Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jokowi: Belum Ada Penelitan Tunjukkan Virus Corona B.1.1.7 Lebih Mematikan

Kompas.com - 05/03/2021, 06:12 WIB
Fitria Chusna Farisa,
Dian Erika Nugraheny,
Bayu Galih

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Varian baru virus corona dari Inggris atau B.1.1.7 sudah masuk di Indonesia, setelah diumumkan oleh Wakil Menteri Kesehatan Dante Saksono pada 2 Maret 2021.

Meski begitu, Presiden Joko Widodo meminta masyarakat untuk tidak khawatir dengan adanya virus corona B.1.1.7 tersebut.

Sebab, Jokowi menyatakan bahwa belum ada penelitian yang memperlihatkan bahwa virus corona B.1.1.7 ini lebih mematikan dibanding virus yang biasa.

"Belum ada penelitian yang menunjukkan bahwa varian baru ini lebih mematikan," ujar Jokowi, dalam tayangan video YouTube Sekretariat Presiden, Kamis (4/3/2021).

Baca juga: Jokowi Minta Masyarakat Tak Khawatir dengan Mutasi Virus Corona B.1.1.7

Selain itu, Jokowi meminta masyarakat tidak perlu khawatir karena dua orang yang mengidap varian baru virus corona itu kini telah sembuh.

"Saya mengimbau kepada bapak, ibu, dan saudara-saudara semuanya untuk tidak perlu khawatir karena ditemukannya dua kasus positif Covid-19 dengan mutasi virus corona dari Inggris atau B.1.1.7, dua orang yang terpapar varian baru tersebut saat ini sudah negatif," kata Jokowi.

Jokowi kemudian meminta semua pihak melakukan upaya pencegahan agar penyebaran virus mutasi ini tak meluas.

Masyarakat terus diingatkan untuk disiplin dalam menerapkan 3M yakni memakai masker, mencuci tangan, dan menjaga jarak.

"Mari kita tetap berdisiplin menjalankan protokol kesehatan dengan ketat seiring dengan pelaksanaan vaksinasi yang semakin cepat," kata dia.

Baca juga: Jokowi Minta Kasus Aktif Covid-19 Turun Tanpa Kurangi Testing Harian

Sebelumnya, Wamenkes mengumumkan ditemukannya varian baru virus corona itu tepat saat Indonesia genap setahun mengalami pandemi Covid-19, yang ditandai diumumkannya pasien pertama pada 2 Maret 2020.

"Tadi malam saya mendapatkan informasi bahwa dalam tepat satu tahun hari ini kita menemukan mutasi B.1.1.7 UK di Indonesia, ini fresh from the oven baru tadi malam ditemukan dua kasus," kata Dante dalam acara "Inovasi Indonesia untuk Indonesia Pulih Pasca Pandemi", Selasa (2/3/2021).

Dante mengatakan, masuknya mutasi virus corona dari Inggris ini akan membuat tantangan masyarakat Indonesia dalam menghadapi pandemi Covid-19 semakin berat.

Oleh sebab itu, kata dia, dibutuhkan riset dan model penanganan yang lebih baik.

Baca juga: Dua Kasus Mutasi Virus Corona, Wamenkes: Fresh From The Oven Ditemukan Tadi Malam

Lebih membahayakan

Meski Jokowi mengatakan bahwa varian baru virus corona ini tidak lebih mematikan untuk menenangkan masyarakat, namun ilmuwan telah menyatakan bahwa mutasi virus ini memang lebih berbahaya.

Studi terbaru dari New and Emerging Respiratory Threats Advisory Group (NERVTAG) di Inggris menyebutkan, varian virus baru ini 30-70 persen lebih mematikan.

Selain itu, mutasi ini lebih banyak mengakibatkan tingkat keparahan dibandingkan dengan infeksi varian virus corona liar yang ada sebelumnya.

Baca juga: Studi: Varian Baru Virus Corona Kemungkinan 30-70 Persen Lebih Mematikan

Menurut pemberitaan Forbes, Senin (15/2/2021), kekhawatiran akan kemampuan B.1.1.7 dalam menimbulkan keparahan dan kematian ini sesungguhnya sudah ada sejak pertengahan Januari lalu.

Kala itu, jumlah kematian akibat varian baru ini lebih banyak jika dibanding infeksi virus non-varian baru.

Data yang sama juga disampaikan studi lain, misalnya Public Health Skotlandia yang menyebutkan risiko rawat inap pada pengidap B.1.1.7 lebih tinggi dibanding kasus infeksi varian virus corona yang lain.

Demikian pula dengan risiko untuk masuk ke ICU. Intensive Care National Audit and Research Center (ICNARC) dan QResearch menemukan pengidap B.1.1.7 lebih berisiko menjalani perawatan hingga ICU, dibandingkan orang yang terinfeksi varian biasa.

Meski begitu, Insider menulis bahwa dalam kesimpulan yang disampaikan, tim peneliti menyadari data yang mereka gunakan masih terbatas sehingga masih dibutuhkan penelitian lebih lanjut.

Baca juga: Epidemiolog: Varian Baru Virus Corona 40-70 Persen Lebih Cepat Menular

Oleh karena itu, tidak semua ahli menyatakan setuju jika varian Inggris ini disebut lebih mematikan dan lebih menyebabkan keparahan.

Meski begitu, masyarakat tetap diminta untuk lebih waspada terhadap varian baru virus corona ini. Epidemiolog Griffith University Dicky Budiman mengatakan bahwa virus corona B.1.1.7 ini penularannya lebih cepat 40 hingga 70 persen dari virus corona biasa.

Dicky meminta masyarakat tidak perlu panik. Hal yang harus dilakukan masyarakat, menurut dia, yakni meningkatkan respons dan kewaspadaan pada protokol kesehatan.

"Tidak perlu panik, hanya harus sangat waspada, bukan berarti panik. Waspada itu artinya harus memperkuat responsnya, 3T dan 5M dan diperkuat vaksinasinya," ujar Dicky.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Masuk Bursa Gubernur DKI, Risma Mengaku Takut dan Tak Punya Uang

Masuk Bursa Gubernur DKI, Risma Mengaku Takut dan Tak Punya Uang

Nasional
Sambut PKB dalam Barisan Pendukung Prabowo-Gibran, PAN: Itu CLBK

Sambut PKB dalam Barisan Pendukung Prabowo-Gibran, PAN: Itu CLBK

Nasional
Dewas KPK Minta Keterangan SYL dalam Dugaan Pelanggaran Etik Nurul Ghufron

Dewas KPK Minta Keterangan SYL dalam Dugaan Pelanggaran Etik Nurul Ghufron

Nasional
Soal Jatah Menteri PSI, Sekjen: Kami Tahu Ukuran Baju, Tahu Kapasitas

Soal Jatah Menteri PSI, Sekjen: Kami Tahu Ukuran Baju, Tahu Kapasitas

Nasional
Cinta Bumi, PIS Sukses Tekan Emisi 25.445 Ton Setara CO2

Cinta Bumi, PIS Sukses Tekan Emisi 25.445 Ton Setara CO2

Nasional
Menpan-RB Anas Bertemu Wapres Ma’ruf Amin Bahas Penguatan Kelembagaan KNEKS

Menpan-RB Anas Bertemu Wapres Ma’ruf Amin Bahas Penguatan Kelembagaan KNEKS

Nasional
Banyak Caleg Muda Terpilih di DPR Terindikasi Dinasti Politik, Pengamat: Kaderisasi Partai Cuma Kamuflase

Banyak Caleg Muda Terpilih di DPR Terindikasi Dinasti Politik, Pengamat: Kaderisasi Partai Cuma Kamuflase

Nasional
PKB Sebut Pertemuan Cak Imin dan Prabowo Tak Bahas Bagi-bagi Kursi Menteri

PKB Sebut Pertemuan Cak Imin dan Prabowo Tak Bahas Bagi-bagi Kursi Menteri

Nasional
Fokus Pilkada, PKB Belum Pikirkan 'Nasib' Cak Imin ke Depan

Fokus Pilkada, PKB Belum Pikirkan "Nasib" Cak Imin ke Depan

Nasional
Kritik Dukungan Nasdem ke Prabowo, Pengamat: Kalau Setia pada Jargon “Perubahan” Harusnya Oposisi

Kritik Dukungan Nasdem ke Prabowo, Pengamat: Kalau Setia pada Jargon “Perubahan” Harusnya Oposisi

Nasional
Megawati Tekankan Syarat Kader PDI-P Maju Pilkada, Harus Disiplin, Jujur, dan Turun ke Rakyat

Megawati Tekankan Syarat Kader PDI-P Maju Pilkada, Harus Disiplin, Jujur, dan Turun ke Rakyat

Nasional
Langkah PDI-P Tak Lakukan Pertemuan Politik Usai Pemilu Dinilai Tepat

Langkah PDI-P Tak Lakukan Pertemuan Politik Usai Pemilu Dinilai Tepat

Nasional
PSI Buka Pendaftaran Bakal Calon Kepala Daerah Pilkada 2024

PSI Buka Pendaftaran Bakal Calon Kepala Daerah Pilkada 2024

Nasional
PKB: Semua Partai Terima Penetapan Prabowo-Gibran, kecuali yang Gugat ke PTUN

PKB: Semua Partai Terima Penetapan Prabowo-Gibran, kecuali yang Gugat ke PTUN

Nasional
Ukir Sejarah, Walkot Surabaya Terima Penghargaan Satyalancana Karya Bhakti Praja Nugraha

Ukir Sejarah, Walkot Surabaya Terima Penghargaan Satyalancana Karya Bhakti Praja Nugraha

BrandzView
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com