Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
KILAS

Capai Target Bauran Energi 23 Persen, Indonesia Kerja Sama dengan Inggris Luncurkan Program Mentari

Kompas.com - 06/08/2020, 19:47 WIB
Inadha Rahma Nidya,
Mikhael Gewati

Tim Redaksi

KOMPAS.com – Pemerintah Inggris dan Indonesia dalam hal ini Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) bekerja sama dengan meluncurkan program Menuju Transisi Energi Rendah Karbon Indonesia atau disebut Mentari, Kamis (30/7/2020).

Kerja sama yang akan berjalan selama 10 tahun tersebut, merupakan salah satu upaya pemulihan aktivitas ekonomi hijau di Indonesia, serta percepatan pencapaian target bauran energi sebesar 23 persen pada 2025.

Hal tersebut sejalan dengan kesepakatan 40 pimpinan negara mengenai pemulihan green economy dengan sebutan Build Back Better, pada ajang KTT Transisi Energi IEA, Rabu (8/8/2020).

Sekretaris Jenderal Kementerian ESDM Ego Syahrial mengatakan, pemerintah memang berkomitmen mengurangi emisi sekaligus mewujudkan akses energi ke yang berkelanjutan (sustainability).

Baca juga: Kembangkan Pasar EBT, Ditjen EBTKE Godok Rancangan Perpres EBT

Ia mengatakan, pada 2030, Indonesia berkomitmen menuju energi bersih, dengan pengurangan emisi hingga 29 persen.

"Untuk mencapai hal tersebut, kami menyiapkan Peraturan Presiden tentang Feed in Tariff untuk menggenjot pemanfaatan energi baru dan terbarukan, khususnya di wilayah terdepan, terluar, dan tertinggal (3T),” kata Ego, seperti dalam keterangan tertulisnya.

Ego optimis, program Mentari mampu menciptakan pertumbuhan ekonomi yang inklusif, menekan kemiskinan, serta menstimulus perekonomian Indonesia di tengah pandemi Covid-19.

Pasalnya, pembatasan fisik untuk mengatasi penyebaran Covid-19 berdampak signifikan pada penurunan konsumsi global. Tercatat, konsumsi bahan bakar fosil lebih rendah 17,6 persen dibanding periode yang sama di tahun lalu.

Maka dari itu, menurut Ego, produksi energi selama masa pandemi harus sejalan dengan percepatan proses transisi energi bersih.

Baca juga: Kembangkan EBT Lebih Masif, Dirjen EBTKE Lakukan Restrukturisasi dan Refocusing

“Kami menyambut baik kerja sama ini, mengingat Pemerintah Inggris sudah berpengalaman mengembangkan energi terbarukan. Inggris adalah negara tersukses di dunia yang berhasil mengurangi porsi energi fosil secara drastis sejak pandemi berlangsung,” kata Ego.

Senada dengan Ego, Direktur Jenderal EBTKE diwakili Direktur Konservasi Energi Hariyanto juga mengapresiasi program Mentari. Menurutnya, Mentari sangat tepat difokuskan di Indonesia bagian Timur.

“Potensi energi terbarukan di wilayah Indonesia Timur sangat besar. Kami yakin Program Mentari ini dapat membantu pemerintah mengakselerasi target bauran energi terbarukan di Indonesia,” kata Hariyanto.

Sementara itu, Duta Besar Inggris untuk Indonesia Owen Jenkins menilai, Indonesia memiliki potensi untuk menjadi salah satu negara pengembangan EBT terbesar di dunia.

Hal tersebut karena kapasitas yang dapat dikonversi menjadi listrik mencapai 442 Giga Watt (GW), namun baru digarap sebanyak 2,4 persen atau 10 GW.

Baca juga: Pada 2025, Ditjen EBTKE Target PLTBG Capai Kapasitas 5,5 GW

“Indonesia memiliki peluang menjadi negara adidaya di sektor energi terbarukan. Apalagi kita tengah menghadapi tantangan pemulihan ekonomi global berbasis lingkungan (green economy), dan telah memasuki masa kritis dalam melawan perubahan iklim,” kata Jenkins.

Halaman:
Baca tentang


Terkini Lainnya

Golkar: 'Presidential Club' Bisa Permudah Prabowo Jalankan Pemerintahan

Golkar: "Presidential Club" Bisa Permudah Prabowo Jalankan Pemerintahan

Nasional
Jokowi Diprediksi Gandeng Prabowo Buat Tebar Pengaruh di Pilkada 2024

Jokowi Diprediksi Gandeng Prabowo Buat Tebar Pengaruh di Pilkada 2024

Nasional
Kans Parpol Pro Prabowo-Gibran Dengarkan Jokowi Tergantung Relasi

Kans Parpol Pro Prabowo-Gibran Dengarkan Jokowi Tergantung Relasi

Nasional
Demokrat Yakin Jokowi-Megawati Bisa Bersatu di 'Presidential Club'

Demokrat Yakin Jokowi-Megawati Bisa Bersatu di "Presidential Club"

Nasional
Sebut SBY Setuju Prabowo Bentuk 'Presidential Club', Demokrat: Seperti yang AS Lakukan

Sebut SBY Setuju Prabowo Bentuk "Presidential Club", Demokrat: Seperti yang AS Lakukan

Nasional
Jokowi Diperkirakan Bakal Gunakan Pengaruhnya di Pilkada Serentak 2024

Jokowi Diperkirakan Bakal Gunakan Pengaruhnya di Pilkada Serentak 2024

Nasional
Soal Kemungkinan Gabung Koalisi Prabowo, Cak Imin: Kita Lihat pada 20 Oktober

Soal Kemungkinan Gabung Koalisi Prabowo, Cak Imin: Kita Lihat pada 20 Oktober

Nasional
Kementerian PPPA Akan Dampingi Anak Korban Mutilasi di Ciamis

Kementerian PPPA Akan Dampingi Anak Korban Mutilasi di Ciamis

Nasional
'Orang Toxic Jangan Masuk Pemerintahan, Bahaya'

"Orang Toxic Jangan Masuk Pemerintahan, Bahaya"

Nasional
Prabowo Perlu Waktu untuk Bertemu, PKS Ingatkan Silaturahmi Politik Penting bagi Demokrasi

Prabowo Perlu Waktu untuk Bertemu, PKS Ingatkan Silaturahmi Politik Penting bagi Demokrasi

Nasional
Soal Tak Bawa Orang “Toxic” ke Pemerintahan, Cak Imin: Bukan Cuma Harapan Pak Luhut

Soal Tak Bawa Orang “Toxic” ke Pemerintahan, Cak Imin: Bukan Cuma Harapan Pak Luhut

Nasional
Halal Bihalal Akabri 1971-1975, Prabowo Kenang Digembleng Senior

Halal Bihalal Akabri 1971-1975, Prabowo Kenang Digembleng Senior

Nasional
Anggap “Presidential Club” Positif, Cak Imin:  Waktunya Lupakan Perbedaan dan Konflik

Anggap “Presidential Club” Positif, Cak Imin: Waktunya Lupakan Perbedaan dan Konflik

Nasional
Anggap Positif “Presidential Club” yang Ingin Dibentuk Prabowo, Cak Imin: Pemerintah Bisa Lebih Produktif

Anggap Positif “Presidential Club” yang Ingin Dibentuk Prabowo, Cak Imin: Pemerintah Bisa Lebih Produktif

Nasional
Jokowi Gowes Sepeda Kayu di CFD Jakarta, Warga Kaget dan Minta 'Selfie'

Jokowi Gowes Sepeda Kayu di CFD Jakarta, Warga Kaget dan Minta "Selfie"

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com