Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Neni Nur Hayati
Direktur Eksekutif Democracy and Electoral Empowerment Partnership

Direktur Democracy and Electoral Empowerment Partnership (DEEP) Indonesia. Anggota Lembaga Hikmah dan Kebijakan Publik (LHKP) Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Korupsi dan Darurat Demokrasi

Kompas.com - 11/02/2021, 06:41 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Ini adalah impact dari politik legislasi pembentuk undang-undang (Presiden dan DPR) yang dinilai melemahkan pemberantasan korupsi. Sehingga wajar tatkala politikus, pejabat kepala daerah dan korupsi menjadi satu kesatuan yang tak dapat dipisahkan.

Jika diibaratkan ini adalah lingkaran setan yang tak bertepi dan berujung. Indonesia menjadi "surga" bagi koruptor. Alih-alih memperlihatkan perkembangan yang lebih baik, yang terjadi justru malah semakin menjadi-jadi.

Semakin banyak yang terkena operasi tangkap tangan KPK, koruptor semakin tumbuh subur. Korupsi terus bermutasi dan beregenerasi menjadi kader koruptor yang ulung (Subhan, 2019).

Partisipasi publik dalam pemilu (pilkada, pileg, dan pilpres) semakin tidak mencirikan semangat kebebasan yang penuh harapan, melainkan kebebasan yang ngotot ingin memperoleh kekuasaan dengan cara apa pun.

Ketika para elite sangat korup, mereka tidak benar-benar peduli dengan publik, atau bahkan negara mereka (Venard, 2019). Fakta ini menunjukkan telah hilangnya adab dalam berpolitik.

Bahkan tatkala korupsi diakui sebagai kejahatan luar biasa, tetapi negara tidak mencerminkan suasana darurat. Korupsi bahkan dianggap hal yang biasa.

Hal ini semakin meneguhkan Indonesia sebagai banalisasi korupsi. Begitu tersandung kasus korupsi, pejabat bersangkutan mundur dari jabatan politik.

Ketika korupsi dilakukan secara berjamaah, maka para pejabat pun beramai-ramai melindungi para koruptor. Politisi tidak merasa malu dan menyesal ketika ketahuan.

Sangat ironis dalam situasi krisis ekonomi, kesehatan dan serba susah akibat pandemi Covid-19, masih ada politisi yang memanfaatkan dana bantuan sosial untuk kepentingan pribadi. Entah disimpan dimata hati dan nuraninya.

Pembenahan serius

Kejahatan yang luar biasa harus dilawan dengan cara yang luar biasa pula. Korupsi telah masuk dalam titik kritis demokrasi. Hal ini harus dilakukan pembenahan secara serius.

Korupsi tidak hanya cukup diberantas dengan hukum konvensional, tetapi juga perlu terobosan kebijakan dan tindakan politik (Azra, 2021).

Perbaikan demokrasi harus beriringan dengan pemberantasan korupsi. Pemerintah, DPR dan elite politik harus punya kepekaan tinggi dan political will.

Usaha untuk memberantas korupsi jangan hanya menjadi wacana belaka dalam visi misi kepemimpinan saja tapi faktanya membiarkan atau bahkan melindungi para koruptor tumbuh subur di negeri ini.

Bentuk keseriusan tersebut semestinya dapat ditunjukkan dengan kebijakan konkrit berupa penguatan regulasi.

Jangan ada ampun untuk para pelaku korupsi dinegeri ini. Hukuman perlu diperberat. Presiden harus segera berani mengambil tindakan dengan cepat dan tepat untuk kemaslahatan negeri ini. Tidak bermain di wilayah abu-abu yang semakin membingungkan masyarakat sipil.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Soal Jokowi dan PDI-P, Projo: Jangan karena Beda Pilihan, lalu Dianggap Berkhianat

Soal Jokowi dan PDI-P, Projo: Jangan karena Beda Pilihan, lalu Dianggap Berkhianat

Nasional
Surya Paloh Buka Peluang Nasdem Usung Anies pada Pilkada DKI

Surya Paloh Buka Peluang Nasdem Usung Anies pada Pilkada DKI

Nasional
Dukung Prabowo-Gibran, Surya Paloh Sebut Nasdem Belum Dapat Tawaran Menteri

Dukung Prabowo-Gibran, Surya Paloh Sebut Nasdem Belum Dapat Tawaran Menteri

Nasional
PKS: Pak Anies Sudah Jadi Tokoh Nasional, Kasih Kesempatan Beliau Mengantarkan Kader Kami Jadi Gubernur DKI

PKS: Pak Anies Sudah Jadi Tokoh Nasional, Kasih Kesempatan Beliau Mengantarkan Kader Kami Jadi Gubernur DKI

Nasional
Soal Bertemu Prabowo, Sekjen PKS: Tunggu Saja, Nanti Juga Kebagian

Soal Bertemu Prabowo, Sekjen PKS: Tunggu Saja, Nanti Juga Kebagian

Nasional
Prabowo Absen dalam Acara Halalbihalal PKS

Prabowo Absen dalam Acara Halalbihalal PKS

Nasional
Projo: Jokowi Dukung Prabowo karena Ingin Penuhi Perjanjian Batu Tulis yang Tak Dibayar Megawati

Projo: Jokowi Dukung Prabowo karena Ingin Penuhi Perjanjian Batu Tulis yang Tak Dibayar Megawati

Nasional
Langkah Mahfud Membersamai Masyarakat Sipil

Langkah Mahfud Membersamai Masyarakat Sipil

Nasional
5 Smelter Terkait Kasus Korupsi Timah yang Disita Kejagung Akan Tetap Beroperasi

5 Smelter Terkait Kasus Korupsi Timah yang Disita Kejagung Akan Tetap Beroperasi

Nasional
Deretan Mobil Mewah yang Disita dalam Kasus Korupsi Timah, 7 di Antaranya Milik Harvey Moeis

Deretan Mobil Mewah yang Disita dalam Kasus Korupsi Timah, 7 di Antaranya Milik Harvey Moeis

Nasional
[POPULER NASIONAL] PKS Sebut Surya Paloh Main Cantik di Politik | Ganjar-Mahfud Dapat Tugas Baru dari Megawati

[POPULER NASIONAL] PKS Sebut Surya Paloh Main Cantik di Politik | Ganjar-Mahfud Dapat Tugas Baru dari Megawati

Nasional
Tanggal 29 April 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 29 April 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Kejagung: Kadis ESDM Babel Terbitkan RKAB yang Legalkan Penambangan Timah Ilegal

Kejagung: Kadis ESDM Babel Terbitkan RKAB yang Legalkan Penambangan Timah Ilegal

Nasional
Kejagung Tetapkan Kadis ESDM Babel dan 4 Orang Lainnya Tersangka Korupsi Timah

Kejagung Tetapkan Kadis ESDM Babel dan 4 Orang Lainnya Tersangka Korupsi Timah

Nasional
Masuk Bursa Gubernur DKI, Risma Mengaku Takut dan Tak Punya Uang

Masuk Bursa Gubernur DKI, Risma Mengaku Takut dan Tak Punya Uang

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com