KOMPAS.com - Menjelang perayaan Tahun Baru Imlek, sejumlah ornamen bernuansa Tionghoa mulai terlihat terpajang di sejumlah kota di Indonesia.
Kelenteng mulai berhias. Lampion-lampion yang sebagian besar berwarna merah juga terlihat menggantung menghiasi kota, seperti Jakarta, Medan, Solo, dan Surabaya.
Imlek atau perayaan tahun baru berdasarkan penanggalan yang berpijak pada pergerakan bulan memang lekat dengan bangsa Tionghoa. Tradisi ini dipegang keturunan Tionghoa di berbagai negara, termasuk Indonesia.
Bangsa China memang memiliki peran besar dalam peradaban dunia, terutama daya jelajah masyarakatnya ke pelosok dunia.
Baca juga: Peran Gus Dur di Balik Kemeriahan Imlek...
Hasil penelitian juga memperlihatkan bahwa historiografi atau penulisan sejarah Indonesia tidak lepas dari peran bangsa China di Indonesia.
Aktivitas kerajaan di Nusantara misalnya, yang sudah terekam dalam jurnal atau catatan penjelajah China sejak abad ke-4 hingga abad ke-7.
Dengan demikian, tidak heran jika kemudian aktivitas masyarakat Tionghoa di Nusantara juga berkembang.
Hingga kemudian, masyarakat Tionghoa juga berkontribusi dan memiliki peran besar dalam perjalanan sejarah Indonesia.
Baca juga: Memahami Tradisi dan Kepercayaan Terkait Perayaan Imlek...
Hingga saat ini masih sulit untuk memastikan secara pasti mengenai keberadaan bangsa China di Indonesia. Dugaan awal masuknya bangsa China di Nusantara diketahui berkat penemuan benda arkeologi.
Dilansir dari buku Tionghoa dalam Pusaran Politik yang ditulis sejarawan Benny G Setiono, penemuan benda kuno yang memperlihatkan awal masuknya bangsa China antara lain tembikar di Jawa Barat, Lampung, dan Kalimantan Barat; juga kapak batu dari zaman Neolitikum.
Artefak itu memperlihatkan kesamaan dengan yang ditemukan di China pada periode yang sama.Baca juga: Cerita Orang Indonesia yang Merayakan Imlek di Swiss...