JAKARTA, KOMPAS.com - Ahli Epidemiologi dari Universitas Indonesia (UI) Tri Yunis Miko Wahyono mengatakan, tidak ada cara untuk menghalangi masyarakat pergi berlibur saat libur panjang akhir pekan pada masa pandemi virus corona atau Covid-19.
Menurut dia, satu-satunya cara agar masyarakat tidak pergi berlibur yakni dengan menutup tempat wisata.
"Kalau tempat wisatanya dibuka, ya enggak ada peraturan enggak boleh berwisata," kata Miko kepada Kompas.com, Selasa (1/9/2020).
Baca juga: Kasus Covid-19 di Jakarta Melonjak, Positivity Rate Harian hingga 13,5 Persen
Kendati demikian, Miko mengatakan, tidak masalah tempat wisata dibuka selama para petugas dan pengunjung selalu menerapkan protokol kesehatan.
Mulai dari menggunakan masker, menjaga jarak dan rajin mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir, hingga hand sanitizer.
"Kalau mau harus pakai face shield semua yang berwisata. Karena itu akan bercampur dari masyarakat yang merah, oranye, kuning dan hijau bercampur di tempat wisata," ujar dia.
Baca juga: BNPB: Positivity Rate Covid-19 Agustus di RI 15,30 Persen, Tertinggi Selama Pandemi
Diberitakan, berdasarkan data Satuan Tugas Penanganan Covid-19 positivity rate di Indonesia pada Agustus ini merupakan yang paling tinggi sejak April 2020.
Tingginya positivity rate berbanding lurus dengan laju pertumbuhan kasus positif Covid-19 secara nasional.
Bahkan dalam kurun empat hari terakhir, Satgas Covid-19 mencatat penambahan kasus positif Covid-19 menembus rekor sebelumnya.
Menurut Ketua Tim Pakar dan Juru Bicara Satgas Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito, penambahan kasus positif yang cukup masif dalam tiga hari terakhir tidak terlepas dari libur panjang sepekan sebelumnya.
Baca juga: UPDATE Covid-19 29 Agustus: Bertambah 888 Kasus Baru di Jakarta, Positivity Rate Kini 8,9 Persen
Pertama, peringatan HUT ke-75 RI yang diperingati setiap 17 Agustus. Peringatan hari kemerdekaan RI itu kebetulan jatuh pada hari Senin.
Kedua, libur Tahun Baru Hijriyah yang jatuh pada 20 Agustus serta diikuti libur cuti bersama pada 21 Agustus dan libur akhir pekan.
"Mayoritas penambahan kasus baru, ketika dilacak terjadi di tanggal penularan 16 sampai 22 Agustus. Ini saat long weekend, tingkat penularan cukup tinggi pada periode tersebut," kata Wiku seperti dilansir dari Antara.
Baca juga: Positivity Rate Indonesia 14 Persen, Melebihi Standar Aman WHO
Hal senada disampaikan oleh epidemiolog Universitas Indonesia Pandu Riono. Mobilitas tinggi masyarakat saat libur panjang disinyalir menjadi alasan masifnya pertumbuhan kasus baru.
"Sebab saat liburan panjang itu ternyata penduduk jalan-jalan. Sejak awal PSBB sudah begitu banyak (mobilitas) yang distop. Lalu saat liburan panjang orang mudik, bepergian dan sebagainya," kata Pandu saat dihubungi Kompas.com, Jumat (28/8/2020).
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.