Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Lakukan Survei soal Vaksin, Populi Center: Mayoritas yang Menolak karena Risiko Kesehatan

Kompas.com - 19/12/2020, 12:23 WIB
Nicholas Ryan Aditya,
Diamanty Meiliana

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Lembaga Populi Center mengungkap hasil survei seputar penerimaan vaksin Covid-19. Survei ini diadakan pada 21 hingga 30 Oktober 2020.

Peneliti Populi Center Rafif Pamenang Imawan mengatakan, pihaknya menanyakan kesediaan masyarakat jika diberikan vaksin oleh pemerintah.

"Kita sudah menanyakan apakah mau diberikan vaksin oleh pemerintah? Ini juga hasilnya dalam beberapa hal tidak menggembirakan juga. Ada 60 persen mengatakan bersedia dan 40 persen menyatakan tidak bersedia," kata Rafif dalam diskusi virtual, Sabtu (19/12/2020).

Adapun survei tersebut dilakukan Populi Center terhadap 1.000 responden di 100 kabupaten/kota yang tersebar secara proporsional di 34 provinsi.

Baca juga: Poin Penting dalam Pengadaan Vaksin Covid-19: Tata Kelola yang Transparan hingga Penegakan Hukum

Lebih lanjut, Rafif menerangkan, 40 persen masyarakat mengungkap alasan penolakan atau tidak bersedia menerima vaksin karena risiko kesehatan.

"Karena mereka khawatir dengan aspek kesehatan. Itu jawaban mayoritas 46,5 persen yang tidak bersedia," ujarnya.

Selanjutnya, masyarakat menjawab alasan lain yaitu karena mereka tidak percaya vaksin menyembuhkan. Terdapat 15,2 persen masyarakat yang menyatakan hal tersebut.

Sisanya sebanyak 13,3 persen menjawab alasan karena tidak dapat memastikan apakah vaksin halal atau tidak.

Baca juga: Bagaimana Akurasi Rapid Test Antigen Dibanding Tes Covid-19 Lainnya?

Rafif juga menyoroti menariknya jawaban masyarakat ketika ditanya mengenai negara asal vaksin Covid-19.

"Kita kan ada banyak sekali negara asal. Nah, mereka menyatakan vaksin dari China yang nomor satu, paling tinggi dipilih," ungkap dia.

Berdasarkan survei tersebut, sebanyak 16,6 persen masyarakat memilih vaksin dari China, disusul vaksin dari Amerika Serikat sebanyak 10,3 persen, dan Jepang sebesar 8 persen.

Ia berpendapat, ada faktor yang menyebabkan vaksin China menjadi pilihan masyarakat yaitu peran pemberitaan media.

"Barangkali ini juga karena vaksin yang banyak beredar di pemberitaan kan salah satunya Sinovac dari China, dan juga Pfizer dari kerjasama Amerika dan Jerman. Satu lagi moderna dari Amerika. Jadi mungkin itu pemberitaan juga yang jadi salah satu membuat kemudian vaksin dari negara lain tidak terlalu muncul," jelasnya.

Baca juga: Kemenkes: Vaksin Covid-19 Gratis dan Tanpa Syarat

Bahkan, dia menilai bahwa vaksin buatan Tanah Air yaitu vaksin Merah Putih yang tengah direncanakan tidak begitu direspons pemberitaan.

Seperti diketahui, Indonesia telah bekerja sama dengan Sinovac untuk melakukan uji klinis tahap ketiga di Bandung Jawa Barat.

Kerja sama tersebut melibatkan tim dari Universitas Padjadjaran dan PT Bio Farma. Vaksin Sinovac telah tiba di Indonesia sejak Minggu (6/12/2020).

Selain dengan Sinovac, Indonesia juga menjalin komitmen pengadaan vaksin dengan perusahaan biofarmasi lainnya, yakni Sinopharm yang bekerja sama dengan G42 di Uni Emirat Arab, CanSino, dan AstraZeneca.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com