JAKARTA, KOMPAS.com - Kapolri Jenderal (Pol) Listyo Sigit Prabowo mengakui bahwa komunikasi antara pemimpin pemerintahan (umara) dan ulama sempat terputus dalam kaitannya di masyarakat.
Dilansir dari Tribunnews, hal tersebut kerap menimbulkan kesalahpahaman yang berujung konflik di masyarakat.
"Seperti yang disampaikan tadi ada komunikasi yang terputus antara umara dan ulama. Khususnya polisi dengan ulama," kata Sigit.
Pengakuan itu disampaikan Kapolri Sigit saat mengunjungi kantor Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Rabithah Alawiyah di TB Simatupang, Jakarta Selatan, Sabtu (30/1/2021).
Baca juga: Kapolri Kunjungi Markas Rabithah Alawiyah
Saat silaturahmi tersebut, Sigit bercerita bahwa ulama merupakan salah satu orang yang berjasa dalam merebut kemerdekaan bangsa Indonesia dari penjajah.
Ia menyebut, pada waktu itu para ulama membuat kesepakatan tentang dasar negara bangsa Indonesia yaitu Pancasila.
"Dasar negara Pancasila ini kan merupakan suatu proses yang panjang. Ini adalah cerita zaman dulu tentunya. Ini bahu-membahu zaman dulu yang pernah dilaksanakan dan tentunya ini tidak boleh terputus," jelasnya.
Berkaca dari pengalaman sejarah itu, Sigit meminta seluruh jajarannya untuk terus menjaga komunikasi yang baik dengan para ulama di daerah.
Instruksi itu, kata dia, menjadi kewajiban dan harus dilaksanakan oleh seluruh jajaran kepolisian.
"Saya sampaikan kepada seluruh jajaran saya di polda-polda yang saat ini sedang berdampingan dengan kawan-kawan kami pengurus Rabithah yang ada di polda-polda atau mungkin di tingkat polres untuk tolong dibangun hubungan yang baik dan komunikasi yang baik," ungkap Sigit.
Baca juga: PP Muhammadiyah Dukung Program Kapolri Listyo Sigit soal Moderasi Beragama
Sebab, ia menilai, segala sesuatu dapat diselesaikan dengan komunikasi dan dialog yang baik.
"Karena memang manakala komunikasi itu terputus maka masing-masing akan membawa cara berpikir masing-masing yang sebenarnya kalau didialogkan itu, ternyata tidak sama-sama begitu. Ini yang kami ke depan itu komunikasi antara Umara dan ulama harus terjalin dengan baik," sambung dia.
Usai bersilaturahmi, Sigit menyampaikan pernyataan konferensi pers kepada media sekitar pukul 12.00 WIB.
Sigit mengatakan, kepolisian sepakat untuk membangun sinergi dengan ulama salah satunya DPP Rabithah Alawiyah dalam menjaga Keamanan dan Ketertiban Masyarakat (Kamtibmas).
Sigit menuturkan, selama ini banyak bahasa hukum atau bahasa kepolisian yang perlu diterjemahkan ke masyarakat.
Dia berharap, bahasa hukum tersebut nantinya dapat diterjemahkan oleh DPP Rabithah Alawiyah.
"Jadi tadi kami sampaikan ke beliau-beliau, Pak, titip supaya pesan Kamtibmas kami bisa disampaikan ke umat dengan bahasa-bahasa umat. Tentu ini akan sangat membantu," ujarnya.
Baca juga: Kelakar Abdul Muti soal Kesiapan Kapolri Listyo Sigit Jadi Anggota Muhammadiyah
Di sisi lain, Sigit juga menyampaikan soal situasi sulit yang dihadapi Indonesia saat ini yaitu pandemi Covid-19.
Ia menyatakan, masalah Covid-19 merupakan masalah bersama, sehingga perlu ada sinergi antara pemerintah dan ulama termasuk DPP Rabithah Alawiyah.
Sinergi tersebut, kata dia, berupa edukasi kepada masyarakat yang dilakukan Polri bersama dengan DPP Rabithah Alawiyah.
"Kami tadi sepakat ke depan nantinya akan ada kegiatan-kegiatan bersama ke lapangan yang sifatnya edukasi, sosialisasi bagaimana peraturan 5M," jelas Sigit.
Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul "Kapolri Listyo Sigit: Ada Komunikasi yang Terputus Antara Polisi dan Ulama"
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.