Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pemda dan Sekolah Diminta Hati-hati Putuskan Pelaksanaan Sekolah Tatap Muka

Kompas.com - 19/08/2020, 10:08 WIB
Tsarina Maharani,
Bayu Galih

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Wakil Ketua Komisi X DPR, Hetifah Sjaifudian, meminta pemerintah daerah dan sekolah memutuskan pelaksanaan sekolah tatap muka secara hati-hati di tengah pandemi Covid-19.

Ia mengatakan, izin pembukaan sekolah yang diberikan pemerintah pusat merupakan pilihan, bukan kewajiban.

"Saya berharap kebijakan masing-masing daerah dan sekolah menentukan apa yang terbaik bagi mereka, karena layer pengambilan keputusan masih banyak dan terakhir keputusan ada di orangtua," kata Hetifah saat dihubungi, Rabu (19/8/2020).

Baca juga: Kemendikbud Didesak Pertimbangkan Belajar Tatap Muka di Tengah Pandemi

Hetifah pun berharap keputusan sekolah tatap muka menjadi pilihan terakhir bagi sekolah dan orangtua jika pembelajaran jarak jauh (PJJ) benar-benar sulit dilakukan.

Menurut dia, tidak dimungkiri bahwa banyak masyarakat yang kesulitan dengan PJJ, sehingga proses belajar-mengajar tidak optimal.

"Menurut saya sendiri, sebaiknya kebijakan memasukkan anak ke sekolah diambil sebagai pilihan terakhir jika memang PJJ tidak memungkinkan dilakukan atas dasar kondisi keluarga tertentu," tuturnya.

Sejumlah catatan Komisi X, di antaranya akses internet dan gawai (gadget), kemampuan orangtua mendampingi belajar di rumah, dan kompetensi guru dalam pelaksanaan PJJ.

Kendati demikian, Hetifah menegaskan agar sekolah menerapkan protokol kesehatan yang ketat seandainya memutuskan melaksanakan belajar tatap muka.

Baca juga: Data Kemendikbud, 9 Sekolah di Jakarta Gelar KBM Tatap Muka meski Masih Zona Merah

Ia menyatakan, sekolah harus menjadi tempat yang betul-betul aman bagi anak-anak.

"Yang penting kita melakukan pemeriksaan terhadap check list yang wajib dilakukan. Sekolah harus menjadi tempat yang lebih aman dari rumah, terutama bagi sekelompok keluarga rentan," ujar Hetifah.

Sementara itu, Ketua Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Aman Pulungan mendesak Kemendikbud mempertimbangkan rencana kegiatan pembelajaran secara tatap muka di zona kuning dan hijau Covid-19.

Baca juga: Survei SMRC: 67 Persen Responden Kesulitan Sekolah Online

Ia menilai kebijakan tersebut berpotensi memperluas penyebaran virus corona, khususnya terhadap anak-anak.

"Kebijakan ini (belajar secara tatap muka) harus dipertimbangkan, sekitar pelajar di sekolah dan pesantren itu 70 juta sampai 80 juta, ini harus dilindungi," kata Aman, Senin (17/8/2020).

Selain itu, epidemiolog dari Eijkman Oxford Clinical Research Unit, Iqbal Elyazar, mempertanyakan sejauh mana kajian pemerintah sebelum memutuskan memberikan izin pelaksanaan sekolah tatap muka.

Keputusan tersebut dinilai ceroboh lantaran pemerintah tidak memikirkan berapa anak yang harus diselamatkan jika mereka terpapar Covid-19.

"Apakah tim pakar pemerintah juga pernah sampaikan secara jujur dan terbuka berapa banyak anak-anak kita yang bisa diselamatkan dan mereka enggak perlu masuk rumah sakit," kata Iqbal.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Cinta Bumi, PIS Sukses Tekan Emisi 25.445 Ton Setara CO2

Cinta Bumi, PIS Sukses Tekan Emisi 25.445 Ton Setara CO2

Nasional
Menpan-RB Anas Bertemu Wapres Ma’ruf Amin Bahas Penguatan Kelembagaan KNEKS

Menpan-RB Anas Bertemu Wapres Ma’ruf Amin Bahas Penguatan Kelembagaan KNEKS

Nasional
Banyak Caleg Muda Terpilih di DPR Terindikasi Dinasti Politik, Pengamat: Kaderisasi Partai Cuma Kamuflase

Banyak Caleg Muda Terpilih di DPR Terindikasi Dinasti Politik, Pengamat: Kaderisasi Partai Cuma Kamuflase

Nasional
PKB Sebut Pertemuan Cak Imin dan Prabowo Tak Bahas Bagi-bagi Kursi Menteri

PKB Sebut Pertemuan Cak Imin dan Prabowo Tak Bahas Bagi-bagi Kursi Menteri

Nasional
Fokus Pilkada, PKB Belum Pikirkan 'Nasib' Cak Imin ke Depan

Fokus Pilkada, PKB Belum Pikirkan "Nasib" Cak Imin ke Depan

Nasional
Kritik Dukungan Nasdem ke Prabowo, Pengamat: Kalau Setia pada Jargon “Perubahan” Harusnya Oposisi

Kritik Dukungan Nasdem ke Prabowo, Pengamat: Kalau Setia pada Jargon “Perubahan” Harusnya Oposisi

Nasional
Megawati Tekankan Syarat Kader PDI-P Maju Pilkada, Harus Disiplin, Jujur, dan Turun ke Rakyat

Megawati Tekankan Syarat Kader PDI-P Maju Pilkada, Harus Disiplin, Jujur, dan Turun ke Rakyat

Nasional
Langkah PDI-P Tak Lakukan Pertemuan Politik Usai Pemilu Dinilai Tepat

Langkah PDI-P Tak Lakukan Pertemuan Politik Usai Pemilu Dinilai Tepat

Nasional
PSI Buka Pendaftaran Bakal Calon Kepala Daerah Pilkada 2024

PSI Buka Pendaftaran Bakal Calon Kepala Daerah Pilkada 2024

Nasional
PKB: Semua Partai Terima Penetapan Prabowo-Gibran, kecuali yang Gugat ke PTUN

PKB: Semua Partai Terima Penetapan Prabowo-Gibran, kecuali yang Gugat ke PTUN

Nasional
Ukir Sejarah, Walkot Surabaya Terima Penghargaan Satyalancana Karya Bhakti Praja Nugraha

Ukir Sejarah, Walkot Surabaya Terima Penghargaan Satyalancana Karya Bhakti Praja Nugraha

BrandzView
Jokowi dan Gibran Disebut Bukan Bagian PDI-P, Kaesang: Saya Enggak Ikut Urusi Dapurnya

Jokowi dan Gibran Disebut Bukan Bagian PDI-P, Kaesang: Saya Enggak Ikut Urusi Dapurnya

Nasional
Helikopter Panther dan KRI Diponegoro Latihan Pengiriman Barang di Laut Mediterania

Helikopter Panther dan KRI Diponegoro Latihan Pengiriman Barang di Laut Mediterania

Nasional
Kaesang Sebut PSI Sudah Kantongi Bakal Calon Gubernur DKI Jakarta

Kaesang Sebut PSI Sudah Kantongi Bakal Calon Gubernur DKI Jakarta

Nasional
Hasto: Di Tengah Panah 'Money Politic' dan 'Abuse of Power', PDI-P Masih Mampu Jadi Nomor 1

Hasto: Di Tengah Panah "Money Politic" dan "Abuse of Power", PDI-P Masih Mampu Jadi Nomor 1

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com