JAKARTA, KOMPAS.com - Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) Nizam mengatakan, kondisi perekonomian Indonesia saat ini sedang mengalami tekanan akibat pandemi Covid-19.
Oleh sebab itu, dibutuhkan banyak lapangan pekerjaan untuk mengatasi tekanan tersebut.
Sementara, Nizam menyebut, setidaknya ada 300.000 sarjana baru pada periode Mei hingga Juli 2020, berdasarkan data dari career fair yang diselenggarakan Kemendikbud.
Baca juga: Jokowi Utus Mensesneg Serahkan Naskah UU Cipta Kerja ke NU dan Muhammadiyah
“Di bulan Juni dan Juli kemarin itu, Dikti menyelenggarakan virtual career fair untuk membantu adik-adik sarjana baru ketemu dengan pekerjaan,” ujar Nizam dalam diskusi bertajuk Kemerdekaan Menyatakan Pendapat di Kampus, Minggu (18/10/2020).
“Itu diikuti 300.000 sarjana baru yang lulus dari bulan Mei sampai dengan Juli, lapangan pekerjaannya kurang dari 10.000 untuk 300.000 sarjana baru,” kata dia.
Menurut Nizam, kemudahan berinvestasi akan memengaruhi jumlah lapangan kerja yang tercipta.
Ia mengatakan, pemerintah berupaya memberikan kemudahan investasi melalui Undang-Undang Cipta Kerja dengan memangkas perizinan yang selama ini dianggap berbelit-belit.
“Kita tahu bagaimana saat ini perizinan untuk investasi selama ini setengah mati, banyak sekali meja-mejanya, banyak sekali uang-uang di bawah meja,” ujar Nizam.
“Itu yang ingin dihapuskan oleh bapak presiden kalau kita berpikiran secara huznudzon (berprasangka naik),” kata dia.
Baca juga: Ini 3 Alasan Investor Lebih Pilih Vietnam Ketimbang Indonesia
Nizam menilai, pertumbuhan ekonomi Indonesia akan sulit bersaing dengan negara-negara ASEAN tanpa adanya investasi.
Ia mencontohkan, Vietnam yang sangat ramah dan terbuka terhadap investasi. Bahkan, kata Nizam, segala kemudahan diberikan oleh Pemerintah Vietnam agar mendatangkan banyak investasi.
“Membebaskan pajak, bahkan tanah pun diberikan oleh negara supaya investasi masuk,” ucap Nizam.
“Sementara kalau kita tidak melakukan reformasi di dalam perizinan, tentu kita sangat tidak kompetitif dengan negara-negara tetangga kita,” tutur dia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.