Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
KILAS

Harus Jalani Hemodialisa Seumur Hidup, Perempuan Ini Tetap Tegar

Kompas.com - 02/11/2020, 11:43 WIB
Inadha Rahma Nidya,
Mikhael Gewati

Tim Redaksi

KOMPAS.com – Jika ada orang yang mengatakan hidup tidaklah seperti cerita dalam novel, mungkin Elmi Suzana (43) tidak menyetujuinya.

Sebab, cerita perjalanannya melakukan hemodialisa atau cuci darah selama 17 tahun memang sudah membuahkan satu novel inspiratif berjudul Titip Satu Cinta.

Ditulis oleh suami Elmi yang bekerja sebagai wiraswasta, novel tersebut terbit pada 2012.

Cerita berawal saat Elmi lulus kuliah pada 2004. Saat itu, Elmi mengalami menstruasi tiada henti selama empat bulan.

Baca juga: Ibu Ini Bersyukur JKN-KIS Tanggung Biaya Cuci Darah Suaminya

“Menstruasinya banyak sampai saya lemas, bahkan harus dirawat dan transfusi,” kata Elmi, saat dihubungi Kompas.com melalui telepon, Rabu (28/10/2020).

Elmi yang merasa kondisi itu tidak wajar, memutuskan memeriksakan diri ke beberapa dokter untuk mengetahui penyebab dan cara penyembuhannya.

Hasilnya, sebagian dokter mengatakan kondisi Elmi disebabkan kelebihan hormon, sedangkan sebagian lagi menyatakan hal tersebut disebabkan faktor stres.

Untuk menyembuhkannya, Elmi pun disarankan menjalani kuret. Namun, karena saat itu Elmi masih gadis, kuret tak dilakukan.

Baca juga: Penderita Gagal Ginjal Ini Gratis Cuci Darah Dua Kali Seminggu berkat Jaminan BPJS Kesehatan

“Harusnya dikuret, diangkat, dibersihkan, tapi waktu itu saya masih gadis, katanya di etika kedokteran enggak boleh,” kata Elmi.

Setelah itu, untuk menghentikan menstruasinya, Elmi pun mengonsumsi banyak obat. Namun, upaya tersebut tidak membuahkan hasil baik, dan justru menyerang organ ginjalnya.

Tercatat, hemoglobin (hb) darah Elmi berada di bawah batas normal 12-16 gram per desiliter (g/dl).

“Tiba-tiba saya koma, lalu dibawa ke intensive care unit (ICU). Waktu itu hemoglobin saya dua. Pas itulah dokter bilang kalau saya harus menjalani cuci darah,” kata Elmi.

Baca juga: Cuci Darah: Pengertian, Proses, Efek Samping

Elmi melanjutkan, kalau tidak cuci darah, maka racun di dalam tubuhnya akan menjalar ke otak. Padahal, sebelumnya dia tidak ada masalah sedikit pun di ginjal.

Saat divonis harus rutin menjalani hemodialisa, pada diri Elmi terbesit rasa khawatir akan karier masa depannya. Belum lagi konsekuensi dari perawatan hemodialisa yang harus dijalaninya sejak gadis membuatnya tidak bisa mengandung anak.

Namun pada kondisi itu, Elmi tetap berusaha optimis dan berdoa agar penyakit tersebut membawa hikmah, berkah, manfaat, serta membuatnya menjadi orang yang lebih bersyukur.

Setelah koma selama dua hari dan dirawat di ICU selama tiga minggu, perempuan asal Sumatera Barat (Sumbar) yang sejak kecil tinggal di Jakarta ini, menjalani hemodialisa pertamanya di Rumah Sakit (RS) Fatmawati Jakarta.

Baca juga: Hentikan Cuci Darah pada Pasien Ginjal Kronis Bisa Sebabkan Kematian

Sejak itu, Elmi rutin menjalani hemodialisa tiga kali dalam seminggu untuk mengeluarkan cairan yang dikonsumsi. Namun karena pasien di RS Fatmawati membludak, dia melanjutkan perawatan di RS Harapan Bunda Jakarta.

Masalah pun tak berhenti di sana. Karena keterbatasan biaya, beberapa kali Elmi harus menunda menjalani hemodialisa. Akibatnya, beberapa bagian tubuh Elmi mengalami bengkak.

Sebagai informasi, saat itu hemodialisa memakan biaya sekitar Rp 750.000 hingga Rp 850.000. Elmi pun melakukan berbagai cara untuk mengusahakan biaya yang tak sedikit itu.

“Kalau lagi ada uangnya, saya berangkat. Kalau enggak ada ya enggak berangkat. Dokter pun sudah mengerti. Makanya dulu kaki sama perut saya suka bengkak kaya orang hamil,” kata Elmi.

Baca juga: Benny Likumahuwa Jalani Cuci Darah sejak 2018

Syukur, hal tersebut tidak berlangsung selamanya. Sebab setelah ada Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan, Elmi langsung mendaftarkan diri.

Dengan begitu, biaya hemodialisanya di-cover 100 persen melalui program Jaminan Kesehatan Nasional – Kartu Indonesia Sehat (JKN-KIS).

“Sekarang saya sudah jadi peserta JKN-KIS kelas I. Alhamdulillah terbantu. Awalnya saya terdaftar keluarga miskin (Gakin), setelah itu bikin jaminan kesehatan daerah (Jamkesda), lalu keluarlah BPJS. Saya otomatis terdaftar,” kata Elmi.

Kini, perempuan yang ikut suaminya tinggal di Bogor itu menjalani hemodialisa dua kali dalam seminggu, di RS Palang Merah Indonesia (PMI) Bogor. Elmi pun mengaku puas terhadap layanan BPJS Kesehatan.

Baca juga: RS Darurat Covid-19 di Simprug Beroperasi, Juga Layani Ibu Hamil dan Cuci Darah

“Menurut saya pelayanannya baik, seneng-seneng aja. Asal kita mau jalani dan tertib,” kata Elmi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Cinta Bumi, PIS Sukses Tekan Emisi 25.445 Ton Setara CO2

Cinta Bumi, PIS Sukses Tekan Emisi 25.445 Ton Setara CO2

Nasional
Menpan-RB Anas Bertemu Wapres Ma’ruf Amin Bahas Penguatan Kelembagaan KNEKS

Menpan-RB Anas Bertemu Wapres Ma’ruf Amin Bahas Penguatan Kelembagaan KNEKS

Nasional
Banyak Caleg Muda Terpilih di DPR Terindikasi Dinasti Politik, Pengamat: Kaderisasi Partai Cuma Kamuflase

Banyak Caleg Muda Terpilih di DPR Terindikasi Dinasti Politik, Pengamat: Kaderisasi Partai Cuma Kamuflase

Nasional
PKB Sebut Pertemuan Cak Imin dan Prabowo Tak Bahas Bagi-bagi Kursi Menteri

PKB Sebut Pertemuan Cak Imin dan Prabowo Tak Bahas Bagi-bagi Kursi Menteri

Nasional
Fokus Pilkada, PKB Belum Pikirkan 'Nasib' Cak Imin ke Depan

Fokus Pilkada, PKB Belum Pikirkan "Nasib" Cak Imin ke Depan

Nasional
Kritik Dukungan Nasdem ke Prabowo, Pengamat: Kalau Setia pada Jargon “Perubahan” Harusnya Oposisi

Kritik Dukungan Nasdem ke Prabowo, Pengamat: Kalau Setia pada Jargon “Perubahan” Harusnya Oposisi

Nasional
Megawati Tekankan Syarat Kader PDI-P Maju Pilkada, Harus Disiplin, Jujur, dan Turun ke Rakyat

Megawati Tekankan Syarat Kader PDI-P Maju Pilkada, Harus Disiplin, Jujur, dan Turun ke Rakyat

Nasional
Langkah PDI-P Tak Lakukan Pertemuan Politik Usai Pemilu Dinilai Tepat

Langkah PDI-P Tak Lakukan Pertemuan Politik Usai Pemilu Dinilai Tepat

Nasional
PSI Buka Pendaftaran Bakal Calon Kepala Daerah Pilkada 2024

PSI Buka Pendaftaran Bakal Calon Kepala Daerah Pilkada 2024

Nasional
PKB: Semua Partai Terima Penetapan Prabowo-Gibran, kecuali yang Gugat ke PTUN

PKB: Semua Partai Terima Penetapan Prabowo-Gibran, kecuali yang Gugat ke PTUN

Nasional
Ukir Sejarah, Walkot Surabaya Terima Penghargaan Satyalancana Karya Bhakti Praja Nugraha

Ukir Sejarah, Walkot Surabaya Terima Penghargaan Satyalancana Karya Bhakti Praja Nugraha

BrandzView
Jokowi dan Gibran Disebut Bukan Bagian PDI-P, Kaesang: Saya Enggak Ikut Urusi Dapurnya

Jokowi dan Gibran Disebut Bukan Bagian PDI-P, Kaesang: Saya Enggak Ikut Urusi Dapurnya

Nasional
Helikopter Panther dan KRI Diponegoro Latihan Pengiriman Barang di Laut Mediterania

Helikopter Panther dan KRI Diponegoro Latihan Pengiriman Barang di Laut Mediterania

Nasional
Kaesang Sebut PSI Sudah Kantongi Bakal Calon Gubernur DKI Jakarta

Kaesang Sebut PSI Sudah Kantongi Bakal Calon Gubernur DKI Jakarta

Nasional
Hasto: Di Tengah Panah 'Money Politic' dan 'Abuse of Power', PDI-P Masih Mampu Jadi Nomor 1

Hasto: Di Tengah Panah "Money Politic" dan "Abuse of Power", PDI-P Masih Mampu Jadi Nomor 1

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com