Sang putri menari dalam pencarian, sementara kita diam di rumah untuk bertahan. Sang putri menjaga lilin, kita pun juga menjaga cahaya semangat dan mental dalam suasana sepi di rumah.
Salah satu rahasia tarian lilin memang terletak pada nyala api kecil di lilin itu. Dalam beberapa pentas tarian yang sempat saya saksikan, ada beberapa penari yang tidak bisa menjaga agar api tetap menyala.
Para penari asyik bergerak mengikuti irama musik dan menjaga kekompkan, api pun mati tak terasa. Tantangan para penari adalah tetap menari dengan berbagai liukan, tetapi lilinya tidak padam. Sulit bukan?
Tampaknya daya juang kita kita juga begitu selama masa wabah ini. Tantangannya, bagaimana cara mengatur mental kita agar seiring dengan kebutuhan tubuh dan mental.
Kita batasi kerumunan, namun kita tetap berkomunikasi. Bergaul tanpa fisik. Lilin semoga tetap menyala.
Baca juga: Program Pengujian Virus Corona yang Didanai Bill Gates Dihentikan, Ini Alasannya
Tarian lilin dipentaskan secara berkelompok. Gerakan kompak dan selaras menjadi kunci kesuksesannya.
Kita pun juga berkelompok, dalam masyarakat di rumah, di kantor, dan dalam kelompok besar sebuah bangsa dan negara. Kita sedang menari lilin secara nasional dengan panggung lebih besar dari sekedar pertunjukan.
Kita juga berjuang agar tangan, kaki, dan badan tetap selaras dan kompak dengan dalam bidang ekonomi, sosial, dan agama. Selama ini, jika kita instrospeksi diri lilin sering hampir padam.
Sebagaimana sebagain penari yang lupa esensi liukan, hanya asyik mengikuti musik yang indah dan pakem, lilin tertiup angin.
Apakah kita sukses menari pementasan tarian lilin Minangkabau dalam kehidupan bangsa? Bisa iya dan bisa tidak.
Kalau dilihat dari statistik Asia Tenggara, ternyata korban Covid-19 di Indonesia menempati urutan teratas. Bisa saja dibuat pledoi untuk menghibur diri.
Misalnya, wajar saja, tidak lah mudah mengatur penduduk dengan jumlah terbanyak, lebih rumit daripada menjaga penduduk dengan jumlah sedikit dan homogen.
Wilayah yang luas juga tidak mudah dikendalikan. Indonesia memang sebanding dengan Filipina, tidak dengan Singapura, Malaysia, atau Vietnam dari segi kemajemukan budaya dan penduduk.
Angka kematian seribu (ketika tulisan ini dibuat), dibandingkan angka kematian seluruh dunia dua ratus delapan puluh ribu, bukanlah angka yang sangat mengancam.
Namun, kematian bukan soal statistik. Kematian adalah hilangnya nyawa manusia, bukan sekadar naik atau turunnya grafik.