Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kepergian Jalaluddin Rakhmat Terkesan Indah, Menyusul Istrinya Saat Hari Kasih Sayang

Kompas.com - 16/02/2021, 06:44 WIB
Nicholas Ryan Aditya,
Icha Rastika

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Kepergian cendekiawan muslim Jalaluddin Rakhmat untuk selamanya pada Senin (15/2/2021) ternyata menyusul istri yang berpulang empat hari sebelumnya. 

"Bepergiannya saat Valentine' Day jadi berkesan indah. Menyusul istrinya yang 4 hari lalu berpulang. Menyusul istri, membarengi menghadap Sang Khalik," kata politikus PDI-P Eva Kusuma melalui pesan singkat kepada Kompas.com, Senin malam.

Eva mengenang sosok almarhum pria yang akrab disapa Kang Jalal tersebut dengan penuh hormat.

Baca juga: PDI-P Kenang Jalaluddin Rakhmat sebagai Sosok Cendekiawan Jujur dan Toleran

Ia memandang Kang Jalal semasa hidupnya merupakan pribadi yang pintar, tetapi rendah hati. Menurut dia, Jalaluddin Rakhmat juga seorang yang memiliki kesopanan dan selalu ramah.

Ia juga mengenang pribadi Jalaluddin sebagai orang yang memiliki prinsip mengutamakan kepentingan bersama.

"Saya sangat hormat kepada beliau. Pintar, tetapi rendah hati, sopan dan selalu ramah. Kepentingan bersama selalu beliau menangkan," ujar dia. 

Eva sendiri mengaku terakhir berinteraksi dengan Jalaluddin Rakhmat saat almarhum memberikan buku karangan mengenai psikologi komunikasi.

Kang Jalal juga dikenang Eva sebagai pribadi yang selalu hadir dalam berbagai pertemuan. Kemampuan mendengarkannya pun, kata Eva, luar biasa.

Kepergian Jalaluddin Rakhmat menjadi duka mendalam bagi Eva. Ia pun memberikan pesan kesan terakhir kepada cendekiawan muslim yang berpulang di usia 71 tahun itu.

"Rest in peace, kang. Kamulah padi, berisi ilmu tinggi, tetapi merendah hati," ujar Eva.

Baca juga: PDI-P Kenang Jalaluddin Rakhmat sebagai Sosok Cendekiawan Jujur dan Toleran

Cendekiawan muslim Jalaluddin Rakhmat meninggal dunia di Rumah Sakit Santosa, Kota Bandung, Senin (15/2/2021) pukul 15.45 WIB.

Ketua PW Jamaah Ahlulbait Indonesia (Ijabi) PW Jawa Barat Sutrasno mengungkapkan, sebelum meninggal dunia, Jalaluddin sempat dirawat selama 10 hari karena penyakit diabetes.

Semasa hidupnya, Jalaluddin dikenal sebagai seorang cendekiawan atau pakar di bidang ilmu komunikasi.

Pria kelahiran Bandung 29 Agustus 1949 itu tercatat sebagai pengajar di Universitas Padjadjaran sejak tahun 1978 hingga tahun 2014.

Ia juga tergabung sebagai anggota Ikatan Sarjana Komunikasi dan International Communication Association sejak tahun 1982.

Baca juga: Profil Jalaluddin Rakhmat: Cendekiawan Muslim, Eks Anggota DPR dari PDI-P

Setelah lama menjadi dosen, Jalaluddin kemudian mencalonkan diri sebagai anggota DPR periode 2014-2019 melalui Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan.

Bergabung ke Komisi VIII DPR rupanya sudah menjadi keinginan Jalaluddin. Ia beralasan, dengan bergabung ke Komisi VIII, ia dapat memperjuangakan terbentuknya undang-undang perlindungan agama.

"Hal yang paling penting masyarakat harus terlindungi. Selama tidak mengganggu dan menghambat orang lain, seluruh kebebasan tidak dibatasi," kata Jalaluddin, Senin (4/8/2014).

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Kesiapan Infrastruktur Haji di Arafah, Muzdalifah, dan Mina Sudah 75 Persen

Kesiapan Infrastruktur Haji di Arafah, Muzdalifah, dan Mina Sudah 75 Persen

Nasional
Cek Pelabuhan Ketapang, Kabaharkam Pastikan Kesiapan Pengamanan World Water Forum 2024

Cek Pelabuhan Ketapang, Kabaharkam Pastikan Kesiapan Pengamanan World Water Forum 2024

Nasional
Prabowo Sebut Soekarno Milik Bangsa Indonesia, Ini Respons PDI-P

Prabowo Sebut Soekarno Milik Bangsa Indonesia, Ini Respons PDI-P

Nasional
Ganjar Serahkan ke PDI-P soal Nama yang Bakal Maju Pilkada Jateng

Ganjar Serahkan ke PDI-P soal Nama yang Bakal Maju Pilkada Jateng

Nasional
Prabowo Minta Pemerintahannya Tak Diganggu, Ini Kata Ganjar

Prabowo Minta Pemerintahannya Tak Diganggu, Ini Kata Ganjar

Nasional
Bertemu Calon-calon Kepala Daerah, Zulhas Minta Mereka Tiru Semangat Jokowi dan Prabowo

Bertemu Calon-calon Kepala Daerah, Zulhas Minta Mereka Tiru Semangat Jokowi dan Prabowo

Nasional
7 Jenis Obat-obatan yang Disarankan Dibawa Jamaah Haji Asal Indonesia

7 Jenis Obat-obatan yang Disarankan Dibawa Jamaah Haji Asal Indonesia

Nasional
Visa Terbit, 213.079 Jemaah Haji Indonesia Siap Berangkat 12 Mei

Visa Terbit, 213.079 Jemaah Haji Indonesia Siap Berangkat 12 Mei

Nasional
Soal Usulan Yandri Susanto Jadi Menteri, Ketum PAN: Itu Hak Prerogatif Presiden

Soal Usulan Yandri Susanto Jadi Menteri, Ketum PAN: Itu Hak Prerogatif Presiden

Nasional
Di Australia, TNI AU Bahas Latihan Bersama Angkatan Udara Jepang

Di Australia, TNI AU Bahas Latihan Bersama Angkatan Udara Jepang

Nasional
BPK Buka Suara usai Auditornya Disebut Peras Kementan Rp 12 Miliar

BPK Buka Suara usai Auditornya Disebut Peras Kementan Rp 12 Miliar

Nasional
Chappy Hakim: Semua Garis Batas NKRI Punya Potensi Ancaman, Paling Kritis di Selat Malaka

Chappy Hakim: Semua Garis Batas NKRI Punya Potensi Ancaman, Paling Kritis di Selat Malaka

Nasional
Prabowo Diminta Cari Solusi Problem Rakyat, Bukan Tambah Kementerian

Prabowo Diminta Cari Solusi Problem Rakyat, Bukan Tambah Kementerian

Nasional
Zulhas: Anggota DPR dan Gubernur Mana yang PAN Mintai Proyek? Enggak Ada!

Zulhas: Anggota DPR dan Gubernur Mana yang PAN Mintai Proyek? Enggak Ada!

Nasional
Usul Prabowo Tambah Kementerian Dianggap Sinyal Kepemimpinan Lemah

Usul Prabowo Tambah Kementerian Dianggap Sinyal Kepemimpinan Lemah

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com