Faktor kerentanan kota dan kabupaten
Berdasarkan literatur nasional dan internasional, kata Dewi, ada kerentanan tertentu yang menyebabkan perbedaan kondisi kasus Covid-19 di kota dengan kabupaten.
Pertama, jumlah penduduk, yang mana di perkotaan jumlah penduduknya lebih tinggi daripada wilayah kabupaten.
Dewi menyebut, 55 persen penduduk Indonesia berada di kota.
"Kedua, kepadatan penduduk jika dihitung dengan luas per kilometer persegi. Dengan jumlah penduduk banyak dan area tidak terlalu besar sehingga menyebabkan kepadatan penduduk jauh lebih tinggi di perkotaan," ucap Dewi.
Ketiga, di perkotaan lebih banyak titik-titik yang memungkinkan masyarakat berkumpul dalam jumlah yang banyak, contohnya, pusat perbelanjaan, bioskop, pusat kebugaran dan sebagainya.
"Sehingga risikonya jauh lebih kelihatan di kota. Sementara di kabupaten, jarak pusat kegiatan satu dan lainnya jauh. Rumah satu dan lainnya pun jauh," tutur Dewi.
Baca juga: ASN di Kantor Kecamatan Sukmajaya, Depok, Positif Covid-19
Keempat, dari sisi fasilitas kesehatan (faskes) di kota jauh lebih banyak dan mudah dijangkau. Sementara itu, kondisi di kabupaten sebaliknya.
"Tetapi mengapa kematian tetap lebih tinggi kota ? Karena tadi kita lihat jumlah kasus. Ketika kita lihat jumlah kasus lebih tinggi maka mau tak mau faskes pun kewalahan," ujar Dewi.
Data dunia
Selanjutnya, Dewi memaparkan data proporsi kabupaten/kota terbesar berkaitan dengan jumlah kasus aktif.
Dewi menyebut, proporsi terbesar di perkotaan yaitu sebanyak 35 dari 98 kota memiliki jumlah kasus aktif sebanyak 11 hingga 50 kasus.
"Sedangkan 134 dari 416 kabupaten memiliki jumlah kasus aktif sebanyak 1 hingga 10 kasus," kata dia.
Jika dibandingkan dengan persentase rata-rata angka kasus aktif dunia, yaitu sebesar 28,42 persen, sebanyak 52 kota dan 239 kabupaten di Indonesia berada di bawah rata-rata dunia.
Selain itu, tercatat tujuh kabupaten di Indonesia tidak memiliki kasus aktif Covid-19.