JAKARTA, KOMPAS.com - Dokter Instalasi Gawat Darurat (IGD) Gia Pratama Putra merupakan salah satu dokter yang sudah terjun menangani Covid-19 sejak kemunculan pandemi di Tanah Air.
Gia mengatakan, sejak awal pandemi, terdapat hal berulang yang terus dialaminya dalam menangani keluar-masuknya pasien Covid-19.
"Sejak awal pandemi, ada tiga fase berulang terus yang dialami," kata Gia dalam talkshow FMB9, Jumat (13/11/2020).
Baca juga: IDI: Uji Klinis terhadap 1.000-2.000 Relawan Belum Bisa Pastikan Vaksin Aman
Fase pertama, kata dia, adalah memberitahu kepada pasien bahwa yang bersangkutan terkena Covid-19.
Bermacam ekspresi dari para pasien itu pun disaksikannya. Banyak pasien yang menangis, bahkan banyak juga yang histeris.
Meskipun demikian, sebagai seorang dokter, Gia pun mencoba menanganinya dengan profesional.
"Sambil saya kasih kabar buruk ini, sambil saya terus menyemangati. Tidak apa-apa, bisa sembuh kok, yakin sembuh karena keyakinan itu adalah 50 persen kesembuhan," kata Gia.
"Sekarang ikhlas dulu kalau positif, tapi juga bagaimana caranya menyembuhkan diri dan kerjakan ini sama-sama," ujar dia.
Baca juga: Pengelola Sebut Libur Panjang Belum Pengaruhi Peningkatan Pasien Covid-19 di RSD Wisma Atlet
Fase kedua, kata dia, adalah saat pasien harus diisolasi di rumah sakit.
Sebab, saat seseorang diisolasi akibat Covid-19, maka mereka tidak boleh bertemu keluarga dan teman-teman dan harus sendiri.
"Dan itu menjenuhkan, bikin stres. Jadi kami tenaga kesehatan seperti keluarga kedua bagi pasien," kata dia.
"Dijenguk setiap hari, disemangati setiap hari, apa keluhannya, apa yang kerasa, bagaimana kabarnya? Terus kami pantau," tutur Gia.
Adapun pada fase ketiga, Gia mengatakan, selalu ada dua kemungkinan yang dihadapinya, yakni ketika pasien tersebut sembuh dan meninggal dunia.
"Saat sembuh, dia seperti tidak pernah sakit, wajahnya cerah, dan sehat, pamit dadah-dadah. Itu rasanya tidak usah dibayar juga tidak apa-apa, happy banget. Pulang ketemu keluarga lagi karena swab-nya negatif," kata dia.
Baca juga: UPDATE: Sebaran 5.444 Kasus Baru Covid-19, Jateng Tertinggi dengan 1.362
Namun apabila pasien tersebut meninggal, Gia mengaku merasakan berat yang luar biasa.
Pasalnya, pasien sama sekali tidak didampingi keluarga, resusitasi jantung dan paru (RJP) pasien juga dilakukan di ruang rawat.
Kemudian telepon keluarga bahwa pasien tersebut sudah tidak ada, jenazah yang harus dimasukkan ke dalam peti serta harus menggunakan plastik, hingga memberitahukan bahwa pemakaman harus dilakukan di lokasi khusus.
"Fase ini terus berulang sampai sekarang," ujar dia.
Baca juga: Jubir Satgas: Masyarakat Jangan Lengah, Terus Patuhi Protokol Kesehatan
Gia pun berpesan agar para pasien Covid-19 yang positif Covid-19 dan menjalani perawatan, harus fokus pada diri sendiri agar bisa sehat.
Ia meminta para pasien tersebut tidak fokus terhadap penyakitnya dan menyerahkannya saja kepada para dokter dan tenaga kesehatan.
"Virus ini kalah sama daya tahan tubuh kita. Jadi Bapak/Ibu tidak usah fokus sama penyakitnya, fokus sama diri saja. Biarkan dokter-dokter yang fokus, minum air, makan," ucap dia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.