata pemuda ini pengangum berat Mega, sehingga berani jadi sopir walau harus meninggalkan istirnya menunggu di lobi hotel.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Gerindra Jelaskan Maksud Prabowo Sebut Jangan Ganggu jika Tak Mau Kerja Sama

Gerindra Jelaskan Maksud Prabowo Sebut Jangan Ganggu jika Tak Mau Kerja Sama

Nasional
[POPULER NASIONAL] Prabowo Minta yang Tak Mau Kerja Sama Jangan Ganggu | Yusril Sebut Ide Tambah Kementerian Bukan Bagi-bagi Kekuasaan

[POPULER NASIONAL] Prabowo Minta yang Tak Mau Kerja Sama Jangan Ganggu | Yusril Sebut Ide Tambah Kementerian Bukan Bagi-bagi Kekuasaan

Nasional
Tanggal 13 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 13 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Kesiapan Infrastruktur Haji di Arafah, Muzdalifah, dan Mina Sudah 75 Persen

Kesiapan Infrastruktur Haji di Arafah, Muzdalifah, dan Mina Sudah 75 Persen

Nasional
Cek Pelabuhan Ketapang, Kabaharkam Pastikan Kesiapan Pengamanan World Water Forum 2024

Cek Pelabuhan Ketapang, Kabaharkam Pastikan Kesiapan Pengamanan World Water Forum 2024

Nasional
Prabowo Sebut Soekarno Milik Bangsa Indonesia, Ini Respons PDI-P

Prabowo Sebut Soekarno Milik Bangsa Indonesia, Ini Respons PDI-P

Nasional
Ganjar Serahkan ke PDI-P soal Nama yang Bakal Maju Pilkada Jateng

Ganjar Serahkan ke PDI-P soal Nama yang Bakal Maju Pilkada Jateng

Nasional
Prabowo Minta Pemerintahannya Tak Diganggu, Ini Kata Ganjar

Prabowo Minta Pemerintahannya Tak Diganggu, Ini Kata Ganjar

Nasional
Bertemu Calon-calon Kepala Daerah, Zulhas Minta Mereka Tiru Semangat Jokowi dan Prabowo

Bertemu Calon-calon Kepala Daerah, Zulhas Minta Mereka Tiru Semangat Jokowi dan Prabowo

Nasional
7 Jenis Obat-obatan yang Disarankan Dibawa Jamaah Haji Asal Indonesia

7 Jenis Obat-obatan yang Disarankan Dibawa Jamaah Haji Asal Indonesia

Nasional
Visa Terbit, 213.079 Jemaah Haji Indonesia Siap Berangkat 12 Mei

Visa Terbit, 213.079 Jemaah Haji Indonesia Siap Berangkat 12 Mei

Nasional
Soal Usulan Yandri Susanto Jadi Menteri, Ketum PAN: Itu Hak Prerogatif Presiden

Soal Usulan Yandri Susanto Jadi Menteri, Ketum PAN: Itu Hak Prerogatif Presiden

Nasional
Di Australia, TNI AU Bahas Latihan Bersama Angkatan Udara Jepang

Di Australia, TNI AU Bahas Latihan Bersama Angkatan Udara Jepang

Nasional
BPK Buka Suara usai Auditornya Disebut Peras Kementan Rp 12 Miliar

BPK Buka Suara usai Auditornya Disebut Peras Kementan Rp 12 Miliar

Nasional
Chappy Hakim: Semua Garis Batas NKRI Punya Potensi Ancaman, Paling Kritis di Selat Malaka

Chappy Hakim: Semua Garis Batas NKRI Punya Potensi Ancaman, Paling Kritis di Selat Malaka

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com