JAKARTA, KOMPAS.com - Wakil Ketua DPR Fahri Hamzah menilai bahwa Presiden ketiga Republik Indonesia, Bacharuddin Jusuf Habibie, layak mendapatkan hadiah Nobel atas jasanya bagi demokrasi di Indonesia.
"Kalau menurut saya orang seperti Pak Habibie harusnya mendapatkan hadiah Nobel," kata Fahri usai melayat di rumah duka, Rabu (11/9/2019).
"Karena beliaulah yang menjaga demokrasi, dari sebuah negara demokrasi terbesar nomor tiga di dunia sekarang," ujarnya.
Fahri mengatakan, dalam periode pemerintahannya yang singkat, yakni selama 1 tahun 7 bulan, BJ Habibie telah berhasil menyelamatkan demokrasi di Indonesia selepas tumbangnya Orde Baru.
Baca juga: Begini Rencana Pemakaman Habibie di TMP Kalibata, Kamis Besok
Di samping itu, BJ Habibie juga dinilai sukses membangkitkan kembali perekonomian Indonesia yang sempat tumbang pada akhir masa Orde Baru.
"Coba kalau Pak Habibie salah cara memimpinnya, dalam setahun tujuh bulan bisa rusak negara kita ini," ujar Fahri.
Fahri pun menganggumi kebesaran hati BJ Habibie yang rela menjadi warga negara biasa tanpa ikut campur masalah politik setelah tidak kembali terpilih pada pemilihan presiden 1999 silam.
"Mudah-mudahan kepergian beliau malam ini selain menyisakan duka pada kita tapi juga mendatangkan semangat kita untuk mempelajari betapa besarnya bangsa kita dan betapa hebatnya peran beliau dalam transisi ini," kata Fahri.
Baca juga: Obituari BJ Habibie: Selamat Jalan Mr Crack dari Parepare
Sebagai informasi, hadiah Nobel yang diberikan kepada mereka yang dianggap berjasa dalam menumbuhkan demokrasi adalah Nobel Perdamaian.
Sejumlah kepala negara/kepala pemerintahan juga tercatat pernah mendapatkan Nobel Perdamaian berkat kepemimpinannya.
Dalam 20 tahun terakhir misalnya, kepala negara/kepala pemerintahan yang dianugerahi Nobel Perdamaian antara lain Presiden Korea Selatan (1998-2003) Kim Dae-jung pada tahun 2000; Presiden Amerika Serikat (2009-2017) Barack Obama pada 2009; serta Presiden Colombia (2010-2018) Juan Manuel Santos pada 2016.
Kim Dae-jung dianggap menumbuhkan demokrasi di kawasan Semenanjung Korea. Dia dinilai berhasil mencapai rekonsiliasi sementara dengan Korea Utara.
Barack Obama dianggap berhasil meningkatkan koordinasi dan kerja sama internasional di tingkat global.
Sedangkan, Juan Manuel Santos dianggap sukses menghentikan perang saudara yang terjadi selama puluhan tahun di negaranya.
Baca juga: Ketum Golkar: BJ Habibie Teknokrat Paham Politik, Pelopor Teknopol
Akan tetapi, ada juga sejumlah penerima Nobel Perdamaian yang dianggap berjasa menumbuhkan demokrasi di negaranya, meski tak menjabat sebagai pemimpin kenegaraan.