Sedangkan gejala Covid-19 antara lain gejala akut kurang dari 14 hari disertai demam lebih dari 38 derajat celcius dengan batuk kering, sesak napas muncul segera setelah nyeri sendi, pilek, nyeri kepala, gangguan penciuman atau pengecapan.
Proses diagnosis TBC dan Covis-19 juga memiliki kesamaan dengan menggunakan metode Tes Cepat Molekuler (TCM) dan Polymerase Chain Reaction(PCR).
Namun perbedaannya ada pada pengambilan sampelnya.
Untuk diagnosis Covis-19 harus melalui swab, sedangkan TBC cukup dengan dahak saja.
Selain itu, perbedaan besar antara Covid-19 dengan TBC adalah belum ada obat yang dapat menyembuhkan Covid-19.
Baca juga: Penyakit TBC, Begini Diagnosis hingga Lama Pengobatannya
Sedangan TBC sudah ditemukan obatnya dan dapat diakses secara gratis.
"Covid-19 belum punya obat, sedangkan TBC sudah ada obatnya, dengan catatan harus dikonsumsi dengan baik dan patuh," paparnya.
Meski demikian, masih banyak masyarakat yang menyepelekan penyakit TBC karena dianggap merupakan penyakit lama sehingga kurang memperhatikan kedisiplinan pada proses penyembuhan melalui konsumi obat yang telah tersedia.
Akibatnya, para penderita TB menjadi resisten atau obatnya sudah tidak mempan lagi dengan penyakit TBC tersebut.
"Ketika sudah mengkonsumsi, lalu stop, lalu nanti minum lagi. Jadi sembuhnya tidak betul-betul sembuh sempurna. Padahal obat TBC harus dikonsumsi dalam waktu yang cukup panjang yaitu enam bulan," tambah Wiendra.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.