Hamka pun membimbing Daniel, calon menantu Pram itu, membaca dua kalimat syahadat. Ia juga menganjurkan Daniel berkhitan dan menjadwalkan untuk mulai belajar Islam.
Menurut Irfan, dalam pertemuan tersebut, Hamka sama sekali tidak menyinggung persoalan dengan Pram beberapa tahun silam.
Baca juga: Kontroversi Magsaysay Award dan Bumi Manusia Karya Pramoedya Ananta Toer
Seorang kawan dekat Pram, Hoedaifah Koeddah, mengaku sempat menanyakan alasan Pram mengutus calon menantunya kepada Hamka untuk belajar Islam. Cerita itu Hoedaifah tuturkan lewat sebuah tulisan dalam majalah Horison edisi Agustus 2006.
Pram menjawab, meski ia berbeda pandangan dengan Hamka, tetapi Hamka merupakan sosok yang tepat untuk belajar Islam dan tauhid.
Menurut Hoedaifah, keputusan Pram itu sekaligus menunjukan permintaan maaf kepada Hamka. Hamka yang langsung menerima maksud kedatangan Astuti pun secara tak langsung menunjukkan sikap memaafkan.
Dua tokoh sastra kenamaan Indonesia itu, meski berseberangan paham, pada akhirnya berdamai lewat Islam.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.