Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Al Makin
Guru Besar UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta

Prof. Dr. phil. Al Makin, S.Ag. MA, kelahiran Bojonegoro Jawa Timur 1972 adalah Profesor UIN Sunan Kalijaga. Penulis dikenal sebagai ilmuwan serta pakar di bidang filsafat, sejarah Islam awal, sosiologi masyarakat Muslim, keragaman, multikulturalisme, studi minoritas, agama-agama asli Indonesia, dialog antar iman, dan studi Gerakan Keagamaan Baru. Saat ini tercatat sebagai Ketua Editor Jurnal Internasional Al-Jami’ah, salah satu pendiri portal jurnal Kementrian Agama Moraref, dan ketua LP2M (Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat) UIN Sunan Kalijaga periode 2016-2020. Makin juga tercatat sebagai anggota ALMI (Asosiasi Ilmuwan Muda Indonesia) sejak 2017. Selengkapnya di https://id.m.wikipedia.org/wiki/Al_Makin.

Lilin Jangan sampai Padam, Semangat Menjaga Api Indonesia

Kompas.com - 19/05/2020, 07:00 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Sang putri menari dalam pencarian, sementara kita diam di rumah untuk bertahan. Sang putri menjaga lilin, kita pun juga menjaga cahaya semangat dan mental dalam suasana sepi di rumah.

Salah satu rahasia tarian lilin memang terletak pada nyala api kecil di lilin itu. Dalam beberapa pentas tarian yang sempat saya saksikan, ada beberapa penari yang tidak bisa menjaga agar api tetap menyala.

Para penari asyik bergerak mengikuti irama musik dan menjaga kekompkan, api pun mati tak terasa. Tantangan para penari adalah tetap menari dengan berbagai liukan, tetapi lilinya tidak padam. Sulit bukan?

Tampaknya daya juang kita kita juga begitu selama masa wabah ini. Tantangannya, bagaimana cara mengatur mental kita agar seiring dengan kebutuhan tubuh dan mental.

Kita batasi kerumunan, namun kita tetap berkomunikasi. Bergaul tanpa fisik. Lilin semoga tetap menyala.

Baca juga: Program Pengujian Virus Corona yang Didanai Bill Gates Dihentikan, Ini Alasannya

Tarian lilin dipentaskan secara berkelompok. Gerakan kompak dan selaras menjadi kunci kesuksesannya.

Kita pun juga berkelompok, dalam masyarakat di rumah, di kantor, dan dalam kelompok besar sebuah bangsa dan negara. Kita sedang menari lilin secara nasional dengan panggung lebih besar dari sekedar pertunjukan.

Kita juga berjuang agar tangan, kaki, dan badan tetap selaras dan kompak dengan dalam bidang ekonomi, sosial, dan agama. Selama ini, jika kita instrospeksi diri lilin sering hampir padam.

Sebagaimana sebagain penari yang lupa esensi liukan, hanya asyik mengikuti musik yang indah dan pakem, lilin tertiup angin.

Apakah kita sukses menari pementasan tarian lilin Minangkabau dalam kehidupan bangsa? Bisa iya dan bisa tidak.

Kalau dilihat dari statistik Asia Tenggara, ternyata korban Covid-19 di Indonesia menempati urutan teratas. Bisa saja dibuat pledoi untuk menghibur diri.

Misalnya, wajar saja, tidak lah mudah mengatur penduduk dengan jumlah terbanyak, lebih rumit daripada menjaga penduduk dengan jumlah sedikit dan homogen.

Wilayah yang luas juga tidak mudah dikendalikan. Indonesia memang sebanding dengan Filipina, tidak dengan Singapura, Malaysia, atau Vietnam dari segi kemajemukan budaya dan penduduk.

Angka kematian seribu (ketika tulisan ini dibuat), dibandingkan angka kematian seluruh dunia dua ratus delapan puluh ribu, bukanlah angka yang sangat mengancam.

Namun, kematian bukan soal statistik. Kematian adalah hilangnya nyawa manusia, bukan sekadar naik atau turunnya grafik.

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com