Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Perseteruan Hamka dan Pramoedya Ananta Toer hingga Berdamai lewat Islam

Kompas.com - 15/04/2021, 03:30 WIB
Tsarina Maharani,
Kristian Erdianto

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Setelah perseteruan panjang, sastrawan Pramoedya Ananta Toer dan Haji Abdul Malik Karim Amrullah (Hamka) berdamai melalui cara yang tak terduga.

Perseteruan bermula dari roman Tenggelamnya Kapal Van der Wijck karya Hamka. Kisah yang berhasil membuat pembaca menumpahkan air mata itu menyulut keriuhan di jagad sastra Indonesia pada 1963.

Pram, lewat rubrik Lentera dalam koran Harian Bintang Timur yang diasuhnya, mendakwa karya Hamka itu hasil plagiat. Bahkan ia mengulas secara detail cara Hamka menjiplak.

Baca juga: Perpustakaan PATABA di Blora, Didirikan Soesilo Toer untuk Sang Kakak Pramoedya Ananta Toer

Tenggelamnya Kapal Van der Wijck dikatakan menjiplak Sous les Tilleuls karya pengarang Perancis Jean-Baptiste Alphonse Karr. Hamka diduga mengambilnya dari saduran penyair Mustafa Luthfi Al-Manfaluthi, Majdulin atau Magdalena (Di Bawah Naungan Pohon Tilia).

Selain Harian Bintang Timur, ada pula Harian Rakyat yang memberitakan karya Hamka itu hasil jiplakan. Kedua koran tersebut sama-sama berafiliasi dengan Partai Komunis Indonesia (PKI).

Hingga berbulan-bulan lamanya, kedua koran itu terus mengkritik karya Hamka. Bahkan, tulisan-tulisan yang terbit mulai menyerang Hamka secara pribadi.

Putra Hamka, Irfan Hamka, lewat sebuah tulisan memoar tentang sang ayah, mengaku sering dipojokkan oleh guru Sastra Indonesia-nya semasa SMA. Saat itu, gurunya memang dekat dengan tokoh Lembaga Kebudayaan Rakyat (Lekra) seperti Pram.

"Guru Sastra Indonesia-ku, begitu pula dengan guru Civic-ku (Kewarganegaraan), keduanya dengan gaya mengejek selalu menanyakan kesehatan ayah, dan tak lupa berkirim salam kepada ayah, kupingku selalu panas mendengarnya," tulis Irfan dalam buku memoarnya yang berjudul Ayah.

Baca juga: Mengenang Perjalanan Hidup Pramoedya Ananta Toer...

Namun, pada 1965, para pegiat Lekra mesti menghadapi masa-masa gelap. Setelah peristiwa Gerakan 30 September yang dituduhkan kepada PKI, mereka masuk dalam daftar pencarian orang untuk ditangkap.

Kedekatan seniman Lekra dengan PKI dianggap sebagai bentuk kegiatan subversif terhadap negara. Pram termasuk orang yang ditangkap dan diasingkan di Pulau Buru sebagai tahanan politik.

Empat belas tahun kemudian, pada 1979, Pram bebas. Saat itu, Pram dan Hamka sama sekali sudah tidak menjalin komunikasi.

Namun, pada suatu kesempatan, Hamka kedatangan sepasang tamu. Seorang perempuan Jawa dengan nama Astuti dan seorang lelaki keturunan Tionghoa bernama Daniel Setiawan.

"Saat Astuti memperkenalkan siapa dirinya, ayah agak terkejut. Ternyata Astuti adalah putri sulung Pram," kata Irfan.

Pramoedya Ananta Toer, sastrawan yang dipenjara di Pulau Buru sekitar tahun 1977, menyelesaikan karya-karyanya dengan sebuah mesin tik tua. KOMPAS/SINDHUNATA Pramoedya Ananta Toer, sastrawan yang dipenjara di Pulau Buru sekitar tahun 1977, menyelesaikan karya-karyanya dengan sebuah mesin tik tua.

Astuti kemudian menyampaikan maksud kedatangannya kepada Hamka. Ia memohon agar Hamka membimbing sang kekasih yang merupakan calon suaminya belajar dan memeluk agama Islam.

Sang ayah, Pram, dikatakan Astuti tidak setuju jika ia menikah dengan laki-laki yang berbeda agama. Tanpa ragu, Hamka meluluskan permohonan Astuti.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Prabowo-Gibran Buka Puasa Bareng Golkar, Semeja dengan Airlangga, Agung Laksono, dan Akbar Tandjung

Prabowo-Gibran Buka Puasa Bareng Golkar, Semeja dengan Airlangga, Agung Laksono, dan Akbar Tandjung

Nasional
Fahira Idris: Pendekatan Holistik dan Berkelanjutan Diperlukan dalam Pengelolaan Kawasan Aglomerasi Jabodetabekjur

Fahira Idris: Pendekatan Holistik dan Berkelanjutan Diperlukan dalam Pengelolaan Kawasan Aglomerasi Jabodetabekjur

Nasional
KPK: Baru 29 Persen Anggota Legislatif yang Sudah Serahkan LHKPN

KPK: Baru 29 Persen Anggota Legislatif yang Sudah Serahkan LHKPN

Nasional
Dewas Sudah Teruskan Aduan Jaksa KPK Diduga Peras Saksi Rp 3 Miliar ke Deputi Pimpinan

Dewas Sudah Teruskan Aduan Jaksa KPK Diduga Peras Saksi Rp 3 Miliar ke Deputi Pimpinan

Nasional
Rekening Jaksa KPK yang Diduga Peras Saksi Rp 3 Miliar Diperiksa

Rekening Jaksa KPK yang Diduga Peras Saksi Rp 3 Miliar Diperiksa

Nasional
Kasus Kredit Ekspor LPEI, KPK Buka Peluang Tetapkan Tersangka Korporasi

Kasus Kredit Ekspor LPEI, KPK Buka Peluang Tetapkan Tersangka Korporasi

Nasional
Pakar Hukum Dorong Percepatan 'Recovery Asset' dalam Kasus Korupsi Timah yang Libatkan Harvey Moeis

Pakar Hukum Dorong Percepatan "Recovery Asset" dalam Kasus Korupsi Timah yang Libatkan Harvey Moeis

Nasional
Sidak ke Kalteng, Satgas Pangan Polri Minta Pasar Murah Diintensifkan Jelang Lebaran

Sidak ke Kalteng, Satgas Pangan Polri Minta Pasar Murah Diintensifkan Jelang Lebaran

Nasional
Puspen TNI Sebut Denpom Jaya Dalami Dugaan Prajurit Aniaya Warga di Jakpus

Puspen TNI Sebut Denpom Jaya Dalami Dugaan Prajurit Aniaya Warga di Jakpus

Nasional
Bea Cukai dan Ditresnarkoba Polda Metro Jaya Gagalkan Peredaran Serbuk MDMA dan Kokain Cair

Bea Cukai dan Ditresnarkoba Polda Metro Jaya Gagalkan Peredaran Serbuk MDMA dan Kokain Cair

Nasional
TNI Kirim Payung Udara, Bisa Angkut 14 Ton Bantuan untuk Warga Gaza Via Udara

TNI Kirim Payung Udara, Bisa Angkut 14 Ton Bantuan untuk Warga Gaza Via Udara

Nasional
Tersangka Kasus Korupsi Timah Diyakini Bisa Bertambah 2-3 Kali Lipat jika Diusut Lewat TPPU

Tersangka Kasus Korupsi Timah Diyakini Bisa Bertambah 2-3 Kali Lipat jika Diusut Lewat TPPU

Nasional
Pakar Hukum Duga Ada 'Orang Kuat' Lindungi Kasus Korupsi Timah yang Jerat Harvey Moeis

Pakar Hukum Duga Ada "Orang Kuat" Lindungi Kasus Korupsi Timah yang Jerat Harvey Moeis

Nasional
Gerindra: Prabowo Tidak Cuma Janji Kata-kata, Dia 'The New Soekarno'

Gerindra: Prabowo Tidak Cuma Janji Kata-kata, Dia "The New Soekarno"

Nasional
TNI Kirim 900 Payung Udara untuk Salurkan Bantuan ke Warga Palestina

TNI Kirim 900 Payung Udara untuk Salurkan Bantuan ke Warga Palestina

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com