JAKARTA, KOMPAS.com - Juru Bicara Vaksinasi Covid-19 dari PT Bio Farma Bambang Heryanto mengatakan, jenis vaksin gotong-royong harus berbeda dengan vaksin untuk program pemerintah.
Oleh karenanya, pihaknya sudah melakukan pendekatan dengan sejumlah produsen vaksin dari luar negeri.
Pendekatan lewat pembicaraan intensif itu dilakukan dengan produsen vaksin asal China yakni Sinopharm dan produsen vaksin asal Amerika Serikat (AS), Moderna.
"PT Bio Farma sudah mulai melakukan pembicaraan perihal suplai vaksin dengan prinsip harus berbeda dengan vaksin program pemerintah," ujar Bambang dalam keterangan pers virtual melalui YouTube FMB9, Jumat (26/2/021).
Baca juga: Biaya Vaksinasi Gotong Royong untuk Buruh dan Karyawan Swasta Ditanggung Perusahaan
"Contohnya, kami mulai bekerja sama dengan Sinopharm. Ini perusahaan vaksin dari Beijing, China yang menggunakan platform teknologi inactivated," lanjutnya.
Menurut dia, teknologi ini sama dengan yang digunakan perusahaan farmasi Sinovac.
Bambang menyebut, pengadaan vaksin Sinopharm ini nantinya akan diadakan oleh PT Kimia Farma TBk selaku anak perusahaan holding farmasi dari BUMN.
Yang kedua, PT Bio Farma juga menjajaki kerja sama dengan Moderna yang menggunakan teknologi platform messenger RNA (mRNA).
Baca juga: Vaksinasi Gotong Royong Tak Pakai Sinovac, AstraZeneca, Novavax, dan Pfizer
Bambang menamBahkan, untuk pengadaan vaksin program gotong-royong nantinya akan berkoodinasi dengan Kementerian Kesehatan.
"Sehingga vaksinasi gotong-royong bisa berjalan dengan lancar dan baik," tambahnya.
Sebelumnya, Juru Bicara Kementerian BUMN Arya Sinulingga mengatakan, vaksinasi gotong-royong diperuntukkan bagi para buruh dan karyawan swasta.
Selain itu, program vaksinasi gotong-royong pun memastikan pemberian vaksin secara gratis yang biayanya ditanggung perusahaan masing-masing.
Baca juga: Kemenkes: Vaksinasi Gotong Royong untuk Percepat Kekebalan Komunitas
"Vaksinasi gotong royong ditujukan bagi buruh. Jadi ditujukan bagi buruh dan karyawan swasta dan diberikan secara gratis sehingga dapat mempercepat pelaksanaan vaksinasi Covid-19 (nasional)," ujar Arya pada Jumat.
Arya menjelaskan, tujuan vaksinasi adalah memutus mata rantai penyebaran Covid-19 dengan cara membangun kekebalan kelompok yakni sekitar 70 persen dari jumlah penduduk Indonesia.
Jumlah itu setara dengan 181,5 juta orang.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.