Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Herzaky Mahendra Putra
Pemerhati Politik

Kepala Badan Komunikasi Strategis DPP Partai Demokrat Herzaky Mahendra Putra. Mahasiswa Program Doktoral Unair

Menunggu "Reshuffle" di Tengah Pandemi

Kompas.com - 15/07/2020, 13:28 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Oleh: Herzaky Mahendra Putra

BERAGAM respons publik muncul ketika video Presiden Joko Widodo marah-marah kepada anggota kabinet dalam Sidang Kabinet Paripurna dirilis ke publik di akhir Juni lalu.

Ada yang mengapresiasi, ada pula yang mengkritik. Dari yang salut dengan keterbukaan informasinya, hingga yang menyoroti dan menganalisis ekspresi Presiden dalam rapat itu. Karena memang, memahami pesan dalam politik bukan semata membaca pesan tersurat, melainkan juga pesan yang tersirat.

Pemilihan kata (diksi), intonasi, penekanan pada kata-kata tertentu (pengucapan berulang-ulang), gerak tubuh, ekspresi wajah, bahkan momen penyampaian pesan, dan pemilihan waktu penyebaran pesan ke publik, merupakan sederet hal yang harus dipelajari secara bersamaan untuk dapat menangkap pesan secara utuh (Dan Nimmo, 1989).

Yang menarik, perbincangan di ruang publik, baik yang terekam di berbagai media massa online maupun di media sosial, lebih dominan membahas mengenai reshuffle kabinet, salah satu konten isi pidato "marah-marah" Presiden Joko Widodo.

Padahal, reshuffle kabinet merupakan isu politik, sedangkan di tengah situasi pandemi Covid-19 ini, publik biasanya cenderung enggan, kalau tidak dibilang alergi, untuk membahasnya.

Tokoh publik pun jika mengangkat isu ini, bisa kena imbas negatif karena dianggap kurang sensitif di tengah situasi sulit masyarakat.

Lalu, mengapa isu reshuffle kabinet ini kemudian mendapat liputan luas di media massa dan menjadi salah satu topik bahasan dominan di ruang publik dalam seminggu terakhir?

Situasi berat

Indonesia saat ini sedang dilanda situasi terbilang berat yang merupakan kombinasi dari tiga hal. Pertama, deraan pandemi Covid-19 yang tidak kunjung mereda.

Kedua, kondisi ekonomi yang semakin berat sejak Covid-19 melanda, bahkan diprediksi bakal menuju resesi.

Ketiga, respons anggota kabinet terkait yang dianggap Presiden Joko Widodo tidak memiliki sense of crisis dan bekerja ala kadarnya. Presiden menyebut, tidak ada perkembangan signifikan terkait kinerja para menteri dan pimpinan lembaga.

Ketika video Presiden Joko Widodo dirilis pada akhir Juni 2020, Indonesia memang sedang memasuki episode baru dalam menghadapi pandemi Covid-19. Ada lonjakan kasus Covid-19 secara signifikan pada Juni 2020.

Memasuki Juni, sejak kasus pertama diumumkan pemerintah di awal Maret 2020, menurut laman web www.worldometers.info, jumlah kasus Covid-19 Indonesia baru menyentuh angka 26.940.

Adapun di pengujung Juni 2020, jumlah kasus meningkat hingga dua kali lipat menjadi 56.385 kasus.

Peningkatan kasus terkonfirmasi positif Covid-19 per hari di Indonesia pun tidak kalah drastis.

Sejak menyentuh angka seribu per hari, tepatnya 1.043 orang pada 9 Juni 2020, menurut situs web www.covid19.go.id, penderita baru positif Covid-19 sampai dengan akhir Juni hampir selalu di atas angka seribu. Hanya empat hari di bawah seribu. Bulan Juni 2020 pun ditutup dengan penambahan kasus positif harian sebesar 1.293 orang.

Penyebaran wabah virus corona ini pun menggerogoti ekonomi Indonesia. Pandemi ini berdampak pada pertumbuhan ekonomi domestik triwulan I 2020 terperosok dalam ke level 2,97 persen.

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pertumbuhan ekonomi kuartal I 2020 ini merupakan yang terendah sejak 2001. Dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 5,02 persen secara tahunan sepanjang 2019, ada penurunan secara dalam sejak memasuki tahun ini.

Memasuki kuartal II 2020, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati memprediksi ekonomi Indonesia akan mengalami kontraksi alias menurun menjadi negatif 3,8 persen.

Kemenkeu memproyeksi konsumsi rumah tangga menjadi sebesar 0 persen di kuartal II 2020. Angka ini jauh melambat dibandingkan kuartal sebelumnya yang sebesar 2,84 persen maupun periode yang sama di 2019 sebesar 5,02 persen.

Kinerja perekonomian yang negatif dapat juga terlihat dari realisasi kinerja ekspor dan impor yang menurun tajam.

Untuk impor bahan baku, misalnya, merosot 43,03 persen. Begitu juga impor barang modal turun 40 persen.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Ganjar Tak Persoalkan Kehadiran Mardiono di Acara Halal Bihalal Golkar

Ganjar Tak Persoalkan Kehadiran Mardiono di Acara Halal Bihalal Golkar

Nasional
KPK Akan Ladeni Argumen Eks Karutan yang Singgung Kemenangan Praperadilan Eddy Hiariej

KPK Akan Ladeni Argumen Eks Karutan yang Singgung Kemenangan Praperadilan Eddy Hiariej

Nasional
Menlu Retno Beri Penjelasan soal Tekanan agar Indonesia Normalisasi Hubungan dengan Israel

Menlu Retno Beri Penjelasan soal Tekanan agar Indonesia Normalisasi Hubungan dengan Israel

Nasional
'One Way', 'Contraflow', dan Ganjil Genap di Tol Trans Jawa Sudah Ditiadakan

"One Way", "Contraflow", dan Ganjil Genap di Tol Trans Jawa Sudah Ditiadakan

Nasional
Kakorlantas Minta Maaf jika Ada Antrean dan Keterlambatan Selama Arus Mudik dan Balik Lebaran 2024

Kakorlantas Minta Maaf jika Ada Antrean dan Keterlambatan Selama Arus Mudik dan Balik Lebaran 2024

Nasional
KPK Sebut Tak Wajar Lonjakan Nilai LHKPN Bupati Manggarai Jadi Rp 29 Miliar dalam Setahun

KPK Sebut Tak Wajar Lonjakan Nilai LHKPN Bupati Manggarai Jadi Rp 29 Miliar dalam Setahun

Nasional
Serahkan Kesimpulan ke MK, KPU Bawa Bukti Tambahan Formulir Kejadian Khusus Se-Indonesia

Serahkan Kesimpulan ke MK, KPU Bawa Bukti Tambahan Formulir Kejadian Khusus Se-Indonesia

Nasional
Tim Hukum Anies-Muhaimin Serahkan 35 Bukti Tambahan ke MK

Tim Hukum Anies-Muhaimin Serahkan 35 Bukti Tambahan ke MK

Nasional
PPP Siap Gabung, Demokrat Serahkan Keputusan ke Prabowo

PPP Siap Gabung, Demokrat Serahkan Keputusan ke Prabowo

Nasional
PDI-P Jaring Nama Potensial untuk Pilkada DKI 2024, yang Berminat Boleh Daftar

PDI-P Jaring Nama Potensial untuk Pilkada DKI 2024, yang Berminat Boleh Daftar

Nasional
Hasto Sebut 'Amicus Curiae' Megawati Bukan untuk Intervensi MK

Hasto Sebut "Amicus Curiae" Megawati Bukan untuk Intervensi MK

Nasional
Iran Serang Israel, Jokowi Minta Menlu Retno Upayakan Diplomasi Tekan Eskalasi Konflik Timur Tengah

Iran Serang Israel, Jokowi Minta Menlu Retno Upayakan Diplomasi Tekan Eskalasi Konflik Timur Tengah

Nasional
Nilai Tukar Rupiah Terus Melemah, Gubernur BI Pastikan Akan Ada Intervensi

Nilai Tukar Rupiah Terus Melemah, Gubernur BI Pastikan Akan Ada Intervensi

Nasional
PDI-P Dukung PPP Lakukan Komunikasi Politik supaya 'Survive'

PDI-P Dukung PPP Lakukan Komunikasi Politik supaya "Survive"

Nasional
PPP Siap Gabung Pemerintahan Prabowo-Gibran, PAN: Jangan Cuma Bicara, tapi Akui Kemenangan 02

PPP Siap Gabung Pemerintahan Prabowo-Gibran, PAN: Jangan Cuma Bicara, tapi Akui Kemenangan 02

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com