Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Wiranto Ditusuk, Polisi Bakal Evaluasi Pengamanan Pejabat Publik

Kompas.com - 11/10/2019, 20:21 WIB
Deti Mega Purnamasari,
Diamanty Meiliana

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Kepolisian akan melakukan evaluasi standar operasional prosedur (SOP) terhadap pengamanan para pejabat publik.

Hal tersebut akan dilakukan pasca peristiwa yang dialami Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan (Menkopolhukam) Wiranto yang ditusuk orang tak dikenal di Pandeglang, pada Kamis (10/10/2019).

"SOP pengamanan akan evaluasi komprehensif, karena tidak mungkin membatasi pejabat publik ketika akan berinteraksi dengan masyarakat. Selama ini tegur sapa, salaman, foto selfie dan lainnya. Itu akan evaluasi," kata Kepala Biro Penerangan Masyarakat Divisi Humas Polri Brigjen (Pol) Dedi Prasetyo dalam konferensi pers di Mabes Polri, Jumat (11/10/2019).

Baca juga: Jenguk Wiranto, Prabowo: Beliau Senior Saya

Namun, untuk dapat mengevaluasi SOP tersebut, kata dia, pihaknya harus mengkomunikasikannya terlebih dahulu dengan lembaga lainnya.

Pasalnya, persoalan pengamanan ini tidak hanya ditangani polisi, tetapi juga oleh TNI dan pihak pengamanan dalam (pamdal) dari instansi pejabat yang bersangkutan.

"SOP-SOP tertentu, ketika akan interaksi  dengan publik harus ada peningkatan kewaspadaan. Cuma untuk batasi interaksi  dengan publik cukup sulit karena mereka juga ingin dekat dengan rakyatnya," kata dia.

Baca juga: Polisi Tegaskan Pelaku Penusukan Wiranto Hanya Simpatisan JAD

Adapun untuk SOP pengamanan para pejabat saat ini, kata dia, sudah berjalan. Mulai dari adanya pengawal pribadi (walpri), ajudan, pengawal kendaraan roda 2 dan roda 4, serta pengamanan melekat yang dilakukan internal polisi dan TNI setempat.

Namun, di tempat kejadian perkara (TKP) ditusuknya Wiranto, saat helikopter akan mendarat, terdapat 2 regu polsek untuk mengamankan dan 1 tim polda.

"Kemudian ada dari koramil dan TNI AU yang pengamanan terhadap pesawat dan tempat yang boleh dikatakan, heli terbang atau mendarat membahayakan masyarakat," kata dia.

Baca juga: Stres hingga Tusuk Wiranto, Pelaku SA Malah Berharap Ditangkap Polisi

Diketahui, Menko Polhukam Wiranto diserang setelah meresmikan Gedung Kuliah Bersama di Universitas Mathla'ul Anwar pada Kamis (10/10/2019).

Dia hendak pulang ke Jakarta. Namun, rombongan Wiranto sempat berhenti di sekitar Alun-alun Menes, Pandeglang. Dia disambut Kapolsek setempat.

Saat keluar dari mobil, Wiranto kemudian diserang oleh orang tidak dikenal. Secara tiba-tiba, dia ditusuk.

Beberapa saat setelah ditusuk, Wiranto jatuh, nyaris tersungkur. Dia terlihat memegang perut bagian bawah.

Kompas TV Di Brebes, Jawa Tengah polisi sempat memeriksa orang tua Fitri Andriana perempuan terduga penyerang Menkopolhukam Wiranto. Rumahnya sempat dipasang garis polisi tetapi sekarang sudah dilepas. Kerabat Fitri membenarkan polisi menggeledah rumah itu dan mendapati busur dan beberapa anak panah serta menyita sejumlah buku. Polisi memastikan penyerang Menkopolhukam adalah jaringan kelompok teroris JAD. Lantas bagaimana mengidentifikasi jaringan ini mengingat pelaku saat itu sangat dekat dengan Menkopolhukam. Kita bincangkan dengan peneliti terorisme dan intelijen Universitas Indonesia Ridlwan Habib. #WirantoDiserang #RidlwanHabib #TerorisJAD
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Kuota Haji Terpenuhi, Kemenag Minta Masyarakat Tak Tertipu Tawaran Visa Non-haji

Kuota Haji Terpenuhi, Kemenag Minta Masyarakat Tak Tertipu Tawaran Visa Non-haji

Nasional
Sengketa Pileg, Hakim MK Sindir MU Kalah Telak dari Crystal Palace

Sengketa Pileg, Hakim MK Sindir MU Kalah Telak dari Crystal Palace

Nasional
Wakil Ketua MK Sindir Nasdem-PAN Berselisih di Pilpres, Rebutan Kursi di Pileg

Wakil Ketua MK Sindir Nasdem-PAN Berselisih di Pilpres, Rebutan Kursi di Pileg

Nasional
PDI-P Berada di Dalam atau Luar Pemerintahan, Semua Pihak Harus Saling Menghormati

PDI-P Berada di Dalam atau Luar Pemerintahan, Semua Pihak Harus Saling Menghormati

Nasional
Dua Kali Absen, Gus Muhdlor Akhirnya Penuhi Panggilan KPK

Dua Kali Absen, Gus Muhdlor Akhirnya Penuhi Panggilan KPK

Nasional
Ganjar Tegaskan Tak Gabung Pemerintahan Prabowo, Hasto: Cermin Sikap PDI-P

Ganjar Tegaskan Tak Gabung Pemerintahan Prabowo, Hasto: Cermin Sikap PDI-P

Nasional
Kelakuan SYL Minta Dibayarkan Lukisan Sujiwo Tejo Rp 200 Juta, Bawahan Kebingungan

Kelakuan SYL Minta Dibayarkan Lukisan Sujiwo Tejo Rp 200 Juta, Bawahan Kebingungan

Nasional
Gibran Siap Berlabuh ke Partai Politik, Golkar Disebut Paling Berpeluang

Gibran Siap Berlabuh ke Partai Politik, Golkar Disebut Paling Berpeluang

Nasional
PPDS Berbasis Rumah Sakit, Jurus Pemerintah Percepat Produksi Dokter Spesialis

PPDS Berbasis Rumah Sakit, Jurus Pemerintah Percepat Produksi Dokter Spesialis

Nasional
Polisi dari 4 Negara Kerja Sama demi Tangkap Gembong Narkoba Fredy Pratama

Polisi dari 4 Negara Kerja Sama demi Tangkap Gembong Narkoba Fredy Pratama

Nasional
Soal Peluang Duetkan Anies-Ahok, PDI-P: Masih Kami Cermati

Soal Peluang Duetkan Anies-Ahok, PDI-P: Masih Kami Cermati

Nasional
KPK Kembali Panggil Bupati Sidoarjo Gus Muhdlor, Singgung Jemput Paksa

KPK Kembali Panggil Bupati Sidoarjo Gus Muhdlor, Singgung Jemput Paksa

Nasional
Hamas Minta JK Turut Serta dalam Upaya Damai di Palestina

Hamas Minta JK Turut Serta dalam Upaya Damai di Palestina

Nasional
KPU Pertanyakan Klaim PPP Kehilangan 5.000 Suara di Sulsel

KPU Pertanyakan Klaim PPP Kehilangan 5.000 Suara di Sulsel

Nasional
KPU Bantah Dalil Sengketa Irman Gusman yang Ngotot Maju DPD

KPU Bantah Dalil Sengketa Irman Gusman yang Ngotot Maju DPD

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com