Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ada Warganya yang Menolak Rapid Test, Wagub Banten Sebut Disebabkan Faktor Psikologis

Kompas.com - 19/06/2020, 18:39 WIB
Devina Halim,
Diamanty Meiliana

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Wakil Gubernur Banten Andika Hazrumy menuturkan, faktor psikologis menjadi penyebab warganya menolak untuk mengikuti rapid test dan bukan disebabkan ketidaktahuan mengenai tes tersebut.

Menurutnya, penolakan memang sempat muncul dari sekelompok masyarakat tertentu.

“Jadi mereka mengkhawatirkan apabila positif, ada sesuatu yang memang dalam kaitan beban psikis mereka harus hadapi,” kata Andika melalui video telekonferensi dari Kantor Graha BNPB, Jumat (19/6/2020).

“Seperti mereka harus terpisah dari keluarga, dikarantina, dan lain-lain,” sambung dia.

Baca juga: Duduk Perkara Warga Dua Kampung di Banten Mengungsi karena Takut Rapid Test

Salah satu contohnya, penolakan oleh ratusan warga di Kampung Masigit, Kelurahan Mesjid Priyayi, Kecamatan Kasemen, Kota Serang, Banten, Senin (15/6/2020). Warga tersebut bahkan memilih mengungsi.

Dilansir dari Tribunnews, peristiwa itu disebabkan kurangnya sosialisasi terkait rapid test dari pihak terkait.

Andika mengungkapkan, pemerintah setempat sudah menyiapkan sekitar 120.000 alat rapid test atau satu persen dari total populasi warga Banten sebanyak 12 juta orang.

Setelah kejadian penolakan muncul, pihaknya mengaku turun ke lapangan maupun menggandeng pihak rumah sakit untuk memberikan informasi terkait tes cepat itu.

“Setelah masyarakat menolak, kita langsung secara personal turun untuk memberikan pengertian, alhamdullilah kita terus berjalan,” ujar dia.

Baca juga: Takut Rapid Test, Warga Sekampung di Serang Banten Pilih Mengungsi

Diketahui, rapid test corona hanya bisa digunakan sebagai skrining atau penyaringan awal. Tes ini dilakukan dengan menggunakan sampel darah.

Rapid test bekerja memeriksa virus dengan menggunakan antibodi yang terbentuk ketika tubuh mengalami infeksi virus.

Apabila hasilnya negatif, orang tersebut akan mengikuti tes kembali sekitar 10 hari kemudian. Apabila hasilnya reaktif, diagnosis tersebut bukan menggambarkan infeksi Covid-19.

Maka dari itu, orang dengan hasil rapid test reaktif harus menjalani tes swab yang akan diperiksa dengan metode PCR (Polymerase Chain Reaction) guna memastikan apakah orang itu terinfeksi Covid-19 atau tidak.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

AHY Ungkap Koalisi Prabowo Sudah Bahas Pembagian Jatah Menteri

AHY Ungkap Koalisi Prabowo Sudah Bahas Pembagian Jatah Menteri

Nasional
Jokowi Minta Relokasi Ribuan Pengungsi Terdampak Erupsi Gunung Ruang Dipercepat

Jokowi Minta Relokasi Ribuan Pengungsi Terdampak Erupsi Gunung Ruang Dipercepat

Nasional
Caleg Tidak Siap Ikuti Sidang Daring, Hakim MK: Suara Putus-putus, Jadi Lapar...

Caleg Tidak Siap Ikuti Sidang Daring, Hakim MK: Suara Putus-putus, Jadi Lapar...

Nasional
Anies-Muhaimin Kunjungi Aceh Usai Pilpres, Ingin Ucapkan Terima Kasih ke Warga

Anies-Muhaimin Kunjungi Aceh Usai Pilpres, Ingin Ucapkan Terima Kasih ke Warga

Nasional
Bareskrim Polri Yakin Penetapan Panji Gumilang sebagai Tersangka TPPU Sah Menurut Hukum

Bareskrim Polri Yakin Penetapan Panji Gumilang sebagai Tersangka TPPU Sah Menurut Hukum

Nasional
Polisi Lengkapi Kekurangan Berkas Perkara TPPU Panji Gumilang

Polisi Lengkapi Kekurangan Berkas Perkara TPPU Panji Gumilang

Nasional
Jokowi Kumpulkan Menteri Bahas Pengungsi Terdampak Erupsi Gunung Ruang

Jokowi Kumpulkan Menteri Bahas Pengungsi Terdampak Erupsi Gunung Ruang

Nasional
Bersama TNI AL, Polisi, dan Basarnas, Bea Cukai Bantu Evakuasi Korban Erupsi Gunung Ruang

Bersama TNI AL, Polisi, dan Basarnas, Bea Cukai Bantu Evakuasi Korban Erupsi Gunung Ruang

Nasional
Prabowo Ingin Berkumpul Rutin Bersama Para Mantan Presiden, Bahas Masalah Bangsa

Prabowo Ingin Berkumpul Rutin Bersama Para Mantan Presiden, Bahas Masalah Bangsa

Nasional
Hanura Sebut Suaranya di Manokwari Dipindah ke PSI, Berdampak ke Perolehan Kursi DPRD

Hanura Sebut Suaranya di Manokwari Dipindah ke PSI, Berdampak ke Perolehan Kursi DPRD

Nasional
Gugat Hasil Pileg, Pengacara Gerindra Malah Keliru Minta MK Batalkan Permohonan

Gugat Hasil Pileg, Pengacara Gerindra Malah Keliru Minta MK Batalkan Permohonan

Nasional
Resmikan Warung NKRI Digital, BNPT Ingatkan Semua Pihak Ciptakan Kemandirian Mitra Deradikalisasi

Resmikan Warung NKRI Digital, BNPT Ingatkan Semua Pihak Ciptakan Kemandirian Mitra Deradikalisasi

Nasional
Klaim Ada Perpindahan Suara ke PKB, PKN, dan Garuda, PPP Minta PSU di Papua Pegunungan

Klaim Ada Perpindahan Suara ke PKB, PKN, dan Garuda, PPP Minta PSU di Papua Pegunungan

Nasional
Berkaca Kasus Brigadir RAT, Kompolnas Minta Polri Evaluasi Penugasan Tak Sesuai Prosedur

Berkaca Kasus Brigadir RAT, Kompolnas Minta Polri Evaluasi Penugasan Tak Sesuai Prosedur

Nasional
Hakim MK Singgung Timnas di Sidang Pileg: Kalau Semangat kayak Gini, Kita Enggak Kalah 2-1

Hakim MK Singgung Timnas di Sidang Pileg: Kalau Semangat kayak Gini, Kita Enggak Kalah 2-1

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com