JAKARTA, KOMPAS.com - Kepala Lembaga Biologi Molekuler (LBM) Eijkman Amin Soebandrio mengatakan, perubahan gen terhadap mutasi virus corona B.1.1.7 asal Inggris berpotensi mengganggu sensitivitas tes polymerase chain reaction (PCR).
Awalnya, Amin menjelaskan, virus corona B.1.1.7 dapat mengalami beberapa mutasi sehingga memiliki karakteristik lebih cepat menularkan virus.
Karakteristik tersebut, kata dia, dikhawatirkan dapat menularkan virus ke lebih banyak orang sehingga meningkatkan angka reproduksi virus.
"Dan tentu ada sifat-sifat lain, karena ada perubahan di dalam gennya (virus Corona B117) maka dikhawatirkan diagnosis molekuler PCR itu juga akan terganggu, akan terganggu sensitivitasnya, itu yang kita khawatirkan," kata Amin dalam Talkshow BNPB secara virtual, Jumat (12/3/2021).
Baca juga: Hingga 12 Maret, Kemenkes Belum Temukan Kasus Corona B.1.1.7 di DKI
Selain itu, Amin juga mengatakan, mutasi virus corona B.1.1.7 berpotensi tidak dikenali antibodi yang telah terbentuk dari vaksinasi, disebabkan karena terjadinya perubahan bentuk virus.
"Dikhawatirkan lagi bahwa virus ini nanti tidak bisa dinetralisasi oleh si antibodi setelah vaksinasi," ujarnya.
Kendati demikian, Amin mengatakan, belum ada penelitian yang menyebutkan vaksin Covid-19 yang tengah dikembangkan tak mampu melawan virus.
"Jadi vaksin-vaksin yang sekarang beredar itu dianggap masih efektif untuk varian ini," pungkasnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.