Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Herzaky Mahendra Putra
Pemerhati Politik

Kepala Badan Komunikasi Strategis DPP Partai Demokrat Herzaky Mahendra Putra. Mahasiswa Program Doktoral Unair

Menunggu "Reshuffle" di Tengah Pandemi

Kompas.com - 15/07/2020, 13:28 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Hal ini diamini oleh jajak pendapat Litbang Kompas. Berdasarkan jajak pendapat yang dilakukan pada 7-11 Juli 2020, sebagian besar responden (87,8 persen) menyatakan ketidakpuasan terhadap kinerja menteri, khususnya dalam menangani pandemi Covid-19.

Sebagian besar responden pun tidak puas terhadap penyediaan sarana dan prasarana kesehatan bagi tenaga medis dan masyarakat (71,1 persen) dan tidak puas terhadap bantuan sosial kepada masyarakat yang terdampak (75,1 persen).

Sebagai dampaknya, sebagian besar responden (61,4 persen) merasa pergantian menteri efektif untuk memperbaiki penanganan Covid-19. Dan, lebih banyak lagi responden yang merasa perombakan kabinet saat ini mendesak untuk dilakukan oleh Presiden Joko Widodo, yaitu sebanyak 69,6 persen.

Aspirasi publik ini sebaiknya segera ditangkap oleh Presiden Joko Widodo. Sebelum rasa frustrasi publik semakin menyebar.

Reshuffle

Keputusan untuk melakukan reshuffle memang hak prerogatif Presiden. Akan tetapi, tak ada salahnya Presiden memperhatikan dan mendengarkan aspirasi publik.

Situasi seperti ini membutuhkan keputusan cepat dan tepat. Sudah terlalu banyak korban jiwa dan korban phk yang menderita karena pandemi ini. Perlu keputusan drastis dan berani dalam memperbaiki situasi ini.

Jika memilih untuk reshuffle, ada beberapa catatan yang perlu dicermati Presiden Joko Widodo. Pertama, mesti berhati-hati dalam menentukan pos menteri yang dirombak.

Harapannya tentu pos-pos terkait yang memang sangat relevan dalam penanganan Covid-19 dan terbukti kinerjanya di bawah ekspektasi.

Jangan sampai ada penumpang gelap dalam reshuffle, yang malah menambah beban Presiden dan kontraproduktif dengan rencana perbaikan yang diharapkan publik.

Kedua, perlu ketepatan dalam memilih menteri pengganti. Harus sosok yang giat, gesit, dan cepat beradaptasi dalam situasi dan kondisi baru dan tidak terduga, apalagi dalam masa krisis seperti ini.

Sosok yang dipilih juga sebaiknya figur yang bisa memecah kebuntuan. Berani mengambil langkah-langkah terobosan. Bukan tokoh yang berpikir business as usual.

Satu kutipan yang sangat terkenal, yang sering kali dilekatkan pada sosok Albert Einstein, kegilaan itu adalah melakukan hal yang sama berulang-ulang, tetapi mengharapkan hasil yang berbeda.

Harapannya adalah Presiden memiliki sosok menteri baru yang benar-benar bisa menghasilkan perbaikan kinerja pasca-reshuffle. Sosok lamban, tidak kooperatif, dan sulit diterima publik, tentunya tidak perlu menjadi opsi.

Ketiga, pandemi Covid-19 ini merupakan masalah besar dan luar biasa bangsa ini. Karena itu, Presiden perlu menyatukan gerak langkah seluruh elemen bangsa dalam satu kesatuan. Bukan bergerak sendiri-sendiri, secara terpisah, dan tanpa komando.

Sangat tidak tepat jika mengharapkan masyarakat untuk bertindak sendiri-sendiri, tanpa kepemimpinan yang solid dari pemerintah. Ingat, bersatu kita teguh, bercerai kita runtuh.

Kini bukan saatnya lagi berbicara elemen pendukung dan bukan pendukung di masa lalu. Saatnya ego pribadi disimpan rapat-rapat, dan fokus pada solusi untuk mengatasi masalah bangsa bersama-sama.

Karena itu, jika memang dirasa perlu, Presiden tidak perlu alergi mengajak elemen-elemen yang selama ini belum tergabung dalam kabinet.

Perubahan dalam komposisi anggota kabinet bukan berarti Presiden telah mengambil langkah salah saat memilih para menteri di awal pemerintahannya.

Hanya, situasi krisis membutuhkan tipikal kepemimpinan yang berbeda. Mungkin saja sosok-sosok yang dibutuhkan, berada jauh dari lingkar kekuasaan.

Seperti kata Ben S Bernanke, mantan gubernur Bank Sentral Amerika Serikat yang sangat sukses dalam mengatasi krisis ekonomi 2008-2009, dalam buku The Courage to Act, selama krisis orang dibedakan oleh siapa yang bertindak dan yang takut untuk bertindak.

Semoga para pemimpin kita diberi keberanian untuk bertindak tepat dan cepat.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

PKS: Pak Anies Sudah Jadi Tokoh Nasional, Kasih Kesempatan Beliau Mengantarkan Kader Kami Jadi Gubernur DKI

PKS: Pak Anies Sudah Jadi Tokoh Nasional, Kasih Kesempatan Beliau Mengantarkan Kader Kami Jadi Gubernur DKI

Nasional
Soal Bertemu Prabowo, Sekjen PKS: Tunggu Saja, Nanti juga Kebagian

Soal Bertemu Prabowo, Sekjen PKS: Tunggu Saja, Nanti juga Kebagian

Nasional
Prabowo Absen dalam Acara Halalbihalal PKS

Prabowo Absen dalam Acara Halalbihalal PKS

Nasional
Projo: Jokowi Dukung Prabowo karena Ingin Penuhi Perjanjian Batu Tulis yang Tak Dibayar Megawati

Projo: Jokowi Dukung Prabowo karena Ingin Penuhi Perjanjian Batu Tulis yang Tak Dibayar Megawati

Nasional
Langkah Mahfud Membersamai Masyarakat Sipil

Langkah Mahfud Membersamai Masyarakat Sipil

Nasional
5 Smelter Terkait Kasus Korupsi Timah yang Disita Kejagung Akan Tetap Beroperasi

5 Smelter Terkait Kasus Korupsi Timah yang Disita Kejagung Akan Tetap Beroperasi

Nasional
Deretan Mobil Mewah yang Disita dalam Kasus Korupsi Timah, 7 di Antaranya Milik Harvey Moeis

Deretan Mobil Mewah yang Disita dalam Kasus Korupsi Timah, 7 di Antaranya Milik Harvey Moeis

Nasional
[POPULER NASIONAL] PKS Sebut Surya Paloh Main Cantik di Politik | Ganjar-Mahfud Dapat Tugas Baru dari Megawati

[POPULER NASIONAL] PKS Sebut Surya Paloh Main Cantik di Politik | Ganjar-Mahfud Dapat Tugas Baru dari Megawati

Nasional
Tanggal 29 April 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 29 April 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Kejagung: Kadis ESDM Babel Terbitkan RKAB yang Legalkan Penambangan Timah Ilegal

Kejagung: Kadis ESDM Babel Terbitkan RKAB yang Legalkan Penambangan Timah Ilegal

Nasional
Kejagung Tetapkan Kadis ESDM Babel dan 4 Orang Lainnya Tersangka Korupsi Timah

Kejagung Tetapkan Kadis ESDM Babel dan 4 Orang Lainnya Tersangka Korupsi Timah

Nasional
Masuk Bursa Gubernur DKI, Risma Mengaku Takut dan Tak Punya Uang

Masuk Bursa Gubernur DKI, Risma Mengaku Takut dan Tak Punya Uang

Nasional
Sambut PKB dalam Barisan Pendukung Prabowo-Gibran, PAN: Itu CLBK

Sambut PKB dalam Barisan Pendukung Prabowo-Gibran, PAN: Itu CLBK

Nasional
Dewas KPK Minta Keterangan SYL dalam Dugaan Pelanggaran Etik Nurul Ghufron

Dewas KPK Minta Keterangan SYL dalam Dugaan Pelanggaran Etik Nurul Ghufron

Nasional
Soal Jatah Menteri PSI, Sekjen: Kami Tahu Ukuran Baju, Tahu Kapasitas

Soal Jatah Menteri PSI, Sekjen: Kami Tahu Ukuran Baju, Tahu Kapasitas

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com