Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

BNPB: Kualitas Udara Membaik di Sumatera dan Kalimantan

Kompas.com - 01/10/2019, 09:04 WIB
Christoforus Ristianto,
Icha Rastika

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Berdasarkan data Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), kualitas udara di Sumatera dan Kalimantan kian membaik seiring dengan turunnya jumlah titik apanas atau hotspot.

Data ini berdasarkan pantauan BNPB cari citra satelit Modis-catalog LAPAN pada Senin (30/9), pukul 18.00 WIB.

"Pantauan titik panas cenderung akibat kebakaran hutan dan lahan turun seperti di Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Kalimantan Barat, dan Kalimantan Tengah. Masih banyak titik panas Kalimantan Selatan. Namun demikian, kualitas udara yang diukur dengan PM 2,5 menunjukkan tingkat baik," ujar Kepala Pusat Data, Informasi, dan Humas BNPB Agus Wibowo dalam keterangan tertulisnya, Selasa (1/10/2019).

Baca juga: Kurangi Risiko Karhutla, BNPB Tekankan Edukasi dan Pemberdayaan Masyarakat

Agus menjabarkan, data terakhir (30/9/2019), ada 673 titik panas. Adapun titik panas tertinggi teridentifikasi di Kalimantan Selatan dengan 141 titik, Kalimantan Tengah 63 titik, Sumatera Selatan 63 titik, dan Jambi 15 titik.

Sementara itu, di Riau dan Kalimantan Barat, tidak terdeteksi adanya titik panas. 

Adapun luasan hutan dan lahan di seluruh wilayah Indonesia, lanjut dia, sejak awal tahun 2019 yang terbakar mencapai 328.724 hektar.

Sementara itu, karhutla juga masih terjadi di kawasan Gunung Merbabu dan Sumbing di Jawa Tengah.

"Operasi teknologi modifikasi cuaca (TMC) terus berlangsung baik di Sumatera maupun di Kalimantan. Pada hari Senin kemarin dikerahkan dua pesawat di Sumatera dan dua pesawat di Kaltim dengan total garam yang ditabur sejumlah 9.600 kg," ucap Agus.

"Salah satu hasilnya hujan turun di sebagian besara wilayah Riau (Indragiri Hulu, Dumai, Pelalawan, Kuansing, Indragiri Hilir, Siak, Rokan Hulu dan Rokan Hilir), Jambi (Merangin, Sarolangin), Kalbar (Pontianak, Singkawang, Sintang, Melawi), Kalsel (HST, HSS), dan Kalteng (Palangkaraya, Barito Selatan dan Lamandau)," kata dia lagi.

Baca juga: BNPB Sebut Jarak Pandang di 6 Provinsi Terpapar Karhutla Membaik

Agus juga mengatakan, kecenderungan titik panas yang menurun harus terus dipertahankan sehingga masyarakat dapat menghirup udara sehat dan beraktivitas di luar rumah.

Hujan yang turun secara optimal dapat dimanfaatkan untuk membasahi gambut dengan sekat kanal dan embung.

"Gambut perlu dikembalikan ke kodratnya yaitu basah dan berair sehingga tidak mudah terbakar. Usaha pembahasan gambut ini perlu dilakukan terus menerus sehingga tahun depan tidak terjadi kebakaran lagi," kata dia. 

 
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com