Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jokowi Tegur Dirut Perhutani: Jangan Sampai Lebih Kolonial dari Kolonial

Kompas.com - 10/10/2019, 12:34 WIB
Ihsanuddin,
Krisiandi

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Presiden Joko Widodo menegur Direktur Utama Perum Perhutani Denaldy M Mauna karena perusahaan plat merah itu kerap mengalami konflik lahan dengan masyarakat di berbagai daerah.

Teguran itu disampaikan Jokowi saat bertemu dengan masyarakat petani dari Gerakan Masyarakat Perhutanan Sosial di Istana Negara, Jakarta, Kamis (10/9/2019).

"Pak Dirut, tidak, ini sudah zamannya kaya gini, jangan sampai lagunya masih lagu lama. Dirutnya mungkin tidak, tapi dibawahnya diselesaikan. Jangan sampai Perhutani masa lebih kolonial dari kolonial," kata Jokowi kepada Denaldy yang turut hadir di acara itu.

Baca juga: KPA Menilai RUU Pertanahan Langgengkan Konflik Agraria

Jokowi mengatakan, data terakhir yang ia terima, masih ada 528 konflik agraria antara masyarakat dengan Perhutani maupun PT Perkebunan (PTP). Setiap kali blusukan ke daerah, Jokowi juga mengaku kerap mendapat keluhan dari masyarakat terkait konflik lahan.

"Saya merasakan kok. Saya merasakan itu. Kan sudah bicara (dengan) bapak ibu sekalian waktu ke bawah. Saya merasakan itu. Suara itu saya dengar, jangan dipikir enggak tahu, enggak dengar, saya dengar. Saya mau bicara dengan Pak Dirut plus jajarannya. Karena di bawah yang saya lihat berbeda dengan yang kita bicarakan," kata Jokowi.

Jokowi memaparkan, sampai 1 Oktober 2019, ini penyerahan perhutanan sosial ke masyarakat di Pulau Jawa sudah mencapai 25 ribu hektar.

Lahan yang diberikan itu dapat dimanfaatkan petani untuk bercocok tanam.

Targetnya, pemerintah bisa menyerahkan 12,7 juta hektar lahan perhutanan sosial ke masyarakat.

Namun menurut Jokowi, banyak oknum Perhutani yang sudah berada di zona nyaman tak terima dengan kebijakan pemerintah ini.

"Ini bukan angka yang kecil, angka yang gede banget. Tetapi untuk melaksanakan hal seperti ini dan praktik di lapangannya tidak segampang itu. Di bawah juga ada birokrasi kita, Perhutani, ada yang bisa terima, ada yang tidak bisa terima," kata Jokowi disambut teriakan bernada setuju dari para petani.

Baca juga: Jokowi: Dikira Demo, Ternyata Ucapan Terimakasih...

Jokowi pun memberi waktu dua tahun bagi Perhutani dan kementerian terkait untuk menyelesaikan konflik lahan di masyarakat ini. Ia mengaku akan memantau langsung penyelesaian konflik lahan ini.

"Saya yakin bisa (diselesaikan), saya cek nanti langsung di lapangan nanti, sengketa lahan yang ada di dalam kawasan hutan, perkebunan," kata dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Tinggalkan KPK, Dirut Nonaktif PT Taspen Irit Bicara Sembari Bawa Sate

Tinggalkan KPK, Dirut Nonaktif PT Taspen Irit Bicara Sembari Bawa Sate

Nasional
Tanggal 10 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 10 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Usul Prabowo Tambah Kementerian Diharap Bukan Politik Akomodatif

Usul Prabowo Tambah Kementerian Diharap Bukan Politik Akomodatif

Nasional
Pakar Ungkap 'Gerilya' Wacana Tambah Kementerian Cukup Gencar

Pakar Ungkap "Gerilya" Wacana Tambah Kementerian Cukup Gencar

Nasional
Daftar Kepala BIN dari Masa ke Masa, Zulkifli Lubis hingga Budi Gunawan

Daftar Kepala BIN dari Masa ke Masa, Zulkifli Lubis hingga Budi Gunawan

Nasional
Gelar Halalbihalal, MUI Gaungkan Pesan Kemanusiaan untuk Korban Genosida di Gaza

Gelar Halalbihalal, MUI Gaungkan Pesan Kemanusiaan untuk Korban Genosida di Gaza

Nasional
Perjalanan BIN 6 Kali Berganti Nama, dari Brani hingga Bakin

Perjalanan BIN 6 Kali Berganti Nama, dari Brani hingga Bakin

Nasional
'Prabowo Banyak Dikritik jika Tambah Kementerian, Baiknya Jaga Kebatinan Rakyat yang Sedang Sulit'

"Prabowo Banyak Dikritik jika Tambah Kementerian, Baiknya Jaga Kebatinan Rakyat yang Sedang Sulit"

Nasional
Pengamat Nilai Putusan MK Terkait Sengketa Pilpres Jadi Motivasi Kandidat Pilkada Berbuat Curang

Pengamat Nilai Putusan MK Terkait Sengketa Pilpres Jadi Motivasi Kandidat Pilkada Berbuat Curang

Nasional
PPP Papua Tengah Klaim Pegang Bukti Kehilangan 190.000 Suara pada Pileg 2024

PPP Papua Tengah Klaim Pegang Bukti Kehilangan 190.000 Suara pada Pileg 2024

Nasional
Koarmada II Kerahkan 9 Kapal Perang untuk Latihan Operasi Laut Gabungan 2024, Termasuk KRI Alugoro

Koarmada II Kerahkan 9 Kapal Perang untuk Latihan Operasi Laut Gabungan 2024, Termasuk KRI Alugoro

Nasional
Kandidat Versus Kotak Kosong pada Pilkada 2024 Diperkirakan Bertambah

Kandidat Versus Kotak Kosong pada Pilkada 2024 Diperkirakan Bertambah

Nasional
Rencana Prabowo Bentuk 41 Kementerian Dinilai Pemborosan Uang Negara

Rencana Prabowo Bentuk 41 Kementerian Dinilai Pemborosan Uang Negara

Nasional
Di MIKTA Speakers’ Consultation Ke-10, Puan Suarakan Urgensi Gencatan Senjata di Gaza

Di MIKTA Speakers’ Consultation Ke-10, Puan Suarakan Urgensi Gencatan Senjata di Gaza

Nasional
KPK Sebut Kasus Gus Muhdlor Lambat Karena OTT Tidak Sempurna

KPK Sebut Kasus Gus Muhdlor Lambat Karena OTT Tidak Sempurna

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com