Ia adalah warga keturunan Tionghoa Hakka yang lahir sekitar tahun 1880 di Desa Pacing, Sambo, Karawang.
Djiauw Sie Kiong pernah tercatat sebagai tentara Pembela Tanah Air (PETA).
Pemilihan rumah Djiauw Sie Kiong karena rumahnya jauh dari kepadatan penduduk dan tertutup oleh pohon yang rimbun.
Baca juga: Ingin ke Gunung Rinjani Rayakan 17 Agustus? Ini 4 Jalur Pendakian yang Dibuka
Awalnya, rumah Djiauw Sie Kiong digunakan sebagai lokasi pembacaan teks proklamasi kemerdekaan.
Akan tetapi, rencana ini dibatalkan karena kedatangan Ahmad Subardjo meminta Soekarno dan Hatta membacakannya di Pegangsaan Timur Jakarta.
Banyak cerita di balik pembacaan teks proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia, 17 Agustus 1945.
Salah satunya, ihwal mesin tik yang digunakan untuk menyusun teks proklamasi.
Mesin tik yang jadi saksi bisu lahirnya Republik Indonesia itu ternyata milik perwira angkatan laut Nazi Jerman yang dipinjam khusus untuk mengetik teks proklamasi.
Saat itu, penyusunan naskah proklamasi dikerjakan di rumah Laksamana Tadashi Maeda.
Ketika tulisan tangan naskah proklamasi akan dicetak, ternyata di rumah Maeda tidak ada mesin ketik.
Pembantu Laksama Maeda, Satzuki Mishima, diperintahkan untuk mencari mesin tik.
Dia kemudian pergi ke kantor militer Jerman menggunakan mobil jip untuk meminjam mesin tik.
Di sana, Satzuki bertemu perwira angkatan Laut Nazi Jerman Mayor Kandelar yang bersedia meminjamkan mesin tik.
Sesampainya mesin tik di rumah Maeda, Sayuti Melik ditemani BM Diah mengetik naskah proklamasi.
Mikrofon punya peran penting dalam catatan sejarah Proklamasi Kemerdekaan RI.